Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 6 Apakah Dia Beth Win?

Bab 6 Apakah Dia Beth Win?

Setelah memeriksa keadaan Camilla dan yakin bahwa tidak membahayakan, Dokter Willy segera berpamitan dan memberikan pesan untuknya agar menjaga lukanya tetap kering seperti yang di katakan oleh dokter di klinik.

“Aku akan mengantar Dokter Willy keluar. Camilla ada yang perlu aku katakan padamu,” pesan Aurel pada Camilla.

“Bisakah kamu mengatakannya besok atau nanti saja?”

Aurel memperhatikan wajah Camilla sebelum dia mengangguk menerima permintaannya.

Camilla tahu dan dapat menduga tujuan Aurel untuk berbicara dengannya. Camilla yakin kalau Aurel bermaksud untuk bertanya padanya mengapa Derrek berada di rumah mereka. Setelah sekian lama mereka tinggal di daerah yang berbeda.

Mata Camilla terasa berat dan tidak berapa lama suara nafas nya terdengar pelan dan matanya sudah terpejam sebagai tanda bahwa dia sudah tertidur dengan nyenyak.

Di ruangan lain, Aurel berjalan menuju dapur untuk bertanya apakah pelayan yang dia perintah untuk membeli air kelapa sudah pulang atau belum.

“Apakah yang membeli air kelapa sudah pulang?” tanya Aurel pada pelayan yang cukup senior.

“Sudah Nyonya dan sudah di bawa ke kamar Nyonya Camilla,” jawab pelayan dengan sikap hormat yang berlebihan.

“Bagus. Dan apakah ada di antara kalian yang mengetahui berapa lama Tuan Derrek Collen berada di rumah ini?” tanya Aurel ingin tahu.

“Saya rasa tidak cukup lama Nyonya. Karena kami sendiri tidak mengetahuinya. Mungkin Tuan Collen hanya mengantar Nyonya Camilla.”

“Mengantar?”

“Benar Nyonya. Sebelumnya pelayan Tuan Collen datang mengantar sepeda motor yang sebelumnya di kendarai oleh Nyonya Camilla. Dan menurut pelayannya Nyonya Camilla sendiri sedang di antar ke klinik untuk mengobati lukanya.”

“Baiklah. Aku harap besok acara yang sudah kita persiapkan berjalan lancar,” ucap Aurel setelah mendapatkan informasi mengapa Derrek berada di depan rumahnya.

Derrek Collen yang membuat Aurel penasaran saat ini sedang mengemudi dengan begitu tenang dalam batas kecepatan yang jauh dari kata kencang. Mungkin laju kendaraannya lebih cepat daripada sebuah gerobak sapi yang membawa makanan untuk ternak.

Derrek mengemudi dengan pikiran yang berkelana menuju seorang wanita yang baru saja di temuinya setelah cukup lama mereka berpisah.

“Camilla Parker. Masih tetap sama ketika dia masih menjadi seorang istri politikus. Dan aku sama sekali tidak menduga kalau dia justru akan mengenalkan keponakannya untuk menjadi pendampingku. Siapa sebenarnya Elizabet Winter. Mengapa aku tidak pernah mendengar namanya.”

Derrek mencoba nama-nama wanita cantik yang selalu berusaha menarik perhatiannya dan usianya berada jauh di bawahnya. Dan tidak ada nama Elizabet Winter di antara mereka.

“Apakah keponakannya baru lulus sekolah?”

Pemikiran tentang seorang gadis yang baru lulus sekolah seketika merebak dalam ingatannya. “Mungkinkah Beth Win yang di maksud adalah Elizabeth Winter? Tapi bagaimana mungkin?”

Derrek mengusap rambut di kepalanya dengan kacau. Dia ingat seorang gadis yang ditemuinya saat musim panas. Sikap Beth sangat kaku dan ragu-ragu ketika ibu yang menjadi mendamping selama liburan musim meninggalkan mereka berdua.

“Wanita yang cukup ideal untuk menjadi seorang nyonya rumah seorang senator,” katanya dengan seringai yang tidak dapat di sembunyikan.

Derrek sudah berada di rumahnya ketika pelayannya menyampaikan bahwa adiknya Daniar meneleponnya dan minta agar Derrek menghubunginya kembali.

Dengan alis berkerut karena Daniar menghubunginya begitu cepat setelah tadi pagi dia baru meninggalkan rumah keluarga Javanica membuat Michael bertanya-tanya.

“Halo Daniar! Ada apa?” tanya Derrek langsung.

“Halo Kak. Hey kenapa suara mu seperti itu? Apa kamu tidak suka aku menelpon mu?” suara Daniar terdengar mencicit seperti burung membuat Derrek menjauhkan gagang teleponnya.

“Aku baru tadi pagi meninggalkan rumah kalian, tapi belum sampai sore kamu sudah menelpon kembali. Bukankah sangat luar biasa?” goda Derrek tertawa.

“Terserah. Aku sudah bicara pada Leon jadi aku mengetahui kalau kamu akan mencalonkan diri sebagai presiden. Dan salah satu syarat yang harus di miliki adalah mempunyai istri. Dan aku bermaksud mengenalkan mu dengan seorang gadis yang cantik dan sikapnya sangat terpelajar.”

Daniar berbicara dengan cepat dan Derrek hanya diam mendengarkan.

“Aku ingin kamu menemuinya besok. Karena dia juga akan mengunjungi keluarganya di kota yang sedang kamu kunjungi saat ini.”

“Dan siapa gadis ini yang menurutmu sangat cantik dan terpelajar. Aku bukan mencari seorang pelajar yang mendapatkan nilai tinggi di sekolah Jess. Aku mencari seorang gadis yang pantas untuk menjadi istriku.”

“Aku tahu. Dan gadis ini sangat pas untukmu. Namanya Beth Win. Dari keluarga terhormat walaupun bukan berasal dari keluarga politikus. Tapi salah satu tantenya adalah janda seorang politikus. Beth adalah keponakan Camilla Parker.”

“Lalu?”

Derrek bertanya seperti seorang laki-laki yang sama sekali tidak berminat sementara di dalam hati dia tergelak. Bagaimana mungkin adik dan wanita yang pernah disukainya atau masih disukainya mempunyai minat yang sama yaitu menjodohkan dirinya dengan seorang gadis muda yang sama juga.

“Lalu? Derrek. Beth adalah gadis terhormat dan dia sangat pantas menjadi pendampingmu. Kau harus mengenalnya. Apakah aku perlu membuat surat lamaran pada keluarganya atas nama mu?” tanya Daniar membuat Derrek terkejut.

“Jangan macam-macam Daniar. Kamu adalah adikku dan pengalamanku mengenal dan menilai seorang wanita lebih dari cukup dari pada kamu,” tegur Derrek galak.

“Okey. Tapi kamu harus bertemu dengannya. Dan kau akan mengetahui kelebihan yang dimiliki oleh Beth Win.”

“Aku memang akan menemuinya dan Camilla sudah mengaturnya,” jawab Derrek mulai terbuka.

“Camilla? Wanita yang pernah kamu kagumi itu? Kau sudah tidak tertarik olehnya lagi kan Derrek?”

“Apa maksud mu?”

“Maaf. Selama ini aku berpikir kalau kakak ku tidak bisa melupakan seorang gadis kecil yang cantik dan memiliki keanggunan yang tidak dimiliki oleh gadis seusianya.”

“Lalu apa hubungannya? Aku belum menikah karena wanita yang bersama ku lebih pantas untuk menjadi teman kencanku. Bukan sebagai istriku.”

Suara Derrek yang galak hanya mampu membuat Daniar tersenyum. Dalam hati dia tertawa karena Derrek secara tidak langsung sudah membuka rahasia hatinya.

Mungkinkah seorang Derrek yang tidak pernah mendengar dan mengikuti saran teman dan keluarganya untuk mencari seorang istri secara tiba-tiba bersedia untuk dipertemukan dengan seorang gadis yang masih muda. Dan Derrek melakukannya tanpa keterpaksaan.

“Apakah kamu mau menutup teleponnya atau masih ada yang mau kamu katakan lagi? Aku masih ada pekerjaan yang harus aku selesaikan.”

Suara Derrek sekali lagi membuat Daniar tersenyum. “Sudah tidak ada lagi Derrek. Aku akan segera pergi berbulan madu. Aku harap setelah aku kembali aku sudah bisa bertemu dengan kakak iparku.”

“Berdoa lah semoga Beth sesuai dengan wanita yang aku inginkan untuk menjadi istriku,” katanya tertawa.

“Kau harus berusaha Derrek. Atau kau akan membuat Aunty Lisda datang dan mengundang semua wanita muda untuk kau pilih,” dan Daniar tertawa dengan keras membayangkan adik ibunya mengatur perjodohan Derrek.

“Jangan harap dia bisa melakukannya padaku.”

Suara Derrek sangat tegas. Bagi dia setiap keputusan yang berhubungan dengan kebutuhan pribadinya tidak ada yang bisa mengaturnya. Dia bisa menerima saran tapi tidak keputusan.

Setelah memutuskan pembicaraan dengan Daniar, Derrek menuju ruang kerjanya dan dia melihat foto dirinya yang akan di pakai saat kampanye nanti. Foto seorang Derrek Collen, calon Pemimpin sebuah Negara yang maju di bidang industry dan perdagangan.

Keputusan Derrek untuk mencalonkan diri menjadi Presiden Alluvia karena Negara mereka membutuhkan perubahan yang besar. Selama ini mereka di pimpin oleh dynasty yang kolot.

Presiden Dheystone yang memimpin selama ini tidak memanfaatkan sumber daya yang ada di Negara mereka. Hanya mengandalkan bantuan dari luar negeri sehingga hutang mereka semakin besar dan para pengusaha lebih memilih investasi di Negara lain.Sementara para pejabat sibuk memperkaya diri mereka sendiri.

Sejak Derrek menjadi pemimpin parlemen termuda di Negara bagian, Partai yang di ikuti oleh Derrek mulai mempersiapkannya untuk menjadi Presiden dan halangan Derrek hanya satu yaitu seorang istri yang akan menjadi ibu Negara. Sesuai dengan undang-undang yang berlaku di Negara Alluvia

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel