Ringkasan
Derrek Collen pria yang memulai kariernya sebagai pengusaha textile harus meninggalkan kota kelahirannya untuk memenuhi kewajiban yang diberikan oleh kakeknya Maxim Collen.Di tengah perjalanan kariernya sebagai pengusaha, Derrek mendapati dirinya tertarik kehidupuan masyarakat yang mengalami ketidakadilan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik membuat dia memutuskan terjun kedunia politik pada usia masih cukup muda dan menjadi satu-satunya anggota parlemen yang paling muda.Selaras dengan yang dia inginkan Derrek mengikuti saran dari anggota parlemen yang lebih senior untuk mencalonkan diri sebagai presiden. Memimpin Negara Alluvia yang sebenarnya sangat subur dan memiliki sumber kekayaan yang sangat besar.Hanya satu yang tidak dimiliki oleh Derrek Collen yaitu kehadiran seorang istri yang menjadi syarat utama mencapai impiannya. Dalam waktu setahun dia harus mendapatkan seorang istri yang bisa mendampingi dirinya selama masa kampanye dan juga bila dia terpilih nanti dan dia menemukannya pada wanita yang pernah menjadi adiknya Camilla Parker.Camilla Parker adalah pilihan yang tepat untuk Derrek tapi wanita itu sudah bersumpah bahwa dia tidak akan menikah lagi selain untuk cinta setelah mengalami kegagalan pada perkawinan sebelumnya.
Bab 1 Rencana Masa Depan
Bab 1 Rencana Masa Depan
Menikah … berkeluarga … keturunan …
Semua kata-kata itu bagaikan siksaan yang terus mengikuti Derrek selama pesta pernikahan adiknya dengan seorang putra seorang duta besar yang kini menetap di Negara Kamelod. Derrek tidak mengerti mengapa statusnya yang masih belum memiliki pasangan harus mendengarkan semua omongan para tamu tersebut. Apakah mereka masih kurang mencampuri kehidupannya selama ini?
Selama Derrek selalu berusaha memberikan yang terbaik buat keluarga besarnya. Dia meninggalkan tanah kelahirannya untuk mengikuti perintah kakeknya untuk meneruskan perusahaan kelurganya yang bergerak dalam pembuatan kapal.
Derrek menyadari bahwa dia harus beradaptasi dari seorang pemilik pemintalan yang cukup sukses menjadi seorang pemilik galangan kapal. Dan Derrek mencapai yang diinginkan oleh kakeknya. Berhasil dan sukses.
Derrek tidak tahu dan tidak mengenal tamu yang secara tiba-tiba mengumumkan di pesta pernikahan adiknya bahwa setahun setelah pesta ini, Putra sulung keluarga Collen akan melangsungkan pernikahannya dengan wanita cantik yang selama ini dia sembunyikan dan menjadi satu-satunya wanita yang diinginkannya.
Tidak memerlukan waktu lama. Setelah pengumuman itu beredar, para tamu melupakan pasangan pengantin yang berbahagia dan mengalihkan perhatian mereka pada Derrek yang berdiri dengan marah dan wajah memerah. Sementara pembawa berita sudah tidak diketahui lagi keberadaannya.
Untuk keluarga Collen, Pernikahan Derrek adalah yang ditunggu-tunggu oleh mereka. Semua orang menginginkan Derrek segera menikah dan memiliki pasangan yang berasal dari keluarga baik-baik. Bukan seorang wanita tidak jelas yang datang silih berganti dalam kehidupannya.
Pesta pernikahan yang harusnya menjadi milik adiknya seorang harus berbagi dengan keriuhan para tamu yang memberikan selamat pada Derrek. Bukan hanya berita bahwa Derrek akan segera menikah, tapi juga karena dia akan segera mencalonkan sebagai seorang presiden.
Kemarahan telah membuat dia meninggalkan pernikahan Daniar Collen begitu cepat dan memilih untuk pergi ke kota tempat Derrek bisa melarikan diri dan menemukan ketenangan.
Derrek begitu terbawa dalam pikirannya hingga dia tidak menyadari saat dia melihat sepeda motor yang melaju ke tengah dan mobil yang dia kemudikan tidak mampu menghindar sampai dia menghentikan mobilnya dan melihat pengemudi sepeda motor yang telah menjadi korbannya.
Derrek berlari dengan cepat untuk membantu pengendara sepeda motor dengan mengangkat motor yang menimpa pengendara tersebut.
"Anda tidak apa-apa?” ucap Derrek dengan wajah pucat.
Derrek berusaha menahan keinginannya untuk menggoncang tubuh wanita itu yang tidak peduli dengan pertanyaannya sementara dia melihat darah mengalir dari salah satu kaki wanita yang masih sibuk dengan menepuk-nepuk baju yang dia kenakan.
“Kita ke rumah sakit sekarang!” perintah Derrek dengan menarik tangan wanita itu.
“Tidak. Saya rasa tidak perlu ke rumah sakit. Saya baik-baik saja,” tolak wanita itu dengan posisi yang masih duduk di jalanan beraspal.
“Apakah anda bisa bangun? Sangat berbahaya bila kita tetap berada di tengah jalan seperti ini?”
“Bisa. Saya bisa berdiri,” jawabnya berusaha untuk bangun dan Derrek segera mengulurkan tangan membantu wanita itu berdiri. Dengan kedua tangannya, Derrek membantu wanita itu berdiri tegak dan menjaganya agar tetap seimbang.
“Aduh. Pelan-pelan! Kaki saya sakit sekali,” terdengar suara kesakitan ketika wanita itu berdiri dan Derrek baru melihat bahwa celana panjang yang dikenakan oleh wanita itu sobek pada beberapa bagian.
“Sekarang saya akan memaksa anda untuk pergi ke rumah sakit. Saya tidak ingin terjadi sesuatu yang membahayakan kesehatan Anda.”
Suara Derrek terdengar tegas dan tidak bisa di bantah sehingga wanita itu hanya meringis kesakitan.
"Di antara semua orang bodoh yang tidak memikirkan keselamatan dirinya salah satunya adalah Anda Nona!" Suara Derrek terdengar marah ketika melihat reaksi wanita yang berada di hadapannya. Dia tidak pernah mengira bahwa ada wanita yang memiliki kebodohan dan ketidakpedulian seperti yang dilakukan oleh wanita di depannya itu.
Derrek berusaha mengendalikan amarahnya dan menatap wanita yang masih menepuk-nepuk pakaiannya yang kotor. Derrek meletakkan tangannya di pinggul dan melotot ke arah wanita yang menyebabkan dirinya merasakan emosi yang membuat dirinya panik.
"Kalau kamu tidak bisa mengendarai sepeda motor harusnya kamu tidak perlu keluar dan memaksakan diri. Apa kamu tahu betapa besar resiko dari kecelakaan yang disebabkan oleh kecerobohanmu itu? Kau bisa mengalami cedera parah kalau tidak mati!" katanya bersungut-sungut dengan wajah yang sangat marah.
Derrek bertanya-tanya apakah wanita itu mengalami gangguan pendengaran sehingga terlihat tidak perduli dengan semua ucapannya yang sangat keras.
Derrek tidak mengerti apa yang sudah dialami oleh wanita itu yang tidak panik sama sekali ketika melihat darah yang mengalir di kakinya. Bibirnya hanya memberengut melihat luka tersebut dan merobek celananya agar lukanya tidak mendapat gesekan dari pakaian yang dia kenakan.
“Astaga … apakah wanita ini terbuat dari kayu hingga tidak merasakan sakit dan panik?” keluh Derrek melihat yang dilakukan oleh wanita yang berada di depannya.
Wanita itu, Camilla Parker masih sibuk membersihkan kotoran dan merobek celananya. Dia belum melihat wajah pria yang sedang menegurnya dengan suaranya yang menyakitkan telinga.
Setelah yakin dia tidak mengalami luka yang cukup parah dan membahayakan, Camilla melihat pria yang berdiri di depannya. Matanya menyipit saat dia tidak bisa melihat wajah pria yang memiliki tubuh tinggi dan kekar sementara kedua tangannya berada di atas pinggangnya mengancam dirinya secara terbuka.
"Saya bisa mengendarainya dengan baik. Kecelakaan itu terjadi karena Anda sudah mengejutkan saya. Kalau saja Anda tidak berkendara dengan kencang. Dan harusnya Anda menggunakan klakson dengan lebih baik. Apakah mobil Anda tidak mengeluarkan bunyi itu?” tegur Camilla dengan suara keras.
Karena kata-katanya tidak mendapat balasan, Camilla mendongak dan berusaha melihat wajah pria tersebut yang terhalang sinar matahari yang sangat menyilaukan mata.
Camilla berusaha melihat wajah pria itu sementara sinar matahari membuatnya merasakan sakit pada kepalanya yang menyebabkan bulir-bulir keringat mengalir di dahinya dan terus turun ke arah matanya hingga Camilla menundukkan wajahnya. Tidak mampu mempertahankan posisinya tersebut.
“Apakah Anda baik-baik saja?” tanya Derrek menahan tubuh wanita itu dengan kedua lengannya.
“Saya baik-baik saja. Tapi … apakah kita bisa duduk dulu. Mata saya sangat gelap.”
Suara wanita itu terdengar lemah membuat Derrek berkali-kali harus menahan diri agar tidak mengguncang dan memarahinya.
Derrek segera membawanya ketepi dan membiarkan wanita itu duduk di rumput karena sifat keras kepalanya Derrek segera berlutut untuk mengingatkan bahwa mereka seharusnya segera pergi ke rumah sakit daripada tetap berada di jalan.
Terus-menerus mendengar ucapan yang sama membuat Camilla menengadah dan melihat wajah pria yang berlutut di depannya dengan jelas.
Wajah Camilla sangat terkejut saat menyadari siapa yang berlutut di depannya. Wajah seorang pria yang terkenal dengan kekayaannya dan juga dengan hubungannya dengan para wanita yang tidak pernah lama.
“Derrek ….”
"Camilla ….”
Dua orang yang sudah lama tidak bertemu dan kembali bertemu dalam situasi dan keadaan yang tidak terduga memiliki reaksi yang berbeda bagi keduanya.
Camilla sangat terkejut karena dapat melihat lagi wajah pria yang selalu menjaganya seperti adiknya saat usianya baru 7 tahun dan hanya mengetahui kabarnya dari berita digital dan media cetak kini berada didepannya dengan wajah terkejut dan khawatir. Sementara Derrek? Wajah pria itu terlihat lebih marah dari sebelumnya.
Menyadari kemarahan Derrek yang semakin memuncak, Camilla berusaha tersenyum membujuk. “Ya, Apa kabar? Sangat kebetulan bisa bertemu dengan Anda di sini?” Sapa Camilla sambil meringis.
"Benar, terakhir kita bicara adalah saat pernikahanmu dengan Baron. Bagaimana kabarmu sekarang?" tanya Derrek setelah Camilla menyapanya dengan wajah tanpa merasa bersalah.
Camilla memandang Derrek penuh tanya. Apakah dia belum mengetahui kalau Baron sudah meninggal? Kalau ya mengapa dia bertanya seperti itu.
“Aku baik-baik saja. Dan aku masih merindukannya. Aku tahu apa yang dikatakan oleh mereka yang memandang pernikahan kami. Tetapi Baron membuatku bahagia karena kehadirannya membuatku merasa memiliki seorang ayah yang sangat melindungi walaupun semua orang tahu status kami yang sebenarnya.”
"Dan apa yang kamu lakukan di sini? Aku mendengar setelah kematian Baron, kamu memutuskan menjauh dari Alluvia.” tanya Derrek tidak mengerti.
"Aku memang memutuskan meninggalkan Alluvia. Aku harus berusha membangun kepercayaan dan kehidupanku sendiri. Aku tidak membutuhkan mereka yang hanya mengatakan simpati tanpa mengerti apa arti yang sebenarnya,” jawab Camilla getir.
"Jadi apa yang membuatmu berada di Bellavos dan juga berada di jalan pada tengah hari seperti ini?” tanya Derrek memandang Camilla tanpa berkedip.
“Aurel menghubungiku dan mengatakan membutuhkan bantuanku. Kau tentu ingat dengannya bukan? Keponakannya Baron?”
Tentu saja semua orang yang berada di Bellavos mengenal siapa Aurel. Wanita perkasa yang memiliki keahlian menembak dan juga berkuda. Dan semua orang takut padanya hingga tidak ada seorang pria pun berani meminangnya saat usianya masih muda.
“Aku lihat luka kamu mengeluarkan darah dan sebaiknya kita pergi ke klinik kalau kamu tidak mau aku membawamu ke rumah sakit,” saran Derrek ketika dia melihat wanita itu meringis kesakitan.
“Tidak perlu. Aku punya kotak obat di rumah,” tolak Camilla.
Derrek tidak yakin apa yang harus dia katakan lagi agar wanita di depannya ini bersedia di bawa ke klinik untuk mengobati lukanya.
Dengan wajah gemas dan sedikit kesal, Derrek menarik tangan Camilla dan membopongnya kemudian membawanya ke mobil.
“Hey! Mau ke mana? Lepaskan Derrek!” teriaknya panic.
“Aku akan membawamu ke klinik. Luka kamu ini harus mendapat perhatian dan jangan pernah di anggap sepele. Kau lihat luka kamu itu mengeluarkan darah!” jawab Derrek galak.