Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 5 Keputusan seorang Derrek

Bab 5 Keputusan seorang Derrek

Sejak meninggalkan rumah keluarga Leon Javanica yang merupakan suami Daniar adiknya pagi tadi, Derrek tidak berharap bisa begitu cepat menemukan jalan keluar dari masalah yang dihadapinya. Dan dari jawaban yang diberikan oleh Camilla, Derrek yakin kalau Camilla belum bisa memberikan hatinya untuk pria lain. Dan dia lebih memilih bertahan dengan statusnya sebagai seorang janda.

“Apakah rencanaku membuatmu tersinggung?” tanya Camilla berusaha bangun dari duduknya.

Seringai nakal di sudut bibirnya membuat Derrek terlihat berbahaya. “Tidak ada yang membuatku menyesal kecuali aku baru bertemu denganmu sekarang.”

“Kenapa begitu?”

“Aku tidak tahu. Aku hanya berpikir kalau saja aku bertemu dengan mu lebih dulu dan tidak pergi meninggalkan kota ini, mungkin ceritanya akan berbeda.”

“Aku tidak tahu apa yang kau katakan. Tapi aku harus mengatakan padamu bahwa aku saat ini sudah keluar rumah cukup lama. Bagaimana pun aku harus mengundang Eliza agar bisa datang dan bertemu dengan mu.”

“Amelia. Aku mohon Jangan berharap lebih.”

“Aku tidak berharap lebih. Aku hanya menginginkan kamu melihat secara jelas. Apakah kamu harus memiliki wanita muda seperti yang dulu terjadi padaku atau memilih wanita yang sudah cukup paham dan mengerti dengan semua tanggung jawab yang akan mengikutinya.”

“Tentu. Apakah kaki mu masih sakit?”

“Hem. Dan rasanya sangat nyeri. Aku tidak tahu apa yang dilakukan oleh dokter klinik itu terhadap kakiku,” keluh Camilla.

“Kalau begitu ayo kita pergi,” katanya kembali memberikan tangannya pada Camilla. Dan mengantarnya pulang.

Mobil yang dikendarai oleh Derrek memasuki halaman luas setelah 30 menit perjalanan dan berhenti di depan teras berkanopi yang lebih mirip bila dikatakan sebagai loby atau pun beranda dari rumah besar dan bergaya klasik.

“Masih memiliki bentuk yang sama. Tidak ingin merenovasinya?” tanya Derrek yang di jawab senyuman.

“Ternyata kamu tidak mendengar yang aku katakan tadi mengenai rumah ini. Apa yang kamu pikirkan sampai tidak mendengarnya?” tanya Camilla tertawa.

“Aku terlalu focus mendengar nada suara mu yang sangat merdu di telinga,” jawab Derrek tertawa.

“Alasan klasik,” balas Camilla yang bermaksud membuka pintu. Dan kali ini dia bertindak hati-hati ketika mengangkat kakinya keluar dari dalam mobil.

Derrek tersenyum melihat sikap Camilla dan dia percaya bahwa wanita yang bersamanya adalah wanita yang mau belajar dan tidak akan melakukan kesalahan yang sama untuk kedua kalinya.

Derrek berdiri di depan pintu dan dia tahu bahwa Camilla tidak akan mengundangnya masuk.

“Aku permisi dulu. Jaga kaki mu dan aku akan datang kembali ke sini untuk mengantarmu kembali ke klinik pengobatan yang tadi,” katanya memegang telapak tangan Camilla.

“Terima kasih. Aku rasa tidak perlu. Aku tidak lama berada di sini. Jadi jangan bertindak berlebihan untuk ku Derrek,” kata Camilla menolak bantuan Derrek.

“Aku tidak bermaksud bertindak berlebihan. Dan jujur aku merasa bersalah padamu. Kamu jatuh dari motor karena aku yang mengemudi sangat kencang.”

“Jadi kamu mengakui kalau itu adalah kesalahan mu?” goda Camilla tertawa.

Derrek tertawa dan dia tidak dapat menyangkal ucapan Camilla. “Kamu masuklah ke dalam. Aku akan pergi.”

Camilla segera membuka pintu rumah sementara Derrek menuju mobilnya. Namun, Derrek tidak jadi membuka pintu mobil ketika dari arah pintu gerbang melaju kendaraan land rover yang melaju kencang dan berhenti tidak jauh dari mobil Derrek dengan suara berdecit kencang.

Dari dalam mobil tersebut keluar seorang wanita yang memiliki penampilan jauh dari kata anggun. Wanita itu begitu tangkas dan tubuhnya terlihat kekar sangat berlawanan dengan tubuh Amelia yang lebih terlihat seksi dengan sikapnya yang anggun.

Wanita itu berjalan cepat menghampiri Derrek yang berdiri di depan pintu mobilnya yang terbuka menunggu Nyonya rumah yang baru datang.

“Halo Derrek? Sedang melakukan kunjungan?” tanyanya sambil melirik ke arah pintu rumah yang tertutup rapat.

“Aku yakin bahwa aku tidak perlu menyangkalnya bukan? Apa kabar Aurel. Aku dengar kamu sekarang menjabat ketua himpunan para istri anggota parlemen tingkat daerah dari Partai Ekonom,” sapa Derrek sekedar basa-basi.

“Benar. Dan apa yang membuatmu berada di daerah ini? Berusaha mencari dukungan?” tanya Aurel menyelidik.

“Tentu. Kita berada di partai yang sama dan aku membutuhkan dukungan dari kalian semua.”

Derrek tersenyum mengeluarkan daya tariknya. Dan dia berharap Aurel bisa membantunya sebagai tim sukses saat dia mencalonkan diri sebagai pemimpin negara Alluvia.

“Tidak perlu khawatir Derrek. Kita berasal dari daerah yang sama dan juga partai yang sama. Dan yakinlah bahwa warga di sini mendukungmu secara penuh. Kalau tidak keberatan besok kami akan mengadakan pesta. Aku yakin kamu bisa menggunakan kesempatan ini dengan baik bila kamu bersedia hadir di pesta yang kami selenggarakan.”

“Bila kamu mengundangku, mengapa tidak?” jawab Derrek tanpa mengatakan kalau Camilla sudah mengundangnya lebih dulu.

“Aku mengundang mu secara pribadi. Dan aku yakin kamu bisa melakukannya dengan baik,” jawab Aurel dan Derrek tersenyum ketika menyadari ada nada peringatan di balik kata-kata yang diucapkan oleh Aurel dengan sopan.

“Aku mengerti. Kalau begitu aku permisi dulu Aurel. Sampaikan salamku untuk auntymu.”

Derrek segera masuk ke dalam mobilnya tanpa harus menunggu jawaban Aurel. Dan dia yakin bahwa wanita perkasa itu mengerti maksud dari ucapannya.

Aurel Dewangga memperhatikan mobil mewah Derrek yang meninggalkan halaman rumahnya. Dan dia melangkah cepat untuk menemui Camilla.

Camilla menikah dengan Baron ketika dia berusia 16 tahun dengan jarak usia 40 tahun membuat Baron lebih pantas menjadi seorang ayah daripada suami. Dan dia juga menjadi seorang aunty yang cukup muda bagi keponakan yang usianya justru lebih tua 15 tahun darinya. Dan jarak usia yang cukup jauh membuat Aurel tidak menganggapnya sebagai aunty yang harus di hormati. Terutama ketika Baron sudah meninggal.

Suara langkah kaki Aurel terdengar nyaring ketika dia berjalan menuju kamar Camilla dan dia melihat pintu kamar itu tertutup rapat.

Cukup lama Aurel berdiri di depan pintu kamar dan dia terlihat ragu-ragu apakah dia akan menemui Camilla sekarang atau nanti. Dan rasa penasaran akhirnya mengalahkan sikap segannya untuk bertanya pada Amelia.

Tok … tok … tok….

Suara ketukan pintu terdengar keras dan tidak berapa lama Camilla membuka pintunya sementara wajahnya terlihat pucat.

“Astaga. Apa yang terjadi denganmu? Mengapa wajahmu sangat pucat?” tanya Aurel cemas.

“Aku baru saja minum obat pereda nyeri. Dan aku lupa kalau aku alergi terhadap obat tersebut,” jawab Camilla dengan nafas tersengal.

“Dasar bodoh. Bagaimana kamu bisa lupa? Dan mengapa kamu harus minum obat pereda nyeri? Apa yang terjadi padamu?”

Pertanyaan yang diucapkan dengan suara keras membuat Camilla tidak nyaman sehingga dia lebih memilih untuk melangkah ke tempat tidur dan berbaring.

“Ada apa Camilla? Aku yakin kamu mempunyai tujuan mengapa kamu bersedia datang kesini tanpa aku bersusah payah membujukmu. Dan ada apa dengan langkah kaki mu?” tanya Aurel penasaran dan dia duduk di pinggir tempat tidur.

“Aku tadi jatuh dari motor. Aurel, apakah kamu bisa minta pelayan membelikan aku air kelapa? Aku tidak ingin ke dokter untuk meminta obat agar reaksi alergi ku semakin parah,” pinta Camilla dengan suara lemah.

“Baiklah. Aku akan meminta pelayan untuk membelikan apa yang kamu minta. Istirahat lah.”

Aurel segera melangkah keluar meninggalkan Camilla yang masih merasakan mual di perutnya dan seperti yang dikatakan oleh Aurel bahwa dia sudah bertindak bodoh.

Camilla masih berbaring ketika dia mendengar suara ketukan pintu dan tidak berapa lama terbuka di ikuti oleh Aurel bersama seorang dokter keluarga yang sudah cukup mengenal mereka semua.

“Ada apa Nyonya? Saya mendengar dari Aurel kalau Anda sudah minum obat yang tidak seharusnya di minum,” sapa Dokter Willy kalem.

“Saya lupa dan langsung meminum obat ketika merasakan nyeri di kepala akibat luka yang terasa sakit di kaki saya ini,” beritahu Camilla pada Willy.

Dokter Willy segera memeriksa luka di kaki Camilla dan melihat kalau luka tersebut mendapat jahitan.

“Bagaimana bisa Nyonya mendapatkan luka seperti itu?” tanya Willy perhatian.

“Aku jatuh dari motor dan membuat luka yang cukup dalam. Sebelumnya aku tidak tahu kalau aku jatuh dan menimpa benda tajam lalu tertimpa motor yang aku kendarai,” beritahu Camilla dengan meringis kesakitan.

“Benda tajam?” tanya Aurel heran.

“Entahlah aku tidak tahu benda tajam apa. Dan dokter di klinik sudah mengeluarkannya.”

“Saya mengerti Nyonya. Dan saya akan memberikan obat luar agar Nyonya tidak perlu merasakan alergi. Dan saya setuju dengan permintaan Nyonya untuk minum air kelapa hijau yang dapat menetralisir racun di dalam tubuh.”

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel