Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 4 Camilla Parker

Bab 4 Camilla Parker

Camilla seperti tidak perduli dengan pandangan Derrek terhadap dirinya. Pun ketika dia menuangkan teh ke cangkir mereka.

Derrek memperhatikan ketika pelayan kembali membawakan makanan untuk mereka. Camilla terlihat nyaman ketika menanyakan keadaan putra pelayan yang sudah dikenalnya serta memuji panganan yang menjadi teman minum teh mereka yang disajikan dengan begitu memikat dan mengundang selera.

Tidak ada sikap kaku dan di buat-buat yang dikerjakan Camilla ketika dia menuang teh ke dalam cangkir mereka. Semuanya dilakukan secara alami dan terlatih sebagai wanita terhormat.

Derrek bertanya-tanya apakah Camilla menyadari semua yang dilakukannya?.

Perhatian Derrek terpecah ketika Camilla mengangsurkan cangkir teh kepadanya dan tersenyum. Derrek yakin sebelumnya Camilla melakukannya melalui latihan tetapi sekarang sikapnya tersebut sudah mendarah daging dan dia bisa melakukannya secara spontan.

“Ada apa? Kenapa kamu memandangku seperti itu?” tanya Camilla menyesap tehnya.

“Tidak apa-apa,” jawab Derrek cepat.

Senyum Camilla ketika mendengar jawaban Derrek terlihat jelas kalau dia mengetahui bahwa Derrek tidak berkata jujur.

Camilla mengalihkan pandangannya ke arah samping di mana kerimbunan tanaman mawar yang menutupi pagar besi terlihat seperti melindungi kolam renang dari orang-orang yang memaksa masuk.

Camilla Parker telah tumbuh menjadi wanita yang luar biasa tenang, wanita yang dengan mudah memancarkan aura yang bisa mendamaikan dunia.

Derrek berpikir bahwa waktu telah berlalu dengan cepat. “Setelah kematian Baron, apa yang kau lakukan? Terus terang aku tidak pernah mendengar kabarmu lagi. Selain kabar bahwa kamu sudah tinggal di luar negeri,” tanya Derrek sembari meletakkan cangkir tehnya.

Camilla hanya menatap sekilas Derrek dan dia tersenyum sebelum berbicara. “Banyak hal aku lakukan. Aku bahkan lupa dari sekian banyak kegiatanku saat itu mana yang paling memberikan kesan istimewa. Dan ternyata aku sangat menikmati kebebasan tersebut.”

Derrek memperhatikan wajah Camilla saat dia berbicara dan entah mengapa wanita itu seperti menyesal dengan kata-katanya. Dan itu terlihat dari kernyitan di keningnya. “Ada apa?”

“Entahlah. Aku merasakan kebebasan yang tidak terbatas ketika Baron meninggal. Tetapi aku juga merasa bahwa diriku selama ini ternyata tidak pernah melakukan apa pun yang berguna selain menjamu tamu dan menghadiri pesta-pesta. Dan akhirnya aku kembali dan memilih tinggal di luar kota. Aku berharap di tempat yang baru aku bisa berguna bagi orang sekitarku.”

“Dan kamu tidak merindukan semua yang pernah kamu rasakan?” tanya Derrek ingin tahu.

Kerlingan nakal terlintas di mata Camilla dan membuat Derrek terpana. Kerlingan yang membuat nafasnya tertahan.

“Apakah kau berharap aku membuka kembali rumah mewah Baron dan mengadakan pesta-pesta seperti yang dilakukan oleh Davina dan Louisa? Apa yang ingin kau lihat Derrek? Aku berdansa dan berganti-ganti pasangan untuk menemukan siapa laki-laki yang cocok untuk menjadi suami ku?”

“Mengapa tidak? Kamu masih muda ketika Baron meninggal.”

“Dan sekarang aku sudah terlalu tua untuk melakukannya,” sela Camilla terkekeh.

“Kamu belum tua, Cam. Kau lihat Aurel! Usianya bahkan lebih tua 15 tahun darimu. Tetapi dia masih merasa dirinya muda.”

Suara tawa Camilla menghentikan ucapan Derrek membuat pria itu memandangnya heran.

“Ada apa? Kenapa tertawa, apakah ada kalimatku yang membuatmu tertawa?”

“Panggilanmu untukku. Sudah lama tidak ada yang memanggilku dengan nama ‘Cam’.”

Derrek hanya mengangkat bahu mendengar ucapan Camilla. Dan Derrek memandang mata Camilla yang biru dan keperakan. Mata itu seperti berlapis-lapis. Mata yang menyiratkan kejujuran, keterbukaan dan kedalamannya membuat siapa pun yang memandang dapat tenggelam dalam pesonanya.

“Benarkah? Aku tidak bisa melihat dirimu dengan cara yang lain sejak aku mengetahui kau telah menjadi seorang istri politikus.”

“Dan apa yang kau lihat saat itu Derrek?”

“Dirimu sebagai wanita yang bertindak sangat dewasa sebagai istri dari pemimpin partai yang sangat berpengaruh. Wanita penting di usia yang sangat muda, sementara wanita yang lain hanya duduk dan sibuk bergunjing.”

“Apakah kamu termasuk dalam kelompok tersebut saat kamu berpikir seperti yang barusan kau katakan?” ucapan Camilla seperti menampar Derrek dan membuat pria itu terdiam.

“Tidak. Aku berpikir kalau saja Garry memberikan kesempatan padamu, aku yakin kamu bisa menjadi pemimpin wanita yang sangat berpengaruh.”

“Apakah kau ingin mengatakan bahwa aku bisa menjadi wanita seperti Evita Peron yang ditentang oleh suaminya saat mencalonkan sebagai wakil presiden, atau sebagai Isabel Peron? Yang memiliki status sama seperti ku, sebagai istri ketiga dan berhasil menjadi wanita pertama yang menjadi wakil presiden di dunia?” katanya tertawa.

Mata Derrek mendelik kesal. “Kau adalah Camilla Darius dan kamu tidak perlu menjadi orang lain untuk dirimu sendiri.”

Camilla mengedikkan bahunya dan menggigit bagian dalam bibirnya berusaha menahan diri. “Kamu adalah seorang politikus sekaligus seorang pengusaha dan aku yakin kamu bisa mengatakan dengan tepat apa yang kamu pikirkan. Lalu apa yang bisa aku katakan.”

“Aku ingin kamu mengatakan semua yang kamu alami selama 8 tahun setelah kematian Baron.”

Camilla hanya tersenyum saat dia melanjutkan ucapannya. “ Aku sudah mengatakan apa yang sudah aku lakukan selama ini. Bagaimana dengan dirimu sendiri. Aku ingat Aurel pernah mengatakan kalau kau sudah lama tidak pulang ke sini? Apa yang membuatmu kembali Derrek?”

Derrek tertawa. Dan ia bersyukur Camilla akhirnya mengatakan yang sejak tadi dia tungu-tunggu.

“Aku yakin kamu sudah mengetahui bagaimana seorang yang mencalonkan diri sebagai pemimpin mendapatkan tekanan. Dan tekanan tersebut berasal dari satu sumber yang paling utama. Istri,” ucap Derrek.

Derrek tahu bahwa sebagai wanita yang pernah mendampingi seorang pemimpin partai tahu bagaimana tekanan tersebut semakin besar bila syarat utama belum di miliki. Derrek menjelaskan pada Camilla bagaimana dia memerlukan kehadiran seorang wanita yang akan menjadi istrinya dan menjadi nyonya rumah di setiap jamuan yang mereka lakukan.

“Aku tidak tahu apakah kamu bercanda atau tidak. Aku hanya tidak mengerti bagaimana seorang Derrek Collen yang terkenal merasakan kesulitan untuk mendapatkan seorang istri. Dan aku harus berkata jujur padamu bahwa aku sama sekali tidak bisa memberikan saran padamu.”

“Apakah kamu tidak memiliki saran siapa wanita yang menurutmu baik?”

“Aku hanya mengenal seorang wanita yang masih sangat muda. Dan dia baru saja lulus sekolah. Setidaknya usianya lebih tua dariku ketika menikah,” jawab Camilla pelan.

“Siapakah dia?”

“Keponakanku. Putri sulung Samuel Winter.”\

“Ooh. Aku pikir dirimu?”jawab Derrek hingga Camilla melotot galak.

“Elizabeth Winter. Dia adalah keponakan ku dan telah mendapatkan pendidikan di sekolah yang sangat bagus dan terbaik di Negara Alluvia. Tapi aku tidak yakin apakah kau akan menyukainya atau tidak. Dan sudah pasti aku tidak akan menyarankan dirimu untuk memilihnya” jawab Camilla menyakinkan.

Mata Derrek memaku Camilla sehingga dia tidak bisa mengalihkan tatapannya ke lain tempat. “Apa yang dilihatnya? Mengapa hanya dengan tatapannya aku tidak bisa bergerak,” membatin Camilla.

“Kamu mengatakan bahwa dia baru lulus sekolah. Apakah tidak terlalu muda untukku?”

“Aku hanya mengatakan padamu. Tapi sama sekali tidak menyarankan dirimu untuk memilihnya.”

“Kenapa?”

“Aku hanya memintamu untuk membandingkan apakah kamu akan memilih wanita muda atau wanita yang berpengalaman untuk menjadi istrimu.”

“Kalau aku memilih wanita yang lebih muda?”

“Maka kau harus bersiap dengan semua gairah muda yang dimilikinya.”

“Baiklah. Aku bersedia menerima tantangan mu untuk memutuskan apakah aku akan memilih wanita muda atau yang sudah berpengalaman. Lalu bagaimana aku bisa melakukannya?”

Camilla kemudian meletakkan tangannya di atas meja dan menatap Derrek dengan matanya yang bercahaya.

“Besok Aurel mengadakan pesta dan aku yakin kamu sudah mengetahuinya. Yang tidak kamu ketahui mungkin adalah Aurel menyerahkan tanggung jawab pesta tersebut padaku. Walaupun sekian lama aku tidak mengadakan pesta, ternyata Aurel masih memberi kepercayaan padaku.”

“Lalu? Apa yang harus aku lakukan? Apakah aku harus datang ke pesta tersebut?”

Wajah Camilla berseri dan dia berbicara begitu cepat sehingga Derrek meminta untuk mengulang ucapannya.

”Tentu saja kamu harus datang. Karena kamu adalah bintang pestanya. Aku akan meminta Eliza untuk datang besok. Dengan alasan yang biasa mungkin dia tidak akan mau. Tetapi kalau aku mengatakan bahwa Aurel membutuhkan dukungan di dalam karier politiknya, aku jamin dia bisa ada di pesta tanpa memberikan alasan apa pun. Dan kamu bisa mengenalnya lebih mendalam.”

Derrek memperhatikan Camilla ketika berbicara sehingga dia merasa heran. Darimana Camilla mempunyai rencana seperti itu? Tidak mungkin dia bisa berpikir cepat dan Derrek yakin kalau semuanya sudah berada di dalam rencana Camilla. Dan selama ini Camilla mengikuti perjalanan karier politiknya.

“Bagaimana? Apakah kau akan datang?”

Sekali lagi Derrek memandang mata Camilla sebelum mengangguk setuju. Tidak ada yang berubah di dalam rencana Derrek maupun pendukungnya. Bila awalnya dia yang mempunyai rencana berkunjung ke rumah keluarga Dubois dengan alasan yang mungkin membuat massa berkumpul. Kini dia memiliki kartu as yang bisa membuatnya masuk tanpa adanya gangguan berarti.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel