Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 3 Mengenal Kembali Camilla

Bab 3 Mengenal Kembali Camilla

Wajah Camilla menyiratkan pertanyaan yang tidak dia katakan ketika mobil yang dikendarai oleh Derrek memasuki gerbang kekar yang menjadi pintu masuk menuju rumah keluarga Collen yang terkenal dan juga terhormat. Tidak sembarang orang bisa memasuki rumah tersebut. Dan Camilla tahu seberapa ketatnya pengamanan rumah tersebut.

“Mengapa kamu membawaku ke sini? Dan bukan mengantarku pulang?” tanya Camilla dengan suara seperti berbisik.

Derrek melirik Camilla dengan cengirannya yang membuat Camilla lebih memilih untuk menatap ke luar jendela. Suatu peasaan yang ganjil masih mencengkram Derrek. Dan hal tersebut membuat Derrek goyah selama berhubungan dengan wanita yang saat ini duduk di sampingnya. Siapa lagi kalau bukan Camilla Parker.

Camilla tahu kalau dirinya seringkali di lirik oleh Derrek bahkan sejak dia masuk ke dalam mobil ketika Derrek membawanya ke dan dari klinik.

Berbeda dengan Camilla yang lebih banyak diam dan hanya memandang keluar jendela sambil mempermainkan tali tas yang berada di pangkuannya. Derrek justru sibuk dengan pikirannya yang kembali mengingat pertemuannya dengan Camilla.

Setelah sekian lama tidak bertemu Derrek melihatnya kembali ketika wanita itu dalam keadaan berkabung. Dengan pakaiannya yang jelas-jelas sebagai wanita yang berduka Camilla adalah seorang janda yang sangat bersedih.

Tidak ada tawa dan juga basa-basi bernada ceria pada dirinya. Berbeda dengan kedua istri Baron yang terlihat bahagia. Mereka bahkan secara terbuka mendekati para pria yang datang untuk memberikan simpati atas kepergian Baron.

Sejak Camilla menikah dengan anggota parlemen yang senior dan kemudian menjadi seorang duta besar, Derrek hanya pernah bertemu beberapa kali saja. Dan biasanya terjadi di acara yang diselenggarakan partai mereka. Dan Camilla hanya melemparkan senyum. Tidak ada kalimat atau ucapan yang dilakukan secara berlebihan maupun sapaan sebagai teman lama.

Sekian lama tidak bertemu, Derrek tidak tahu kalau Camilla sudah menjadi seorang wanita yang elegan dan mampu mengendalikan diri layaknya seorang wanita yang bermartabat.

Camilla menoleh ke arah Derrek dan memergoki pria itu sedang mengamatinya dan dia tersenyum seperti mengakui perasaan-perasaan yang sama di antara mereka.

Godaan untuk mengakhiri perasaan itu semakin besar. Dan Derrek kembali mengalihkan tatapannya ke arah jalan di depan mereka. Dan tidak berapa lama Derrek menghentikan mobilnya di jalan yang berada di depan beranda rumah yang lebih cocok di sebut istana. Istana Collen.

“Aku harap kamu tidak terburu-buru untuk pulang,” ucap Derrek ketika dia membuka kan pintu untuk Camilla.

“Tidak! Aku tidak terburu-buru. Setidaknya berada jauh dari kebisingan cukup memberiku waktu untuk istirahat,” jawabnya.

“Jadi aku bisa menjamu dirimu?” kata Derrek memberikan tangannya agar bisa menjadi pegangan Camilla saat wanita itu melangkah.

“Walaupun aku tidak terburu-buru bukan berarti aku bisa menghabiskan waktu di luar rumah semaunya,” protesnya mengingatkan.

“Aku mengerti. Dan aku sangat bersyukur kamu bersedia mampir di rumahku. Kamu mau minum apa?”

“Cukup es teh manis. Sangat cocok untuk di minum di hari yang panas ini,” katanya tersenyum.

Derrek dan Camilla berjalan berdampingan membuat syaraf-syaraf Camilla seperti berontak secara liar. Dan perasaan ini belum pernah dirasakan oleh Camilla sebelumnya.

“Apakah Bu Debok masih menjadi kepala pelayanmu?” tanya Camilla ketika mengingat sosok wanita tegas dan terkesan galak yang menjadi kepala pelayan di istana Collen.

Seringai nakal terlihat di wajah Derrek ketika menjawab pertanyaan yang diucapkan oleh Camilla.

“Masih. Bu Debok masih berkuasa di rumah ini. Begitu juga dengan pelayan yang lain. Tidak ada yang diganti.”

“Apakah kamu tidak menginginkan perubahan?” tanya Camilla melirik Derrek yang mengusap kepalanya.

Perhatian Camilla teralihkan dengan gerakan yang dilakukan secara sederhana. Dan dia tersenyum menyadari bahwa rambut Derrek yang panjang hampir menyentuh kerah lehernya membuat pria itu terlihat lebih muda.

Bahu Derrek terangkat ketika menjawab pertanyaan Camilla. “Aku tidak pernah memikirkan sebelumnya. Entahlah, aku hanya merasa nyaman dengan semua ini.”

“Berapa lama kamu akan tinggal bersama Aurel?”

“Tidak lama. Kedatangan ku ke sini atas desakan Aurel.”

“Jadi sebenarnya kamu tidak ingin datang ke sini?”

Derrek tidak tahu mengapa dia harus kecewa mendengar ucapan Camilla. Dia tidak benar-benar percaya kalau Camilla melupakan tanah kelahirannya.

“Tidak. Aku sudah tidak mempunyai siapa pun di sini. Kedua kakak ku selama ini tinggal di luar negeri dan baru dua tahun lalu Sam kembali dan aku lebih memilih tinggal di luar negeri.”

“Dan mengapa? Maksudku mengapa luar negeri lebih menarik bagimu?”

Camilla terlihat menarik nafas sebelum menjawab pertanyaan Derrek. Dan saat menjawab suaranya terdengar tenang.

“Di sana mereka tidak mengenalku sebagai wanita usia belasan tahun yang bersedia menikah dengan seorang laki-laki yang lebih pantas dipanggil dengan sebutan ayah. Kau tahu bukan bahwa aku dan Baron memiliki usia yang terpaut jauh?”

Derek tidak menjawab pertanyaan Camilla. Karena dia sendiri masih merasakan ketidakpuasan ketika mengetahui gadis yang sudah menarik hatinya ketika dia mengenalnya sebagai gadis kecil tiba-tiba sudah menjadi seorang istri dari pria tua. Pimpinan dari partai yang berkuasa di mana Derrek adalah juniornya.

Derrek membawa Camilla ke sebuah ruangan yang setahu Camilla di gunakan sebagai tempat diadakannya pesta. Sebuah hall yang sangat luas dan sangat indah.

Derrek segera menekan intercom untuk memesan minuman. Dan ia melihat Camilla berjalan ke arah jendela besar.

“Apakah kamu ingin minum teh di luar?” tanya Derrek. Dan dia melihat Camilla mengangguk. “Bagaimana kalau kita minum di dekat kolam renang?” usul Derrek.

“Usul yang bagus,” jwab Camilla menyetujui usul tersebut.

Derrek berjalan menuju pintu yang besar dan berukir kemudian kembali memberikan tangannya untuk menjadi pegangan Camilla.

Derrek membawa Camilla ke teras samping dengan lantai berbatu sementara kolam renang besar berada di depannya.

Derrek menarik kursi untuk Camilla sebelum dirinya sendiri duduk di kursi yang berada di depannya. Dipisahkan oleh meja bulat dengan rangka yang terbuat dari besi tempa.

“Aku ingat pernah berkunjung ke sini sebelum kamu dan Daniar memutuskan untuk pindah dan mengikuti keluargamu. Dan bagiku rumah ini tidak berubah sama sekali. Masih tetap menunjukkan sebuah kemegahan dan juga kemewahan yang ada ketika kita berada di dalamnya.”

“Kau benar. Rumah ini memang sangat megah sehingga untuk tinggal di rumah ini seperti tinggal di istana dimana setiap orang yang tinggal di sini tidak bisa bertemu dengan begitu mudah,” jawab Derrek dengan nada enggan yang jelas terdengar.

Camilla jelas mengetahui keengganan tersebut sehingga dia tidak ingin memaksa Derrek untuk melakukan hal yang tidak dia sukai.

“Pernahkah kamu berpikir untuk mempekerjakan seorang pelayan yang memiliki keahlian khusus?” tanya nya setelah menerima minuman dari pelayan dan Camilla mengenal nama pelayan wanita itu.

“Sekali lagi aku harus mengatakan kalau aku tidak pernah memikirkannya. Selama ini Daniar yang mengaturnya.” Jawab Derrek tergelak.

“Tapi posisimu sekarang ini adalah seorang anggota parlemen yang sebentar lagi maju untuk menjadi seorang Presiden. Aku juga melihat berita dan membaca melalui media online,” katanya menjelaskan ketika Camilla melihat mata Derrek bersinar geli. “Apakah kamu sama sekali tidak menginginkan perubahan?”

Derrek menatap lurus mata Camilla dan seketika Camilla sadar bahwa ucapan yang dia katakan sudah melewati batas. Bukan hak dan wewenangnya untuk mencampuri urusan di dalam rumah tangga lain. Sementara dirinya sendiri sudah terbiasa hidup bebas. Setidaknya sejak Baron meninggal.

“Aku minta maaf karena sudah masuk ke daerah terotorial yang tidak seharusnya aku memberi komentar. Sekali lagi aku minta maaf dan berharap kamu menerimanya.”

“Tidak perlu minta maaf dan merasa bersalah. Kau benar. Posisiku sekarang mengharuskan aku mempunyai seorang pelayan yang memiliki keahlian khusus. Dan aku yakin kamu mengetahuinya dengan jelas bagaimana sikap yang harus di miliki oleh seorang anggota parlemen tinggi.”

Camilla tidak bersuara. Dia sadar bahwa ucapannya tadi membuat pria itu tersinggung padahal dari yang Camilla baca selama ini, Derrek bukanlah seorang pria yang bisa berdiam diri bila daerah pribadinya diprotes. Dan Camilla melakukannya dengan terang-terangan.

“Kamu tidak bersalah. Jadi untuk apa meminta maaf. Tenanglah. Aku justru berpikir kalau idemu sangat bagus dan brilian. Terlepas dari pengalamanmu yang pernah menjadi istri dari seorang anggota parlemen tinggi dan juga duta besar.”

“Terima kasih Derrek.”

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel