Bab 5 . Melahirkan???
Dengan terburu-buru, Nenek Tan berjalan ke arah di mana Qian Qian berada. Menilai dari atas ke bawah dengan tatapan penuh curiga.
"Siapa kamu?" sembur Nenek Tan.
Belum sempat Qian Qian menjawab, terdengar tawa penuh ejekan.
Ha ha ha!
Wen Jun, tertawa dengan penuh ejekan.
"Sepertinya ada yang salah dengan rencana Nenek," ujar Wen Jun.
Nenek Tan menatap penuh curiga kepada cucu kesayangannya itu. Awalnya, ia yakin sang cucu akan mengamuk saat tersadar. Hanya saja, Wen Jun terlihat begitu tenang dan hal itu semakin membuat Nenek Tan, cemas.
"Tidakkah kamu ingin bertanya?" tanya Nenek Tan.
"Tidak ada yang perlu ditanyakan! Orang bodoh pun tahu apa yang Nenek inginkan, dari rencana busuk ini. Namun, sepertinya rencana itu juga tidak sesuai dengan keinginan Nenek. Jadi, itu cukup menghibur diriku. Belum lagi, saat ini aku memiliki alasan untuk memutus hubungan dengan Wei Long. Nenek tahu kan, betapa aku membencinya. Terima kasih Nenek dan bereskan sendiri, kekacauan ini. Sebab, aku harus pergi ke perusahaan, untuk menghadiri rapat penting!"
Lalu, dengan langkah lebar Wen Jun meninggalkan ruangan itu, tanpa sekalipun menatap ke arah Qian Qian.
"Wen Jun! Tan Wen Jun!" panggil Nenek Tan. Namun, panggilannya diabaikan begitu saja.
Qian Qian tidak yakin, ia terlibat dalam masalah apa. Namun, ia yakin tidak ada hal baik yang akan didapat, jika terus berada di sini. Apakah ia harus menuntut terhadap keperawanannya yang direnggut pria arogan itu? Tidak! Tidak, ia yakin itu bukan ide bagus. Melihat ke sekeliling, Qian Qian yakin ini adalah kesempatan untuk kabur, saat perhatian semua orang teralihkan.
Menarik napas dan langsung berbalik, berlari sekencang mungkin.
Gerakannya itu, membuat semua mata tertuju padanya dan para pengawal mulai mengejarnya.
Namun, ia kembali tertangkap disaat belum mencapai pintu ruangan itu.
"LEPASKAN! LEPASKAN AKU!" raung Qian Qian, saat kedua lengannya ditahan oleh pria bertubuh kekar. Kedua pria itu mengabaikan ucapannya dan menyeretnya kembali ke hadapan Nenek Tan.
"Apa yang terjadi?" tanya Nenek Tan kepada Yao.
"Maaf, Nyonya. Namun, aku tidak dapat menghubungi Xiao Bing," jawab Yao, cemas.
"Xiao Bing? Lu Xiao Bing?" tanya Qian Qian ditengah napasnya yang memburu, akibat terus berusaha melepaskan diri.
"Kamu kenal Lu Xiao Bing?" tanya Yao.
Qian Qian melihat satu titik terang, mereka mengenal adiknya. Artinya, mereka akan melepaskannya bukan?
"Aku kakaknya! Xiao Bing adalah adikku!" jelas Qian Qian.
Yao terdiam sejenak, sebelum memerintahkan salah seorang pengawal untuk mengambil tas ransel milik Qian Qian.
"Hei! Itu milikku!" seru Qian Qian, saat melihat bagaimana pria bernama Yao, menuangkan isi tasnya ke lantai dengan begitu kasar.
Yao berlutut dengan satu kaki ditekuk dan mengambil dompet milik Qian Qian. Lalu, memeriksa kartu identitas yang terselip di sana.
"Marga dan alamat mereka sama," jelas Yao kepada Nenek Tan.
Tangan keriput Nenek Tan, memijat pelipisnya sendiri. Ini membuatnya sakit kepala. Bagaimana ia bisa membiarkan wanita tidak jelas ini, tidur dengan sang cucu. Bagaimana jika wanita itu memiliki penyakit? Membayangkan hal tersebut, sudah membuatnya bergidik.
"Kamu harus bertanggungjawab! Aku mempercayakan semua ini kepadamu!" tegas Nenek Tan kepada Yao.
"Maafkan atas kelalaianku dan aku akan bertanggungjawab atas masalah ini!" jawab Yao yang sudah berdiri tegak, lalu membungkuk meminta maaf.
Kepala pelayan berlari masuk ke ruangan itu dan menarik perhatian Nenek Tan.
"Bagaimana hasilnya?" tanya Nenek Tan.
"Ada bercak darah di seprei kamar utama, Nyonya," jelas sang kepala pelayan.
Nenek Tan, sedikit lega.
"Minta Dokter keluarga datang dan lakukan pemeriksaan kesehatan lengkap, kepada wanita itu!" perintah Nenek Tan kepada Yao.
"ARGHHH!"
Qian Qian berteriak begitu keras. Ia begitu kesal. Apakah wanita tua itu menganggapnya benda? Seharusnya, ia yang paling bingung dan butuh penjelasan, atas semua yang terjadi.
"LEPASKAN AKU!" raung Qian Qian.
"Aku tidak peduli apakah kalian itu mafia atau gangster! Aku tidak peduli! Lepaskan aku! Biarkan aku pergi! Apa yang aku alami sudah cukup buruk! Lupakan apa yang terjadi dan aku berjanji tidak akan menuntut apa pun dari pria tadi!" ujar Qian Qian, putus asa.
"Tidak bisa! Aku tidak dapat membiarkan kamu pergi. Lagipula ini adalah kesalahan adikmu, Xiao Bing! Ia sudah menerima uang dariku dan menjadi penjamin untuk wanita bernama Mei Lan. Namun, entah bagaimana kamu berada di sini, menggantikan wanita itu!" jawab Nenek Tan, yang mulai merasa lelah.
"Apa yang dilakukan Xiao Bing tidak ada kaitannya denganku! Cari kembali wanita bernama Mei Lan itu dan lakukan rencana kalian. Aku hanya ingin pergi dari sini!" seru Qian Qian, kembali berusaha melepaskan diri dari pegangan kedua pengawal.
"Yao, lakukan apa yang saya perintahkan tadi! Perlakuan wanita itu dengan baik dan berikan berapapun uang yang diminta!" ujar Nenek Tan kepada Yao, mengabaikan Qian Qian.
"Baik, Nyonya."
"HEI! LEPASKAN AKU!" raung Qian Qian kembali.
"Jangan kasar terhadapnya! Mungkin ia sudah mengandung anak Wen Jun." perintah Nenek Tan kembali, kepada Yao.
"Baik, Nyonya."
Wajah Qian Qian, berubah pucat pasi. Amarah yang dirasakan tadi, langsung tergantikan dengan rasa takut. Hamil? Ya, ia mungkin saja hamil setelah melewati malam panas yang dikiranya mimpi itu. Namun, apa maksud mereka? Bukankah seharusnya kehamilan ini harus dicegah? batin Qian Qian.
"Wanita itu, Mei Lan, adalah pihak yang kami sewa untuk melahirkan keturunan cucuku! Namun, kamu yang menggantikan dirinya. Itu artinya, kamu juga harus menyelesaikan tugasnya!" tegas Nenek Tan.
"M-Melahirkan?" ulang Qian Qian. Ia benar-benar ketakutan.
"Benar! Bekerjasama lah. Jika kamu hamil dan melahirkan bayi yang sehat, maka aku akan memberimu uang yang tidak akan pernah kamu bayangkan banyaknya!" ujar Nenek Tan.
"Siapa yang mau uangmu? Siapa yang mau melahirkan anak pria itu? KALIAN GILA! LEPASKAN AKU! LEPASKAN!" raung Qian Qian dan kembali berusaha melepaskan diri.
Yao maju satu langkah dan memukul tepat di tengkuk Qian Qian. Tidak kuat, tetapi pukulan itu langsung membuatnya pingsan.
"Yao! Apa yang kamu lakukan?" tanya Nenek Tan, panik.
"Dokter segera tiba, jika ia begitu ribut bagaimana bisa diambil darah dan melakukan tes yang lain. Ia hanya pingsan dan bukan masalah besar," jawab Yao, yang tidak tahan dengan keributan itu.
Nenek Tan, menghela napas berat dan berkata, "Ini adalah pertama dan terakhir kali, kamu boleh lakukan itu! Berikutnya, kamu harus memperlakukannya dengan baik, sampai anak Wen Jun dilahirkan!"
"Baik, Nyonya! Aku akan berusaha menemukan Xiao Bing!" jawab Yao.
"Untuk apa kamu mencari Xiao Bing? Semua sudah terjadi, kita hanya perlu memastikan wanita itu bekerjasama!" tukas Nenek Tan dan melangkah pergi dari ruangan itu.
Yao, juga keluar dan pergi ke kamar utama, memastikan semua berjalan lancar.
***
Helikopter mendarat di helipad gedung perusahaan Tan.
Tan Wen Jun, tiba dan seperti biasa, barisan pegawai jajaran atas menyambutnya.
Sebenarnya, Wen Jun tidak suka menarik perhatian seperti ini. Namun, kastil berada cukup jauh dari pusat kota dan akan memakan waktu, jika melakukan perjalanan darat menuju perusahaan. Jadi, helikopter adalah pilihan yang tepat.