Ringkasan
Dijebak oleh saudarinya sendiri, Qian Qian berakhir di ranjang milik seorang pria asing. Tidur bersama dengan pria yang tidak dikenal, membuatnya terjebak di sana, menggantikan wanita lain yang bahkan tidak dikenal. Hamil. Memang itu yang dikehendaki oleh pihak yang membayar. Namun, Qian Qian tidak akan mengikuti permainan kejam itu. Ia berhasil melarikan diri, dalam keadaan hamil. Hidup berdua dengan sang anak, bersembunyi di kota kecil dan mengubah identitasnya. Berharap, ia tidak lagi bertemu dengan pria itu. Namun, apakah ayah buah hatinya akan tinggal diam? Atau...
Bab 1 . Pria Bengkok
"Kamu bekerja di sini?" tanya Qian Qian cemas dan berusaha mengejar langkah adiknya, Xiao Bing.
"Hanya untuk sementara," jawab Xiao Bing.
Saat ini, kedua saudari itu berjalan di tengah-tengah lantai dansa yang dipenuhi lautan manusia, semua manusia itu menari dengan gembira. Ya, mereka berada di tengah klub malam ternama, yang berada di dalam hotel bintang lima.
Xiao Bing, seorang wanita karir yang sukses. Hanya saja, gaya hidup yang gila-gilaan membuatnya terlilit hutang dan melakukan penggelapan dana perusahaan. Seharusnya, ia telah dipecat. Namun, ia sampai berlutut untuk memohon ampun, agar tidak di rumahkan. Akhirnya, ia turun jabatan dan dipindahkan ke anak perusahaan yang lain dari cabang utama, dari manajemen hotel ke klub malam ini.
Xiao Bing, berakhir menjabat sebagai manager di klub malam, yang merupakan cabang dari perusahaan sebelumnya. Tentu saja hal tersebut dirahasiakan, agar tidak diketahui keluarganya, termasuk sang kakak.
Hanya saja, saat ini ia berada di ujung tanduk. Bekerja di klub malam seperti ini, membuatnya bertemu dengan pihak-pihak yang berhubungan dengan dunia kelam. Seorang taipan mencari gadis perawan yang cantik dan sehat, untuk melahirkan keturunan. Salah satu sahabat Xiao Bing, menawarkan diri untuk pekerjaan tersebut untuk mendapatkan bayaran tinggi.
Semua menjadi kacau di hari H yang telah dijanjikan tepatnya hari ini, sahabatnya itu melarikan diri dengan sang kekasih, dengan uang muka yang telah diterima. Xiao Bing juga menerima komisi dan menjadi penjamin, yang harus bertanggungjawab.
Di krisis seperti ini, Xiao Bing teringat akan saudarinya Qian Qian yang hidup layaknya biarawati. Walaupun bersaudara, mereka memiliki kepribadian yang bertolak belakang.
Kedua saudari itu, menaiki tangga putar yang berada di sudut lain ruang dansa.
"Apa yang harus aku lakukan?" tanya Qian Qian yang mulai merasa cemas.
"Penerjemah!" jawab Xiao Bing, berbohong. Di situasi genting seperti ini, ia tidak berpikir dua kali untuk mengorbankan saudarinya sendiri. Ya, ia memang egois.
Xiao Bing berjalan menyusuri koridor panjang. Di sisi dan kanan koridor, berjejer pintu-pintu kaca yang mewah. Qian Qian mengintip ke dalam dan apa yang dilihat, membuatnya semakin cemas. Bagaimana tidak, di dalam ruangan-ruangan itu, orang-orang bercinta tanpa tahu malu.
Mereka berhenti di ujung koridor dan Xiao Bing, membuka pintu.
"Tunggu di dalam! Saat tamunya datang, aku akan kembali," ujar Xiao Bing dengan wajah tanpa dosa.
Sempat ragu, tetapi Qian Qian melangkah masuk.
"Duduklah!" perintah Xiao Bing dengan memberi instruksi dengan menggunakan tangannya.
Qian Qian duduk di sudut sofa, kaku.
"Bagus! Tetap di sini dan jangan kemana-mana. Makan dan minum apapun yang kamu mau," pesan Xiao Bing, sebelum pergi dan menutup pintu.
Ruangan remang, dengan pencahayaan berwarna kuning. Dentuman musik terdengar sayup-sayup, sepertinya itu musik dari ruang sebelah.
Di hadapannya, ada meja persegi dengan begitu banyak makanan dan minuman yang terlihat amat menggoda. Namun, Qian Qian tidak menyentuhnya sama sekali.
Detik demi detik, menit demi menit dan ia sudah menunggu hampir satu jam, tetapi Xiao Bing tidak kunjung datang. Qian Qian mencoba menghubungi ponsel adiknya itu, tetapi tidak diangkat.
Di ruang keamanan, Xiao Bing menatap ke salah satu layar kamera pengawas, yang ada di ruangan di mana Qian Qian berada.
"Makan! Minum!" gumam Xiao Bing, sambil menggigit jari.
Helikopter sudah mendarat di atap hotel, untuk menjemput wanita yang mereka sewa. Karena sahabatnya melarikan diri, maka tentu Qian Qian tidak akan pergi dengan sukarela jika diminta. Mau tidak mau, Xiao Bing menggunakan cara rendah seperti ini.
"Minum, minumlah. Jika tidak mau makan, maka minum," gumamnya kembali.
Kembali ke ruangan di mana Qian Qian, menunggu.
Qian Qian mulai gelisah. Ia berdiri dan berjalan mondar mandir, di ruangan yang cukup luas tersebut.
Terus memeriksa waktu di ponsel, Qian Qian kembali mencoba menghubungi ponsel adiknya itu. Namun sama saja, panggilannya tidak diangkat.
Akhirnya, karena mulai panik, ia berjalan ke arah meja dan mengambil salah satu botol air mineral. Meminumnya.
"Yes!" pekik Xiao Bing gembira, saat melihat kakaknya sudah meminum salah satu minuman yang ada di sana.
Segera Xiao Bing, mengeluarkan ponsel dan menghubungi seseorang.
"Dia siap! Namun, ada sedikit masalah. Karena gugup, ia minum sampai mabuk," ujar Xiao Bing di panggilan itu.
[Baik, tidak masalah. Sepuluh menit lagi, bawa dia ke atap, karena kita akan segera berangkat.]
"Baik dan ingat kirimkan sisa uang yang kamu janjikan!" pesan Xiao Bing.
[Uang akan kamu terima, saat helikopter mengudara.]
"Baik. Terima kasih."
Xiao Bing segera berlari keluar, setelah panggilan terputus. Ia tidak repot mengucapkan terima kasih kepada staff keamanan yang berjaga di ruangan itu. Dikejar waktu, Xiao Bing harus segera membawa kakaknya itu ke atap. Setelah itu, ia akan pergi, melarikan diri dengan uang yang banyak.
Ia akan pergi sejauh mungkin, bersembunyi. Sebab tidak akan mudah berurusan dengan keluarga taipan, Keluarga Tan, tepatnya.
Ya, pihak yang mencari wanita perawan adalah Nyonya Besar Tan. Entah apa yang dipikirkan wanita tua itu, mencarikan wanita untuk cucu kesayangannya yang dikenal sebagai seorang gay. Mungkin karena sudah tua dan terlalu putus asa, jadi wanita kaya itu melakukan hal gila seperti ini. Namun, siapa yang peduli, apalagi bayaran yang diberikan benar-benar tidak mampu ditolak.
Xiao Bing juga yakin tidak akan ada yang terjadi dengan Qian Qian, apalagi dengan pria bengkok seperti itu. Kenyataan itu, membuatnya sedikit merasa lega. Hanya saja, jika pihak Keluarga Tan sadar wanita yang akan dijemput dengan helikopter berbeda dengan yang seharusnya, maka pasti akan timbul masalah dan Xiao Bing harus membayar denda sesuai dengan kontrak yang telah ditandatangani.
Di ruangan lain.
"Nenek! Bagaimana Nenek begitu tega, melibatkan aku dalam rencana gila ini?" raung Tan Wei Long.
Pemuda tampan, berusia 25 tahun dan merupakan cucu kedua di Keluarga Tan. Hanya saja, Wei Long dilahirkan oleh wanita simpanan dan terlahir di luar nikah. Ibunya adalah wanita biasa dan meninggal saat melahirkan dirinya. Nyonya Besar Tan, berbaik hati dan menerimanya sebagai cucu, hanya saja statusnya pasti berbeda dengan Tan Wen Jun, putra dari istri sah ayah mereka, putra tunggal dari Nyonya Besar Tan.
Walaupun kaya raya, tetapi orang tua mereka semua mati muda dan meninggalkan mereka berdua, di bawah asuhan sang nenek.
[Apakah Wen Jun sudah tidak sadarkan diri?]
"Nenek! Bagaimana Nenek bisa begitu egois. Melakukan semua ini, tanpa menanyakan pendapatku terlebih dahulu? Bukankah Nenek tahu, hubunganku dengan kakak sudah begitu buruk. Jika ditambah dengan hal ini, maka aku tidak yakin hubungan kami akan menjadi seperti apa!" protes Wei Long, yang benar-benar panik.
Bagaimana tidak? Malam ini, Wen Jun bersedia menerima undangannya untuk minum bersama setelah sekian lama. Dan, begitu minum satu gelas wiski, Wen Jun langsung tidak sadarkan diri.
[Jangan banyak protes! Lakukan saja, apa yang diperintahkan oleh Yao. Lagipula apa yang Nenek lakukan adalah membantu Wen Jun, agar dapat kembali hidup normal.]
Belum sempat protes, panggilan sudah diputuskan.
"SIAL!" maki Wei Long, kesal.
Pintu ruangan terbuka dan Yao, pria berbadan kekar melangkah masuk. Yao, adalah tangan kanan sang nenek dan selalu dipercayai melakukan semua perintah tidak masuk akal Nyonya Besar Tan.
"Yao!" panggil Wei Long.
"Tugas Tuan Muda sudah selesai. Silakan Tuan Muda, pulang. Sisanya, akan aku urus," ujar Yao, datar.