Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Kerinduan Soleha

Mata sayu Bu Soleha menatap tubuh anak lelakinya terbaring lelap. Menyeka per jengkal tubuh anak perjaka satu-satunya yang iya miliki. Karna sang anak perjaka itulah Soleha terus bertahan hidup sejak di tinggal pergi suami tercinta.

“Mas Kas, anakmu sudah tumbuh dewasa. Lihatlah Arya kita sudah menjadi Arya tampan nan gagah persis sepertimu dahulu. Apa kau tak merindu rumah, apa kau tiada rindu padaku. Setidaknya pulanglah untuk melihat anakmu sayang,” berucap lirih dalam kesendirian sunyi hati kala hampa merajai setiap sekat jiwa.

Bu Soleha menatap nanar dalam pandangan langit-langit kamar Arya anak lelaki keduanya. Sedang anak lelaki pertama Effendik kini entah kemana, setelah suaminya pergi Effendik menyusul pergi setahun kemudian dengan alasan menyusul sang Ayah. Walau telah ia cegah watak keras kepala dari Kasturi suaminya ternyata menurun kepada kedua anak lelakinya. Sehingga Bu Soleha tak mampu mencegah kemauan Effendik untuk pergi.

Sebelum Mas Kasturi menghilang tanpa jejak dan tiada kabar berita sama sekali. Ia sempat memberikan setumpuk surat yang iya rangkai sendiri. Surat-surat dari sobekan-sobekan kertas putih berisi syair-syair dan puisi. Berisi kata-kata indah akan cinta keduanya yang begitu membumi bagai makna pelangi di kala bunga-bunga pagi mulai bermekaran.

Malam sudah teramat larut ternyata di pojok kamar Arya. Bu Soleha seperti biasa belum jua mengantuk matanya masih terang dan ingin terus terjaga. Pada sudut kamar depan meja belajar Arya jari-jemari Bu Soleha meraih sesobek kertas di atas almari kecil samping meja belajar Arya.

Perlahan ia buka lipatan demi lipatan sobekan kertas dengan hati berdebaran. Sudah puluhan sobekan kertas yang sama dari tulisan tangan Sang pujaan hati yang hilang ditelan bumi entah kemana ia baca. Malam kali ini Bu Soleha ingin kembali membaca terusan surat-surat peninggalan sang suami. Dalam desir hati dan debaran ombak menerpa jantung, Bu Soleha sedikit menghela nafas panjang. Dalam pikirannya bertanya, apakah kau masih mengucapkan selamat ulang tahun pada Arya anak kita Mas? Sebagaimana dahulu saat kau masih ada di sampingku.

Lembaran kertas akhirnya terbuka sempurna walau agak lusuh dan lecek sebab terlalu lama tersimpan jua. Pandangan mata Bu Soleha tertuju pada kata pertama dari surat Mas Kas yang selalu diawali ucapan salam. Perlahan ia eja tulisan tangan sang suami walau remang cahaya hanya sedikit menerangi kamar Arya.

***

Assallamualaikum Cinta Mas, Dek Soleha tersayang

Dear kekasih hatiku,

Dek maafkan aku harus pergi meninggalkan mu dan menyisakan perjuangan hidup untuk merawat kedua anak kita. Mas berharap engkau mengerti adanya, Mas pergi bukan meninggalkan yakinlah suatu saat Mas kembali pulang. Tunggulah hingga saat itu datang untuk kita kembali bersama seperti sedia kala.

Dek istriku Soleha dimana matanya adalah bintang dan senyumnya seumpama bunga-bunga pagi bermekaran. Percayalah sampai kapan jua hati ini hanya menyebut namamu. Bahkan bila darah tertumpah dari dada, setelah dua kalimat syahadat terucap namamu ada dalam getaran bibir terakhir. Begitulah kau tahu isyarat hati dan cintaku bagai alam yang selalu menyuguhkan segala macam buah-buahan segar pada bumi. Bagai air sungai yang selalu menyediakan gemercik segar untuk menghilangkan dahaga burung-burung liar.

Oh iya Dek, bukankah hari ini buah hati kedua kita Arya genap berusia 20 tahun sudah. Selamat ulang tahun Arya, hehe, semoga ia tahu kalau aku Ayahnya. Akan selalu mengingat hari jadi iya datang ke dunia membawa kebahagiaan dan pelengkap bagi utuhnya keluarga kita. Walau pada akhirnya aku sendiri yang membuyarkan mimpi itu.

Dek Soleha istriku tercinta, Bahwa aku ingin berkata biarkanlah Arya tumbuh sebagaimana mestinya. Arya adalah keturunan ku, keturunan Kasturi dan keturunan Kakeknya Kasnam. Kau harus mengerti bahwa Arya dan Effendik anak kita mengalir dalam tubuhnya darah para jawara. Semoga kau mengerti yang aku maksudkan sayang, biarkanlah garis takdir yang membawa jalan hidup mereka.

Walau kau tiada ingin mereka mengikuti jejak Ayah dan Kakeknya. Namun apabila garis takdir yang maha kuasa mengatakan berbeda. Lalu apabila nanti kami saling bertarung dan berhadapan satu sama lain dalam arena. Kau jua tahu apa yang Mas maksud dengan arena itu kekasihku.

Maka selamatkanlah anak kita kedua-duanya. Lalu tinggalkanlah aku bawa pergi mereka, bisa jadi saat hari itu datang aku adalah setan. Bisa jadi saat hari itu tiba aku bukanlah suamimu dahulu yang pernah sangat mencintaimu.

Dek Soleha Adinda ku tercinta akan aku akhiri surat yang aku tulis kali ini di hari lahir Arya anak lelaki kedua kita. Kau harus tahu aku selalu mencintaimu dan selalu merindukan saat-saat kita bersama. Akan aku bubuhkan tanda tangan dan kecupan darah ku agar kau yakin aku Mas Kasmu selalu ada di sisimu untuk menemani hari-harimu dari dulu, kini dan nanti bahkan selamanya sayang.

Salam cintaku kepadamu selalu istriku Soleha,

Suamimu Mas Kasturi,

***

“Tidak, tidak Mas, kali ini keinginanmu tak akan aku wujudkan. Aryaku tidak boleh mengikuti jejak langkah mu dan Bapak. Tidak Mas, tidak, untuk kali ini aku tak akan mengizinkan Arya mengikuti turnamen yang membunuh Bapak dan memisahkanmu dari ku serta anak-anak kita. Kau tahu Mas setahun setelah kepergianmu, Effendik anak kita jua pergi mencarimu. Kau tahu hari ini aku mendengar turnamen itu diadakan kembali. Bahkan diadakan di desa kita Mojokembang dan kau tahu kabarnya Effendik mengikutinya. Adek takut Mas, Adek takut, perkataanmu akan menjadi kenyataan dan kalian bertiga akan bertemu dalam satu arena. Maka dari itu tidak Mas Kas, tak akan ku izinkan Aryaku untuk ikut Turnamen Of Kodam,” begitulah tangisan Soleha pada ujung kamar Arya di depan meja belajar sudut kamar.

***

Garasi MR Y,

“Lepaskan dia biarkan dia bertarung dengan harimau itu. Aku ingin tahu seberapa kuat ia kali ini,” teriak MR Y berdiri di atas lantai dua menikmati satu sosok petarung yang ia ciptakan dari penanaman cip pada otak sang petarung.

Sehingga sosok petarung tersebut begitu brutal dan gahar. Keadaan ini sesuai dalam pemrograman yang dicanangkan oleh para petinggi. Mereka selalu membawa satu petarung unggulan. Sosok petarung yang dijadikan kelinci percobaan biasanya diambil dari pemenang turnamen.

Seperti halnya kali ini sosok terkuat dari juara pertama diadakannya turnamen yaitu sosok Kasturi tengah dibelenggu rantai besi serta dipasung kedua tangannya. Kasturi menggeram dan menghardik bagaikan sesosok monster bukan lagi selayaknya manusia. Akal dan kesadarannya mungkin sudah hilang pengaruh dari cip yang tertanam di dalam otaknya.

Malam ini MR Y ingin melihat kemajuan perkembangan pemrograman dari cip yang ditanam di otak Kasturi. MR Y hendak menguji kekuatan tubuh Kasturi dengan menghadirkan harimau hutan dan liar di hadapan Kasturi. Kasturi tampak begitu brutal bahkan rantai yang membelenggu kaki dan tangannya harus di ikat sedemikian rupa dengan sebuah alat otomatis agar iya tak lepas. Sebab sangat berbahaya apabila iya terlepas lalu mengamuk.

“Lepaskan Kastury...!” teriak MR Y untuk melepaskan rantai yang membelenggu tubuh Kasturi.

Duak, Dak, Gradak,

Akhirnya rantai-rantai besar yang membelenggu tubuh Kastury terlepas sudah. Belenggu besi pasung di tangganya jua terlepas terbelah menjadi dua.

Hoar, hoar,

Suara-suara geraman Kastury begitu keras layaknya geraman dari sosok genderuwo. Sosok Kastury kali ini sungguh bukan selayaknya manusia lagi. Kakinya mulai berubah berurat dan membesar bagai sosok genderuwo dengan kukuh-kukuh panjang. Matanya melotot serta giginya menyeringai dengan senyuman mengerikan.

Sosok Kastury terus berlari menyongsong harimau hutan liar yang jua berlari ke arahnya. Pada akhirnya pertarungan antara harimau hutan liar dengan Kastury dapat dengan mudah dimenangkan oleh sosok Kastury. Lalu Kastury kembali dibelenggu dengan sebelumnya di tembakkan peluru berisi serum penenang.

Sosok harimau yang melawan Kastury tampak robek separuh pada perutnya dengan isi dalam perut keluar semua. Begitu brutal, begitu keras dan mengerikan sosok Kastury kali ini. Membuat MR Y tertawa puas merasa program yang ia buat berhasil dengan baik.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel