Kelinci percobaan
Sorak-sorai terdengar riuh bergemuruh pada setiap sudut gelanggang arena pribadi milik MR X. Mereka yang datang adalah para rekan dan relasi penyokong dana serta kawan-kawan pribadi para petinggi pemilik modal.
Bentuk gelanggang terdiri dari lantai tiga tingkat, dimana lantai paling bawah di gunakan untuk arena pertandingan. Dalam lantai satu ini hanya terdapat dua ruangan khusus untuk kedua belah pihak yang bertanding.
Lalu selain kedua ruangan tersebut hannyalah berupa dinding tembok tebal melingkar. Dengan ruang kosong di tengah sampai tembus atap atas. Sebab gelanggang berbentuk lingkaran besar, namun tetap tersembunyi dan terlihat dari luar layaknya sarang burung walet.
Pada lantai kedua di biarkan kosong, tetapi tetap diberi penghalang tralis besi begitu rapat jaraknya. Sehingga orang tak mampu melewatinya. Begitu rapat namun tetap berlubang-lubang sebab ruangan ini diperuntukkan bagi penonton atau undangan yang hadir menyaksikan turnamen.
Lantai ketiga atau lantai utama gelanggang hanya memiliki satu ruangan. Tetapi agak panjang dan luas ruangannya dari pada dua ruangan di lantai satu. Berbentuk setengah lingkaran serta memiliki dinding kaca film sama besarnya. Dinding kaca film dipasang bertujuan agar para petinggi pemilik modal serta tamu eksekutif yang turut menyaksikan tidak terlihat dan tetap menjadi satu rahasia.
“Bagaimana MR X apa sudah dapat kita mulai pertandingan Turnamen Of Kodam di partai ke empat ini?” MR Y memandang MR X agak meringis seakan iya begitu meremehkan jagoan yang akan dihadirkan oleh MR X.
“Loh ayo siapa takut, lanjutkan saja. Tapi tetap dong kita bertaruh walau malam ini hanya kita berdua yang hadir dari kelima petinggi,” jawab tegas MR X seraya mengeluarkan tumpukan uang pada nampan kecil yang dibawa oleh sekretaris cantiknya lalu diletakkan di atas meja kecil samping iya duduk.
“Oh belum tahu dia siapa jagoan saya. Baiklah saya layani berapa jua jumlah yang akan anda pertaruhkan,” sahut MR Y sama jua dengan MR X. Mengeluarkan tumpukan uang dengan jumlah yang sama persis dengan tumpukan uang MR X, diletakkan pula berjajar di samping tumpukan uang MR X.
Tiba-tiba sebuah Tangga mirip tangga PLN untuk membenahi instalasi listrik. Keluar dari bawah lantai satu, dimana pada atas tangga ada satu tempat khusus bagi wasit pertandingan. Bakti sudah berada disana, seperti biasa iya selalu membawa tongkat gaharu miliknya.
“Baiklah pertandingan malam hari ini sanggatlah seru dan menegangkan. Sebab di pertandingan keempat dari Turnamen Of Kodam kali ini, menampilkan jagoan-jagoan unggulan dari kedua petinggi pemilik modal. Dua sosok jagoan pilihan dari mereka tentunya sudah melalui tahap seleksi ketat. Tentunya juga bukan pendekar sembarangan. Dari sisi kanan ruangan pintu bercat hitam inilah jagoan dari MR X,” koar Bakti menunjuk ke sisi salah satu dari dua ruangan dengan pintu bercat hitam.
Duar, gondang-gondang,
Pintu cat hitam jebol terlempar ke tengah-tengah gelanggang. Lalu keluarlah sosok Kastury yang bertubuh besar dan berotot kekar. Tetapi masih terbelenggu rantai besi di sekujur tubuhnya. Dengan suara menggeram dan berteriak Kasturi menghardik-hardik lantai. Pertanda iya siap untuk bertarung.
“Wau, wau, wau, aku tak menyangka kalau jagoan darimu adalah Sang Legenda juara pertama dari awal berdirinya turnamen Si Kasturi. Ternyata kau MR Y, selain terkenal bengis aku rasa kejam jua ada pada sifatmu,” ucap MR X sambil menggeleng kepala tak menyangka jagoan dari MR Y adalah sosok Kastury.
“Silakan sekarang giliranmu MR X. Aku ingin tahu sekuat apa lawan dari jagoanku Si Kastury,” MR Y memberi kode tangan gaya mempersilahkan agar MR X segera mengeluarkan jagoan miliknya.
“Baiklah akan aku keluarkan jagoan milikku dan aku ingin kau melihatnya betapa kuat jagoan yang aku punya. Karena itulah aku mengkhususkan pertandingan keempat sebagai lawan tanding antara jagoan para petinggi,” MR X tampak diam sejenak sambil memejamkan mata untuk memberi isyarat perintah secara telepati pada Bakti selaku wasit pertandingan.
“Baiklah kali ini saksikanlah jagoan yang akan melawan jagoan dari sisi kiri yang datang dari sisi ruangan pintu cat hitam. Seorang jagoan yang sama kuatnya dengan sosok lawannya kali ini. Dia datang dari sisi sebelah kanan, dari sisi ruangan pintu bercat merah,” namun belum selesai Bakti berkoar menyampaikan kedatangan jagoan lawan dari Kastury.
Sosok tersebut sudah datang dengan cara menjebol dinding. Pukulan-pukulan tangan besarnya menghancurkan dinding dan pintu cat merah. Malah pintu yang terbuat dari lempengan baja berdiameter sangat tebal tersebut dipatahkannya menjadi dua.
Dialah yang berjuluk raksasa Badung jagoan milik MR X yang tak pernah sekali pun kalah. Tubuhnya yang begitu menjulang tinggi sekitar dua meter lebih dan badannya yang besar berotot kekar. Menjadi satu alasan setiap lawan yang berhadapan dengannya selalu jatuh mental sebelum bertanding.
Tanpa banyak berkata Si Raksasa Badung langsung berkari ke arah Kastury dengan langkah telapak kakinya yang besar bagai raksasa. Sementara itu Kastury mulai dilepaskan belenggu rantai dan pasung yang menghalanginya. Kastury jua mulai berlari menyongsong Badung yang berlari ke arahnya.
Duar, duar,
Akhirnya benturan-benturan tinju dan tendangan dari kedua jagoan tak terelakkan. Sampai-sampai beberapa sudut tembok gelanggang banyak yang retak oleh pukulan-pukulan kedua jagoan. Terlihat kali ini Kasturi mendapat lawan seimbang sama kuatnya, bahkan kali ini sosok Kastury tampak begitu kealahan. Kakinya tersambar tangan Badung lalu terlempar sampai terhempas dan terbentur tembok hingga retak pas di tubuh Kastury.
“Yes, hahaha, lihatlah MR Y itu jagoanmu terkapar dia. Jagoanku yang menang ternyata, kali ini kau harus mengakui kekalahanmu. Salah sendiri membuat jagoan dari kloning darahmu sendiri,” suara tawa berkoar dan celaan keluar dari mulut MR X bersama keluarnya asab cerutu mengebul dari mulut tuanya.
“Jangan sombong kau MR X, bahkan kau belum tahu sebenarnya kekuatan Kastury jagoanku. Waktu belum habis MR X semua kemungkinan bisa saja terjadi. Duduklah dengan tenang dan nikmati saja pertandingan,” ucap MR Y tanpa diketahui oleh MR X menekan tombol merah pada sebuah remot kontrol kecil di saku jas yang iya pakai.
Sealur dari tertekannya tombol merah dari remot kontrol kecil milik MR X. Rupanya mempengaruhi program cip yang ditanamkan dalam otak Kastury. Membuat sosok Kastury seakan begitu marah kembali bangun dengan kemarahan menjadi-jadi. Otot-ototnya tampak bertambah besar, bola matanya seakan ingin meloncat keluar. Kukuh-kukuh jari tangan dan kakinya tumbuh agak panjang. Serta rambutnya terlihat bertambah lebat serta panjang jua. Wajahnya berubah sangat menyeramkan dengan urat-urat merah di pipi begitu kentara.
Kastury melesat begitu cepat melewati Si Raksasa Badung. Lalu seketika itu Raksasa Badung yang tak sempat menghindar roboh seketika. Ambruk tak sadarkan diri bahkan iya tak lagi bernapas. Terlihat darah segar mengalir dari arah dadanya yang terkoyak oleh tangan Kastury.
Para penonton yang tadinya bersorak-sorai setiap detiknya kini terdiam. Saat mereka melihat Kastury berdiri sambil menggeram serta di tangan kananya menggenggam sebuah jantung milik Si Raksasa Badung. Tanpa diduga jantung di genggaman tangan kanan Kastury di lahapnya mentah-mentah.
“Yes, yes, hahaha, sudah aku katakan bukan wahai MR X. Semua bisa terjadi sebab waktu masih belum habis dan aku menang lagi kali ini. Terimalah kekalahanmu MR X dan terimalah kenyataan, bahwa kau tak pernah menang denganku,” ejek MR Y pada MR X sambil terus tertawa lepas begitu puas.
“Sial kok bisa jagoanmu itu begitu kuat dan beringas seperti itu. Kalau demikian aku harus berpikir ulang untuk menyiapkan program yang lebih kuat lagi serta mencari jagoan kembali untuk mengalahkan jagoanmu. Tunggulah sampai waktu pembalasanku itu MR Y hari itu pasti akan datang,” ucap MR X tiba-tiba menghilang seperti sebuah hologram pemrograman sebuah jaringan tanpa sinyal lenyap begitu saja.
“Saya tunggu waktu yang kau sebutkan MR X, hahaha,” gelak tawa MR Y membahana terdengar di seluruh lantai hingga ke dasar lantai gelanggang.
Mata Kastury entah kenapa berubah menjadi mata biasa selayaknya manusia normal. Pandangannya terus menatap ke atas langit-langit atap gelanggang. Dimana atap paling atas sempat ada satu bagian yang berlubang akibat sengitnya pertarungan antara Kastury dan Badung. Mata Kastury terus menatap sambil mendongak kepala ke atas, seakan ia tahu di sana tengah berdiri dua sosok yang tak asing baginya.
“Mari kita pergi Kek, sudah cukup aku menyaksikan kekejaman para petinggi terhadap Ayahku. Kali ini aku setuju dengan rencana Kakek Lurah, akan aku bantu niat Kakek menutup turnamen sesat ini,” ucap Effendik sambil berdiri memakai jubah serba tertutup pas di atas atap sisi yang berlubang.
Lalu ia kembali melesat pergi meninggalkan gelanggang setelah tahu jikalau benar rumor tentang Sang Ayah menjadi robot selayaknya anjing peliharaan oleh para petinggi.