BAB 5 | MELAWAN MAKHLUK ANEH
“Ampun, Tuanku!” Zen berlutut di kaki Luis.
“Berhati-hatilah. Lidahmu jangan terlalu lunglai.”
“Baik, Tuanku!”
Beberapa waktu kemudian, keduanya pun tiba di kediaman Petinggi Vampir, di kota Viloz.
“Sudah menjenguk peliharaanmu, Dante?” tanya seseorang yang duduk di salah satu kursi di sana.
“Kenapa kau ada di sini?” tanya Luis dengan nada tidak suka.
“Menjengukmu, Adikku. Apa itu salah?” sahutnya.
Keduanya saling tatap, bukan tatapan rindu antara kakak dan adik. Melainkan tatapan yang penuh dengan kebencian.
“Pergilah! Jangan ganggu kami. Jika yang lain melihatmu, aku akan kesulitan,” usir Luis kepada kakaknya itu.
“Adik kecilku ini berani mengusirku?” tanya orang itu dengan seringai di mulutnya.
“Pergilah, Ikraus!” bentak Luis lagi.
Melihat sang adik yang membentaknya, pria dengan postur tubuh menawan itu pun membalikkan badannya, lalu berjalan menuju pintu. Gaya pakaian yang ia kenakan, tidaklah seperti vampir pada umumnya. Ia memilih gaya manusia yang mengikut zaman.
Sebelum Ikraus benar-benar meninggalkan ruangan itu, ia pun mengucapkan kalimat panjang lebar yang membuat Luis Duke Dante—adiknya itu tertegun mendengarnya. Dan, kalimat itu adalah : “Seharusnya, kau menyambutku dengan baik, Dante. Aku datang, hanya ingin memberitahukan kepadamu, ada sekelompok manusia yang sedang melakukan penelitian, mengambil darah vampir dan menyuntikkannya kepada kelinci percobaan mereka. Tujuan utama mereka adalah menghancurkan para makhluk abadi yang asli. Mungkin, sekarang mereka masih lemah. Namun, dengan kemajuan pesat yang mereka lakukan. Aku rasa, mereka akan bisa melebihi vampir asli, bahkan ... dirimu sekalipun.
Dan, mereka juga menugaskan para vampir ganas itu untuk menghancurkan bunga Langka yang aku sendiri tidak tahu wujudnya seperti apa. Namun, bunga itu sangat indah, besar dan wangi.
Jaga dirimu, Adikku. Jika kelak kita bertemu, kita bukanlah kakak dan adik lagi. Selamat tinggal!”
Setelah itu, Ikraus pun pergi dalam sekali kedipan mata. Membuat Dante yang hendak bertanya menjadi urung sebab kakaknya itu telah pergi.
“Zen. Kau akan sedikit sibuk. Pergilah ke mansion Vandyke. Aku rasa, lambat laun mereka berdua akan mengalami masalah akibat ulah para vampir yang diciptakan para manusia itu,” titah Luis kepada Zen.
“Baik, Tuanku,” sahut Zen, kemudian ia melesat pergi entah kemana.
Sementara itu, Vandyke dan Lori saat ini tengah dikepung oleh sekelompok makhluk yang baru pertama kali ini mereka melihatnya. Wujud para makhluk itu sendiri, lebih mirip seperti manusia serigala, namun berkepala vampir.
“Apa ini?” tanya Vandyke.
“Sepertinya, mereka adalah hasil gabungan dari vampir dan manusia serigala, Tuanku. Sungguh bentuk yang tidak nyaman untuk dilihat,” sahut Lori sambil menyeringai, lebih tepatnya merasa aneh melihat makhluk-makhluk tersebut.
“Hahaha! Kalian pasti sangat mengagumi kami, bukan?” tanya salah satu makhluk itu, membuat Vandyke dan Lori sama-sama menggeleng. Sebab, mereka malah merasa aneh bukan mengagumi.
“Siapa yang menciptakan kalian?” tanya Vandyke kepada makhluk itu.
“Apa kau juga mau seperti kami?” tanya makhluk itu tanpa menjawab pertanyaan Vandyke.
“Lori, ayo! Kita musnahkan mereka. Entah kenapa, aku merasa mereka bukanlah makhluk yang baik,” ajak Vandyke kepada Lori.
“Siap, Tuanku!” sahut Lori dengan semangat.
Lori duluan melesat ke arah makhluk itu, tujuannya adalah jantung. Makhluk yang diserang oleh Lori pun menyeringai dengan gekstur tubuh santai saja.
Duag!
Bruk!
Tanpa diduga, Lori malah terpental akibat pukulan makhluk tadi. Membuat kerumunan itu tertawa terbahak-bahak melihat abdi dari seorang Vandyke itu.
“Hmm, mereka cepat seperti vampir, memiliki daya tubuh kuat dari manusia serigala, mereka juga bisa membaca gerakkan lawan,” ucap Vandyke setelah melihat apa yang terjadi.
“Tuanku!?” Lori bangkit berdiri, pipinya penyok akibat pukulan makhluk tadi.
“Lori? Kita meremehkan mereka,” ucap Vandyke.
“Kalau begitu, bolehkah aku menggunakan kekuatan penuh untuk menghadapi mereka, Tuan?” tanya Lori sambil memperbaiki wajahnya yang penyok.
“Tentu saja boleh, demi keselamatanmu,” sahut Vandyke, membuat Lori membalas ucapan itu dengan senyuman senang. “Kau tampak bahagia sekali, Lori?” ejek Vandyke. “Kalau begitu, aku akan masuk ke dalam bangunan sana. Mungkin, makhluk yang menciptakan mereka ada di dalam bangunan itu,” lanjut Vandyke.
“Baik, Tuanku,” sahut Lori dengan semangat.
Vandyke pun maju, menuju bangunan serba putih yang sepertinya dilindungi oleh para makhluk yang mengelilingi mereka tadi. Penglihatan Vandyke, sangatlah tajam bak mata elang di angkasa sana.
Sret!
Kini, Lori yang melakukan peningkatan kekuatan pun mampu mengimbangi makhluk yang hendak menghalang langkah Vandyke.
“Silahkan, Tuan,” ucap Lori sambil menyeret makhluk yang menghalang langkah Vandyke ke arah lain.
Tap, tap, tap!
Vandyke dengan gaya tersendirinya, terus saja melesat serta melompat ke arah gedung yang berjarak seratus kilo meter dari tempat mereka dikepung tadi.
Namun, dalam perjalanan ke sana, ada beberapa makhluk dari arah depan yang melaju tepat ke arah Vandyke.
“Hm? Mereka juga memiliki penglihatan yang tajam, buktinya mereka bisa melihat kedatanganku,” gumam Vandyke.
Pelesatan dari dua arah, dengan saling menatap tajam, perlahan seringai terbit dari mulut mereka.
Akhirnya, perkelahian antara kelompok yang datang menuju Vandyke dan dirinya pun tak dapat dielak. Awal perkelahian, Vandyke sedikit kewalahan karena gaya tarung serta kekuatan mereka sungguh luar biasa, bahkan Vandyke mengakuinya.
“Kalian lebih kuat dari pada mereka yang dihadapi oleh Lori saat ini,” ucap Vandyke.
“Cih! Vampir lemah sepertimu, ternyata menyadari itu,” sahut salah satu dari mereka.
“Hmmm, lidah kalian juga tajam,” ucap Vandyke, membuat para makhluk itu seketika melesat ke arahnya bersamaan.
Sedikit kewalahan, namun Vandyke juga mampu mengimbangi para makhluk itu. Dirinya selama ini juga bukan hanya berdiam diri di mansion gelapnya. Vandyke pernah berpikir, hidupnya serasa hampa. Namun, dirinya yang dulunya manusia, merasa akan ada perkembangan serta sesuatu yang akan terjadi di masa depan. Oleh karena itu, tanpa Lori ketahui, Vandyke berlatih setiap hari di tempat rahasia yang hanya dirinya sendiri ketahui.
Krak!
Satu persatu, dengan lompatan serta ketangkasan, Vandyke pun berhasil memisahkan kepala dari tubuh lima makhluk yang menyerangnya tadi. Akan tetapi, di saat dirinya akan melanjutkan perjalanan untuk mencapai tujuannya. Ia pun dibuat terkejut dengan kelima makhluk yang ia rasa sudah dimusnahkan tadi. Secara perlahan, tubuh dan kepala kelima makhluk itu telah kembali menyatu seperti semula. Meskipun mereka mengerang kesakitan ketika melakukan itu.
“Itu, menjijikan,” gumam Vandyke.
“Kau tidak akan bisa membunuh kami. Kau akan mati di sini,” ucap salah satu dari makhluk tadi.
Dalam sekali gerakkan, mereka pun terus menyerang Vandyke. Membuat vampir tampan berusia dua puluh sembilan tahun dalam kurun waktu lima puluh tahun itu pun sedikit berpikir tentang cara memusnahkan mereka, untuk selamanya.
“Baiklah, ayo kita lihat, apakah ini akan berhasil?” ucap Vandyke.
Grep!
Nahas sekali, dirinya sekarang malah dipegang dari berbagai arah tubuhnya oleh kelima makhluk tadi.
“Putuskan kepalanya!” seru salah satu dari mereka, sepertinya dia lah pemimpin dari kelima makhluk tadi.
Vandyke menghela napas, dan menatap tajam para makhluk itu. “Kalian sungguh meremehkanku! Satu hal yang perlu kalian ketahui, aku adalah abdi dari seorang vampir yang sangat kuat di muka bumi ini. Kalian pikir bisa mengalahkanku!?”
“Putuskan kaki dan tangannya juga!” seru sosok itu lagi.
