Pustaka
Bahasa Indonesia

VANDYKE DUKE VALTER

25.0K · Ongoing
Pelita Biru
22
Bab
488
View
9.0
Rating

Ringkasan

Vandyke Valter, seorang pria yang sedang putus cinta. Akibat lalai, dirinya tertimpa nasib tragis saat bulan purnama merah sedang berlangsung. Dari situlah kehidupannya berubah drastis, salah satunya ... bangun dengan 2 taring mencuat dan haus akan darah. Bagaimanakah dia menghadapi kehidupan yang telah berubah itu? Silahkan ikuti kisahnya, terima kasih.

RomansaFantasiDewasaCinta Pada Pandangan PertamaSweetTuan MudaCinta PertamaPetualangan

BAB 1 | BULAN PURNAMA MERAH

Di sebuah kota bernama Viloz, tersebar perintah dari kementrian kota.

“Waspada! Tidak ada yang boleh keluar di atas jam dua belas malam! Sayangi nyawa kalian!” Demikian bunyi tulisan dari selembar kertas pudar yang tertempel di dinding sebuah lorong.

Malam itu langit tampak tamaram. Bulan di atas sana tersenyum dengan cerahnya. Akan tetapi, cahayanya menjadi menyeramkan akibat warna merah yang menyelimutinya.

Di sebuah lorong nan tamaram ini, tampaklah seorang pria yang berjalan terseok-seok sambil mengimbangi tubuhnya agar tidak ambruk. Sudah dipastikan bahwa pria berusia dua puluh sembilan tahun itu sedang mabuk.

“Hegh! Aku, aku dipecat!? Memangnya, siapa mereka?! Hegh! Hahaha.”

Ia meneguk kembali minuman di tangannya itu dengan tengadah ria. ‘Gleg, gleg, gleg!’

“Kekasihku, dia memilih pria yang kaya raya dariku. Dewiku itu tidak tahu, bahwa aku dipecat karena pria itulah yang meminta pemilik perusahaan melakukannya. Heh! Hegh!” Demikian keluhan yang keluar dari mulut pria itu.

Kalimat yang berisi keluh kesah serta curhatannya itu, membuat sesuatu di atas pepohonan sana menghentikan lompatannya.

“Menarik!” ucap sosok itu dengan seringaiannya. Tampak pula dua taring tajam mencuat ketika senyumannya bertambah lebar.

Set!

Sekali gerakan, makhluk itu turun dari pepohonan untuk mendekati pria tadi.

“Uh! Siapa kau!?” tanya pria mabuk tadi sambil menyipitkan matanya agar melihat dengan jelas.

“Orang yang akan memberikanmu sesuatu yang luar biasa,” jawab sosok yang tak lain adalah vampir itu.

“Khok!” Pria mabuk itu ditarik cepat oleh sosok tadi ke arah tembok, membuat ia mengeluarkan suara seperti tercekik.

“Aaarghh!!!” Teriakkannya menggema, memecah keheningan malam dan lelapnya tidur para binatang malam yang ada di sana. Makhluk yang menarik pria mabuk tadi telah menggigit lehernya dengan kedua taring tajam yang ia miliki.

Beberapa saat kemudian, tak terlihat sosok yang menggigit leher si pria mabuk ini. Makhluk itu sudah melesat pergi entah ke mana.

Dengan posisi masih terbaring, pria mabuk itu mengangkat perutnya ke atas. Urat-uratnya mulai timbul dan berwarna merah. Otot-ototnya tegang membuat tubuhnya mengejang di saat bersamaan.

“Graaaarhhhh!!!”

Siapa pun yang mendengar suara di atas, tentu bulu kuduknya akan berdiri. Karena pada masa ini, seluruh penduduk kota sedang tidak berani keluar dari rumah di atas jam dua belas malam. Sebab, di waktu itu, para vampir ganas akan keluar mencari mangsa yang menyepelekan himbauan pemerintah kota tersebut.

Brak!

Dengan dada yang kembang kempis, pria mabuk itu masuk setelah menerjang pintunya.

“Van! Apa yang kau lakukan, Nak? Kenapa kau menerjang pintu kita?” Kerasnya dobrakan itu, membuat wanita paruh baya yang terlelap di kamarnya pun terbangun dan keluar seketika,

Hal selanjutnya yang terjadi, merupakan hal yang akan disesali oleh pria itu jika saja ia masih memiliki hati manusia. Nahasnya, ia sekarang hanya seorang vampir yang haus akan darah. Sungguh, ibu tua yang malang, nasibnya berakhir di tangan sang putra yang belum sempat memberikan seorang menantu serta seorang cucu sesuai harapannya selama ini.

***

Di sebuah tempat bernuansa klasik, terlihat beberapa orang dengan pakaian khasnya tengah berkumpul dan memandang wajah satu sosok di sana.

Salah satu dari mereka melesat maju, kemudian berseru kepada orang itu. “Kau gila Alonso! Kenapa menggigit manusia di saat bulan merah terjadi? Apa kau tahu? Dia telah menyerang orang yang ada di dalam rumah. Itu melanggar etika kita!”

Alonso, nama vampir yang menggigit Vandyke tadi malam pun tersenyum miring, lalu berkata, “Aku hanya membantunya, Luis. Dia terlihat menderita. Akan seru jika sesuatu seperti ini terjadi, bukan?”

Di saat perseteruan terjadi, datanglah sekumpulan vampir yang ditugaskan oleh Luis untuk melihat akibat yang telah dilakukan oleh Alonso itu.

Salah satunya maju dan memberi laporan kepada Luis, “Tuan! Dia memang berbeda, ia menyerang ibunya sendiri, para tetangganya dan juga orang lain yang berlalu lalang. Nahasnya pula, semua yang ia gigit berubah menjadi vampir ganas yang haus akan darah. Kami kewalahan menangkap mereka semua.”

Bruk!

Selanjutnya, vampir muda lainnya membawa banyak vampir lain yang bertingkah ganas akibat mendapat gigitan dari Vandyke.

“Siapa namanya?” tanya Luis.

“Vandyke Valter, Tuanku,” sahut pesuruhnya itu.

Luis Duke Dante pun menatap semua yang ada di sana, kemudian berkata, “Membunuh vampir pertama yang berubah saat bulan merah adalah kesalahan. Jadi, itu tidak berlaku bagi mereka yang berubah akibat gigitan Vandyke.”

“Bunuh semuanya, kecuali Vandyke Valter,” lanjut Luis dengan perintah kepada para bawahannya.

Atas perintah itu, terjadilah hal yang tidak nyaman dilihat dalam sekejap, namun Alonso terlihat sangat menikmatinya, bahkan ia tertawa terbahak di tempatnya.

Luis terlihat acuh, ia pun mendekati Vandyke yang terus mengerang haus di tempatnya, “Vandyke! Vandyke Valter, dengan ini aku menambahkan namamu dengan satu kata. Mulai saat ini, namamu adalah Vandyke Duke Valter!”

“Graaarhhh!!” Vandyke yang diberi nama baru itu seketika mengejang dengan dada membusung dalam posisi berlututnya.

“Dan kau, Alonso! Terima hukumanmu!” seru Luis Duke Dante.

Seketika, Luis Duke Dante melesat dan memisahkan kepala Alonso dari tubuhnya. Belum cukup di situ, Luis menembus dada Alonso dengan tangannya, mencolok jantung Alonso dan menghancurkannya tanpa basa basi. Sehingga tewaslah vampir bergaya bangga itu.

“Vandyke Duke Valter! Kau telah terikat denganku! Karena kelalaianku kau menjadi seperti ini. Kau akan diasingkan ke sebuah tempat nan jauh, tanpa kerabat maupun seorang pun yang menemanimu. Kau hanya boleh memangsa hewan liar di sekitar mansion yang akan menjadi tempat pengasinganmu kelak.”

“Graarrrhhh!!” Sekali lagi, Vandyke Duke Valter mengejang akibat menerima hukumannya atas ikatan yang terjadi antara dia dan Luis Duke Dante itu.

Vandyke menunduk, ia yang tersadar langsung menatap sisa debu sang ibu yang melahirkannya. Tatapan menyesal terpancar dari wajah pria yang kini sudah berwajah pucat layaknya mayat itu. Jika ditanya, siapa yang menjadikan jenazah sang ibu menjadi abu? Luis-lah yang membuat ia seperti itu. Karena Luis tahu bahwa Vandyke sangat menyayangi ibunya.

“Terima kasih, Tuanku,” ucap Vandyke kepada Luis sambil berlutut.

Atas perintah Luis Duke Dante. Vampir bernama Vandyke Duke Valter ini pun diasingkan ke sebuah mansion yang ia bangun di balik air terjun Timbal Balik. Tanpa melewati lorong di balik air terjun itu, siapa pun tidak akan pernah bisa mencapai tempat tersebut.

***

Lima Puluh Tahun Kemudian.

“Tuan Vandyke! Kementrian Vampir, Tuan Luis Duke Dante akan mengunjungi Tuan pada sore hari nanti,” lapor seorang pelayan yang dikhususkan bagi seorang Vandyke ini.

“Terserah dia saja, Lori. Aku tidak peduli,” sahut Vandyke yang acuh tak acuh.

Lori, nama pelayan yang setia menemani Vandyke selama lima puluh tahun ini pun mundur untuk melakukan pekerjaannya.

Waktu yang diutarakan Lori pun tiba, rombongan pria bermantel merah dengan tudung yang melindungi kepala hingga tersisa mulut saja. Berjalan, melompat dan melesat melewati lorong air terjun nan indah tersebut. Bahkan, derasnya air yang terjun, tak mampu mengalahkan kekuatan para makhluk mitos ini untuk menembusnya.

“Halo, Vandyke Duke Valter! Apa kabarmu?” tanya Luis yang ketampanannya di atas rata-rata ini.

“Oh? Kalian sudah tiba? Silahkan menjamu diri kalian sendiri,” sahut Vandyke dengan wajah datar tanpa ekpsresinya.

“Hssshhh!!” Salah satu vampir muda, maju dengan taring mencuatnya.