Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB 3 | OH! INI HANYA PENYAKIT KULIT

“Tidak perlu Lori. Sebentar lagi pasti ada yang datang menemui kita,” tolak Vandyke dengan santainya.

“Baik, Tuan.”

Beruntungnya Vandyke karena memiliki pelayan setia seperti Lori ini. Selain itu, Lori juga penurut.

Tak lama kemudian, kepala prajurit yang diminta Raja untuk membebaskan Vandyke dan Lori pun tiba.

“Silahkan, Tuan. Yang Mulia sudah menunggu Tuan,” ucap kepala prajurit itu sambil sedikit menunduk. Dia tahu, bahwa siapa saja yang akan dijamu oleh Raja. Maka orang itu merupakan orang penting di sekitar Raja. Meskipun kasusnya Vandyke ini adalah spesial karena menolong sang putri.

Vandyke menoleh dengan tatapan datar ke arah kepala prajurit. Lalu, berlalu begitu saja.

Dengan berjalan tegap dan angkuh, Vandyke diikuti Lori pun memasuki ruang perjamuan milik Raja.

“Silahkan, Tuan Vandyke Duke Valter. Seperti kata rumor, Tuan memang gagah dan tampan,” ucap Raja Razom sambil tergelak.

Pujian merupakan angin lalu bagi Vandyke. Betapa pun tampannya dia, selamanya tidak akan pernah menemukan pasangan dan memiliki keturunan. Demikianlah pemikiran Vandyke, dan itu menjadi salah satu penyesalannya karena bisa menjadi seorang vampir.

“Terima kasih, Yang Mulia.” Lori mewakili Vandyke, karena tuannya itu bersikap acuh tak acuh serta berwajah datar saja.

Sruk!

Bahkan Vandyke langsung duduk sebelum dipersilahkan oleh Raja.

Crink!

Kepala prajurit yang melihat itu pun langsung menarik pedangnya.

Set!

Baginda Raja mengangkat tangannya, supaya Kepala Prajurit urung mengeluarkan habis pedang dari sarungnya.

Raja Razom terkekeh untuk mencairkan suasana. “Silahkan duduk, Tuan Vandyke. Silahkan nikmati hidangan yang ada.”

“Terima kasih, Yang Mulia. Kaki Tuanku sudah sangat pegal, oleh karena itu Tuanku langsung duduk ketika bertemu kursi,” sahut Lori atas ucapan Raja Razom.

Gleg!

Vandyke meneguk minuman dengan tegukan besar.

Gleg!

Mendengar tegukan kedua kalinya itu, Lori pun melirik dan meneguk salivanya yang serasa biji kedondong, “Habislah aku nanti,” pikir Lori.

“Tuan Putri memasuki ruang jamuan!” seru prajurit yang menjaga pintu ruangan itu.

Deg!

Putri yang baru saja tiba itu, sesaat sempat tertegun ketika melihat sosok Vandyke di sana. Bisa terlihat wajahnya yang merona seperti tomat yang akan matang. Bukan karena polesan riasan, melainkan hal lainnya.

“Senang bertemu denganmu, Tuan Vandyke,” ucap tuan putri sambil menunduk singkat.

“Bukankah terbalik?” Demikian pikiran semua yang melihat adegan tersebut.

“Ehm! Tuan Putri. Duduklah,” pinta Raja kepada putrinya.

“Baik, Yang Mulia.”

“Senang bertemu dengan Tuan Putri!” seru Lori yang lagi-lagi mewakili tuannya, bahkan ia sampai membungkuk sembilan puluh derajat.

“Silahkan duduk, Tuan Lori,” pinta tuan putri itu.

“Terima kasih, Tuan Putri. Tetapi itu tidak layak dilakukan, aku akan berdiri di samping Tuanku.” Lori langsung sigap berdiri di samping Vandyke dan melayani kebutuhan tuannya itu. Mulai dari mengambil makanan, memberikan alat makan dan lainnya.

Tidak banyak yang dibincangkan, karena Vandyke sangat pendiam. Bahkan, banyak pertanyaan sang Raja yang dijawab oleh Lori, bukan dirinya langsung.

“Tuan Vandyke. Apa Tuan mau jalan-jalan dan minum teh di taman?” tanya putri itu dengan senyum cerianya. Terlihat binaran terpancar dari kedua bola mata indah yang dia miliki. Membuat Vandyke sulit untuk menolaknya.

“Baguslah, Tuan sudah bisa bergaul dengan manusia. Ini bagus!” pikir Lori, sehingga ia tersenyum tanpa sadar.

“Kenapa kau tersenyum, Lori?” tanya Vandyke pada Lori, membuat jantung mati Lori itu serasa hendak meledak saja.

“Oh! Tidak, Tuan. Bunga di taman! Pasti sangat indah, aku yakin Tuan senang melihatnya,” sahut Lori dengan cepat sambil menunduk.

“Di mansion, kan juga banyak,” gumam Vandyke, membuat Lori menghela napas sesak.

Ketika tiba di taman dengan meja teh di sana. Semuanya sudah disediakan oleh para pelayan istana, sehingga mereka hanya tinggal menikmatinya saja.

Saat hendak duduk, Vandyke tak sengaja melihat mawar putih yang pernah ia persembahkan kepada kekasihnya semasa menjadi manusia dulu. Kakinya pun melangkah ke sana dan menyentuh bunga yang tumbuh di tepian kolam buatan itu.

“Hati-hati, Tuan. Mawar itu banyak durinya!” seru tuan putri yang membawa secangkir teh di tangannya. Saking khawatirnya, ia pun menghampiri Vandyke sambil membawa serta cangkir tersebut.

Duk!

“Akh!” Putri yang lembut ini tersandung oleh kakinya sendiri, alhasil ia pun menubruk Vandyke karena tak berhasil menjaga keseimbangan tubuhnya.

Byur!

Kedua orang itu masuk ke dalam kolam yang sedalam pinggang orang dewasa.

“Huwah! Huah!” teriak putri itu sambil berusaha berdiri.

“Tuan Putri! Tolong Tuan Putri, dia tidak bisa berenang!” seru pelayan pribadinya.

Vandyke yang baru saja timbul itu pun menyeka air yang menyelimuti wajahnya.

Grep!

Vampir tampan itu langsung menarik tangan tuan putri yang terus kesulitan berenang itu.

“Berdirilah, kolamnya tidak dalam,” ucap Vandyke, sehingga putri itu pun tersadar dan berdiri seketika.

“Wah! Ternyata tidak dalam!” seru sang putri yang berhasil berdiri di dalam kolam itu. Ia berusaha menyeka air di wajahnya, kemudian tak sengaja menatap wajah Vandyke.

“Tuan? Kenapa wajahmu pucat sekali!? Apa kau sakit?” tanya sang putri.

“Ini buruk!” seru Lori dalam hatinya. Sebab tidak paham dengan riasan, ia pun membeli riasan yang ternyata mudah luntur jika terkena air. Riasan itu ia kenakan pada tuan dan dirinya agar tidak terlihat pucat di mata para manusia.

“Tuanku!” Lori berlari ke tepian, kemudian mengulurkan tangannya. “Maaf, Tuan Putri. Tuanku .…” Lori menjeda kalimatnya karena ragu, “Tuanku memiliki penyakit kulit yang langka. Oleh karena itu, aku memberinya riasan yang ternyata luntur terkena air.” Lori yang malang, ia menjelaskan sesuatu tanpa diminta oleh tuannya.

“Penyakit kulit katamu? Sepertinya kau memiliki banyak jantung, Lori!?” Vandyke yang kesal, langsung berbicara dalam hati. Namun, dapat didengar jelas oleh seluruh isi dan urat syaraf Lori.

“Maaf, Tuanku. Ini demi Tuanku! Maafkan aku!” mohonnya dalam hati.

“Apa itu sakit?” tanya tuan putri pada Vandyke.

“Tidak sama sekali. Penyakit ini langka, tapi tidak mematikan dan juga tidak menular. Jadi, Tuan Putri tenang saja.” Vandyke menjawab pertanyaan itu sambil tersenyum. Membuat Lori tercengang seketika.

“Jaga pikiranmu, Lori! Tunggu pulang nanti,” ancam Vandyke yang masih melewati telepati.

Gleg!

Lori meneguk paksa salivanya yang keras, dan ia berseru, “Baik, Tuan!”

“Ada apa dengan Tuan Lori? Apa dia baik-baik saja?” tanya tuan putri, karena Lori tiba-tiba saja berseru demikian.

“Dia baik-baik saja,” jawab Vandyke pada putri itu. “Kami harus pamit, terima kasih atas jamuannya,” lanjut Vandyke.

“Kenapa tidak mengeringkan badan dulu? Kerajaan memiliki banyak pakaian yang secepat kilat bisa pas untuk digunakan,” usul tuan putri.

Vandyke pun tersenyum, membuat tuan putri tak dapat mengalihkan tatapan matanya ke wajah pria itu.

“Maaf, Tuan Putri. Bukan kami menolak, tapi kami harus pulang. Ada banyak hal yang harus dikerjakan,” jawab Vandyke atas usulan tuan putri tadi.

“Em, baiklah. Kalau begitu, aku minta maaf karena tidak bisa mengantar ke depan,” ucap tuan putri dengan suara menyesalnya.

“Tidak mengapa, kami permisi.” Vandyke dan Lori pun pergi dari taman itu.

Beberapa pengawal, diminta oleh tuan putri untuk mengantarkan Vandyke dan Lori keluar istana.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel