Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB 5

Apartemen yang Anthea tempati lumayan luas. Terdiri dari dua kamar yang sama besarnya, pantry, balkon yang dapat melihat ke sepenjuru kota dan peralatan kebutuhan rumah tangga yang memang sudah lengkap. Apartemen dirinya dan para rekan-rekannya yang lain satu gedung namun beda lantai. Mereka tidak ingin terlihat terlalu mencolok dengan bersamasama.

Bel di apartemennya membuat Anthea beranjak ke depan dengan siaga. Siapa yang menggedor pintu apartemennya semalam ini? Diliriknya jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 01.14 malam.

Bunyi pintu di buka dari luar membuat Anthea bersiaga dan mengambil pistol dari bawah bantal tidurnya. Ia menodongkan pistol tersebut ke siapapun yang akan masuk ke dalam ruangannya.

Ceklek.

Pintu terbuka dan Anthea hendak menembak kepala pria itu kalau saja pria itu tidak lebih dulu membuka suaranya.

“A, it’s me!”

Anthea menurunkan senjatanya. “Sialan! Kenapa kau seperti maling, hah?”

Gadis itu menyengir dan tanpa rasa bersalah dia masuk. “Aku meminta duplikat kamarmu pada resepsionis di bawah.”

“Dan~ kenapa mereka memberikannya?” Anthea menatap Samantha tajam.

Samantha menyengir lebar sebelum membuka permen karet. “Kau tahu, A. Aku mudah memanipulasi orang.”

Menghela napas pelan lalu ikut duduk di sebuah sofa, Anthea menatap Samantha penuh penjelasan. “Ada apa, Sam? Kenapa kau diam-diam ke flat-ku tengah malam sedangkan masih banyak waktu esok hari yang bisa kau gunakan untuk mendatangiku?!”

Tatapan Sam berubah serius. Ia mengeluarkan permen karet dari mulutnya, membungkusnya kembali dengan bungkus aslinya untuk dimakan nanti karena manisnya belum hilang. Menghela napasnya dalam-dalam dan bergumam,

“Aku tahu kau wanita cerdas, A. Jadi, kemungkinan kau tidak akan mengambil tindakan gegabah setelah aku memberitahumu sesuatu. A secret between us. Aku bahkan belum mengatakannya pada ketua.”

Anthea memasang telinganya baik-baik sebelum mendengarkan cerita panjang lebar versi Samantha si gadis komputer.

“Beberapa hari ini aku tidak lepas dari Betty,” ujarnya sambil menatap Anthea serius. Betty adalah komputer kesayangannya. “Betty memperlihatkan sesuatu yang tidak ku duga. Kau ingat saat kita masih berada di Rabat? Kita membunuh seseorang di jalan umum untuk merebut berkas penting milik komandan. Saat itu, tepat sebelum tubuh Redro meledak, aku melihat pria asing memakai topi, masker sedang memerhatikanmu saat kau meraba-raba tubuh Redro untuk mengambil berkas.” Menghela napasnya pelan. “Aku menelusuri pria tersebut dengan Betty yang sudah di percanggih oleh dr. Krand. Pria itu berumur 35 tahun, A. Pemimpin sebuah organisasi terlarang yang di kendalikan oleh seorang pria paruh baya yang masih menjadi incaran para petinggi.” Bisiknya pelan takut-takut ada seseorang yang sudah meletakkan microfon kecil mendengar pembicaraan mereka. “Pria berumur 35 tahun itu bernama Dennovan R. Johnson yang merupakan Kakak tiri dari Halley Johnson yang telah dibunuh oleh Selvanya Reatrama setahun lalu.”

“Apa kau yakin mengenai ini, Sam? Ini sulit di percaya.” Anthea menggeleng masih menganalisis tentang perkataan yang keluar dari bibir mungil Sam. “Bukankah pemimpinnya Johnson Cregwald Dogry?”

“Ya, itu sebelum pria tua itu menyerahkan jabatan tersebut pada putrinya, Halley.” Anthea berpikir keras.

“Lantas, apa kau ingin mengatakan bahwa pria yang diincar para petinggi itu beda dengan Johnson C. Dogry tersebut?” Samantha mengangguk mantap.

“Kenapa kau tidak memberitahu pada ketua perihal ini, Sam?”

Samantha menghela napasnya pelan. “Bisakah kau menawarkan minum terlebih dahulu? Aku haus.” Sam menunjukkan lehernya sambil mengelus naik-turun disana.

“Sebentar.” Anthea beranjak ke dapur lalu mengambilkan segelas air mineral untuk temannya. Meletakkannya di hadapan Sam.

“Tidak adakah air yang tidak bening seperti ini?”

“Aku belum sempat belanja, Sam. Kita baru saja pindah sore tadi kalau kau lupa!”

Samantha mengangguk-angguk dan meminumnya hingga tandas sebelum kembali menatap Anthea dengan santai. “Aku tidak memberitahu Jeslyn karena dia memang tidak perlu tahu, A. Aku belum selesai bercerita.”

“Kalau begitu lanjutkan,” sahut Anthea santai dan kembali mendengarkan apapun yang hendak Samantha katakan.

Samantha menarik napasnya dalam-dalam. “Kematian Halley menimbulkan dendam pada saudara tirinya ini. Kepemimpinan mafia Oklahoma langsung diserahkan pada Dennovan. Halley dan Dennovan berbeda Ayah namun, satu ibu.” Sam melirik Anthea yang masih tampak mendengarkan sebelum bertanya. “Aku mendengar dari Jeslyn bahwa kau tahu tentang The Invisible Hand?”

Anthea mengangguk. “Lantas apa hubungannya dengan Dennovan itu?”

Tatapan Sam berubah tajam dan serius. “Aku menduga bahwa Donnovan adalah dibalik dari The Invisible Hand.”

“Hipotesamu kurang menyakinkan, Sam. The Invisible Hand ini bekerja tanpa terlihat. Jadi, bagaimana bisa kau tahu Dennovan adalah dibalik ini semua?”

Samantha menghela napasnya. “Kalau kau ingin kebenarannya. Aku bisa membawamu untuk bertemu dengan Selvanya. Kebetulan, dia berada di negara ini dan kudengar minggu depan dia akan terbang ke Indonesia.”

Anthea menghela napasnya pelan. Ini masih sangat sulit di cerna otaknya. Jika ini semua hanya pembalasan dendam, kenapa mereka tidak langsung bergerak? Dia melirik Samantha yang kembali mengunyah permen karetnya tersebut dan mengangguk. “Baiklah, besok temani aku bertemu dengannya.”

“Deal!”

“Sam, apakah para petinggi sudah tahu siapa sebenarnya yang mengendalikan ini semua?” Anthea bertanya ragu pada Samantha karena ia yakin bahwa Samantha pun belum tahu mengenai hal ini.

Dan tepat seperti dugaan Anthea, Samantha memang tidak tahu apa-apa karena gadis itu menggelengkan kepalanya. “Tapi~” Samantha bergumam. “Dari yang kudengar, pria itu dulu mantan para petinggi agen, Anthea.”

Mata Anthea membola. “Maksudmu dia berkhianat? Bagaimana bisa?”

“Entahlah. Itu bukan urusan kita, A,” sahut Samantha sebelum berdiri dari sofa lalu merenggangkan kedua tangannya yang kaku. “Aku akan kembali ke apartemenku. Kita bertemu besok jam 10 pagi.”

Anthea mengangguk dan mengantar Samantha ke depan pintu. “Cobalah untuk masuk dengan benar lain kali, Sam. Aku tidak akan menolerirnya lagi, siapapun itu!”

Samantha menyengir lebar. “Maafkan aku. Aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi, A.” Gadis itu menguap pelan dan melihat pergelangan tangannya. “Sudah jam dua. Sebaiknya kita segera tidur.”

“Ya, terima kasih atas informasimu, Sam. Selamat malam.” Anthea benar-benar berterima kasih tulus pada Sam mengingat Sam sudah mempercayainya dengan membongkar informasi penting ini hanya padanya seorang tanpa ada yang tahu selain dari mereka berdua.

“Selamat Malam, Anthea. Ku harap kau bisa tidur dengan nyenyak.” Setelah Samantha berjalan menuju lift, Anthea langsung menutup pintu apartemennya dan menyandarkan kepalanya disana sambil memejamkan matanya erat.

Apakah pria itu dia? Pikirnya dalam hati. Anthea segera menggelengkan kepalanya untuk beristirahat karena sesungguhnya ia benar-benar membutuhkan tenaga mengingat begitu banyak teka-teki yang sama sekali belum mereka selesaikan. Apalagi ia harus bertemu dengan Selvanya terlebih dahulu dan menguak semua rahasia ini.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel