Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 9 Membodohimu

“Ma, pasti Kakak Lin berada di dalam kamar Ah Nian! Dia terus membelanya saat aku ingin memberikan hukuman pada Ah Nian,” ucap Lian Er pada Hua Mei di luar pintu kamar Ah Nian.

Juan Lin sangat yakin Ah Nian akan melindunginya, dia segera menganggukkan kepala dan mempercayainya.

“Nian! Buka pintu kamarmu!” teriak Hua Mei dari luar pintu.

Ah Nian langsung membuka pintu dan menarik lengan Juan Lin keluar dari dalam kamarnya. Hua Mei menatap penampilan putra sulungnya dengan tatapan mata tidak percaya. Begitu juga Lian Er, dia tidak mengira Juan Lin akan sungguh-sungguh keluar dari dalam kamar Ah Nian.

Lian Er membekap bibirnya sendiri karena tidak bisa berkata-kata.

“Kalian! Apa yang kamu lakukan di kamar Ah Nian! Lihat penampilanmu ini!” bentak Hua Mei dengan tatapan mata tidak senang. Hua Mei sangat terkejut melihat kancing baju Juan Lin terbuka pada dadanya. Dia pikir Juan Lin sudah melakukan tindakan tidak bermoral bersama Ah Nian.

“Ma, aku dan Nian hanya bicara saja, kami sama sekali tidak melakukan apa-apa,” jelasnya pada Hua Mei.

“Aduh, jantungku, dadaku sakit sekali, akh! Bagaimana mungkin putraku yang sangat tampan bisa berhubungan dengan gadis cacat sepertinya, oh dadaku sakit sekali,” ucap Hua Mei sambil menekan dadanya sendiri.

Lian Er panik, dia segera memapah Hua Mei pergi meninggalkan depan pintu kamar Ah Nian.

“Ma, ayo, kita kembali ke kamar saja, dia memang gadis rendahan! Bisa-bisanya dia menggoda Tuan muda Hwang dan kakak Lin, dia menggoda dua pria sekaligus!” ucap Lian Er.

“Mama, dengarkan aku, Mama tahu aku bukan pria seperti itu! Ma!” ucap Juan Lin dengan panik. Juan Lin terus mengekor Hua Mei menuju ke kamar di lantai bawah.

Sementara Ah Nian hanya diam saja tanpa bicara sepatah kata pun. Ah Nian kembali masuk ke dalam kamarnya dan duduk di tepi ranjang.

“Akan lebih bagus kalau Hua Mei dirawat di rumah sakit, aku dengar dia tidak bisa mendapatkan tekanan. Dia tidak hanya takut kehilangan putra sulungnya, tapi dia juga sangat takut kehilangan Wei Zhang! Apa yang akan terjadi jika dua pria di rumah ini memihak padaku?” gumam Ah Nian sambil mengukir senyum penuh dendam pada salah satu sudut bibirnya.

Ah Nian bisa menebak, tidak lama lagi Wei Zhang akan membawa Hua Mei ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan. Dan Lian Er, pasti dia juga ikut serta pergi ke rumah sakit.

Ah Nian berjalan pelan ke tengah kamar untuk menemukan tongkatnya, dia mendengar suara mobil keluar dari kediaman lalu langkah kaki penuh amarah memasuki kamarnya.

“Tuan muda Lin?”

Juan Lin menyambar tangan Ah Nian dengan kasar mendorongnya ke atas ranjang. Juan Lin dengan kasar mencekik leher Ah Nian dan menghimpit tubuh Ah Nian dia atas ranjang.

“Aku tidak menyangka! Kamu sengaja menjebakku! Pasti kamu sengaja melakukan semua ini!” hardik Juan Lin.

“Tuan, akh, Tuan muda Lin, lepaskan saya,” pinta Ah Nian sambil pura-pura meronta. Ah Nian tidak sungguh-sungguh melawan, Ah Nian hanya memukul pelan punggung dan bahu Juan Lin.

“Pria lemah seperti Juan Lin tidak akan pernah berani mengambil keputusan di depan Hua Mei, aku tidak bisa memegang ucapan Juan Lin. Juan Lin tidak akan pernah bisa melawan keputusan Hua Mei, jika Juan Lin mampu melakukannya tentu saja Hua Mei tidak akan pernah menikah dengan Wei Zhang di masa lalu!” ucap Ah Nian dalam hati.

“Kamu kejam sekali padaku,” ucap Juan Lin pada Ah Nian dengan kedua bola mata berkaca-kaca. Napas Juan Lin tersendat, air mata Juan Lin menetes pada pipi Ah Nian. Juan Lin perlahan melepaskan cengkeraman tangannya pada leher Ah Nian lalu memeluknya dengan erat.

“Saya tidak melakukan apa-apa, saya hanya menunjukkan pada Tuan muda Lin bahwa hubungan antara kita berdua sungguh tidak mungkin, Tuan muda Lin jangan salah paham, kejadian pada malam ini sebaiknya tidak terulang lagi. Nyonya Hua bisa marah besar. Tuan muda Lin, sudah larut malam, Tuan muda Lin seharusnya tidur di kamar terpisah dengan saya,” ucap Ah Nian sambil menggeliat di bawah himpitan tubuh Juan Lin.

“Tidak ada gunanya, Mama sudah terlanjur berpikir aku tidur denganmu, aku akan memintanya untuk menikahkan ku denganmu,” ucap Juan Lin dengan sungguh-sungguh lalu berniat menarik tali gaun Ah Nian.

Ah Nian langsung menahan tangan Juan Lin. “Saya yakin Tuan muda Lin bukan tipe orang yang akan mengingkari janjinya, saya juga demikian, saya akan melayani Tuan muda Lin dengan sepenuh hati setelah Tuan muda Lin membuktikan semua yang Tuan muda Lin janjikan sebelumnya,” bisik Ah Nian pada Juan Lin.

“Kamu begitu pandai memenangkan hatiku, aku tidak bisa mengalahkanmu,” balas Juan Lin seraya menjatuhkan bibirnya pada leher jenjang Ah Nian. Aroma tubuh Ah Nian begitu harum dan membuat Juan Lin mabuk karena terlalu nyaman.

Dengan susah payah akhirnya Ah Nian berhasil melepaskan diri dari Juan Lin, Ah Nian turun dari atas ranjang lalu berjalan menuju ke arah meja dan menuang air teh ke dalam cangkir kecil.

“Tuan muda Lin, duduklah, minumlah dulu,” ucap Ah Nian seraya duduk di tepi ranjangnya.

Juan Lin menerima gelas tersebut lalu meneguk teh dari dalam cangkir. Entah kenapa dia merasa sangat mengantuk setelah meneguk teh yang Ah Nian berikan padanya.

“Aku sangat mengantuk,” keluh Juan Lin lalu langsung jatuh dan tertidur.

Ah Nian ingin memastikan bahwa Juan Lin benar-benar tertidur. Dia menyentuh pipi Juan Lin dan menepuk-nepuknya, ternyata Juan Lin sudah terlelap.

“Syukurlah, akhirnya aku bisa tidur dengan nyenyak malam ini,” ujar Ah Nian seraya menghela napas panjang.

Ah Nian mengambil selimut dari dalam lemari lalu dia gunakan sebagai alas di lantai. Malam ini Ah Nian akan tidur di lantai sementara Juan Lin tidur di atas ranjangnya.

***

Pada keesokan harinya, Juan Lin terjaga karena Ah Nian membangunkannya. Dia melihat Ah Nian menggulung rambutnya ke atas, Ah Nian duduk di tepi ranjang seraya menyentuh pipinya. Gaun yang dipakai Ah Nian masih sama dengan gaun yang dipakai Ah Nian semalam.

“Tuan muda Lin, sudah pagi, sebentar lagi pelayan akan mengantarkan sarapan ke kamarku,” ucapnya dengan suara lembut.

Juan Lin langsung bangun dari posisi tidurnya lalu menggenggam tangan Ah Nian. “Semalam aku mengantuk sekali, aku minta maaf karena sudah merepotkanmu,” ucapnya pada Ah Nian.

“Tuan muda Lin tidak perlu sungkan, lagi pula semalam kita sudah tidur di ranjang yang sama,” jawab Ah Nian.

“Aku jatuh cinta padamu Nian, aku pasti akan segera menikahimu, aku tidak akan mengingkari janjiku,” bisiknya pada Ah Nian.

Usai berkata demikian Juan Lin segera turun dari atas ranjang Ah Nian dan keluar dari dalam kamar Ah Nian.

“Juan Lin sungguh berpikir aku tidur di ranjang yang sama dengannya? Mimpi saja!” gumam Ah Nian dengan senyum sinis di bibir tipisnya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel