Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 10 Terperangkap

Pagi itu Ah Nian memikirkan tentang pesan dari Hwang Jun semalam tentang Ah Nian harus pergi ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan.

Ah Nian masih membersihkan tubuhnya di dalam kamar mandi, saat itu Nuan masuk ke dalam kamar Ah Nian untuk mengantarkan sarapan. Nuan melihat jas Juan Lin berada di atas ranjang Ah Nian.

Ah Nian sendiri tidak tahu kalau Juan Lin melupakan jas itu atau memang sengaja meninggalkan benda tersebut di atas ranjangnya untuk memperjelas hubungan antara mereka berdua.

Nuan kaget sekali, dia menyentuh jas tersebut untuk memeriksanya. “Ini sungguh milik Tuan muda Lin, apa mereka sungguh melakukannya? Aku juga mendengar Nyonya besar masuk rumah sakit semalam, dan sampai pagi ini masih dirawat di sana,” gumam Nuan pada dirinya sendiri.

Tak lama kemudian Ah Nian keluar dari dalam kamar mandi dengan tubuh berbalut baju mandi.

“Nona? Semalam Tuan muda Lin, sepertinya dia benar-benar ....” perkataan Nuan terhenti karena dia tidak bisa bicara tentang perbuatan Juan Lin terhadap Ah Nian.

“Tuan muda Lin?” tanya Ah Nian seraya mengernyitkan keningnya lalu berjalan mendekat ke arah Nuan.

“Tidak, saya ke sini hanya untuk mengantarkan sarapan, di bawah sopir yang dikirim Tuan muda Hwang sudah menunggu, dia bilang Nona harus pergi ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan rutin,” jawab Nuan pada Ah Nian lalu meletakkan jas Juan Lin ke tempatnya semula.

Ah Nian menyadari kalau Juan Lin meninggalkan jasnya saat Nuan menaruhnya kembali di ranjang. Benda di genggaman Nuan memiliki aroma yang sama dengan baju yang dikenakan Juan Lin semalam.

“Benda itu, bisakah kamu mengembalikannya ke kamar Tuan muda Lin? Semalam Tuan muda Lin meninggalkannya di sini,” pinta Ah Nian sambil mengukir senyum pada bibirnya.

Nuan memiringkan kepalanya, dia pikir Ah Nian tidak bisa melihat apa yang dia lakukan barusan. Tapi lagi-lagi perkataan Ah Nian barusan membuatnya tercengang.

“Baik, Nona,” jawab Nuan dengan patuh.

Sekitar satu jam berikutnya, Ah Nian sedang dalam perjalanan menuju ke rumah sakit. Sopir yang diperintahkan Hwang Jun mengantarkan Ah Nian ke sana.

Sampai di depan ruangan kerja Hwang Jun, ternyata Wei Zhang, Hua Mei dan Lian Er juga sudah menunggu.

“Nona Nian, maaf sudah merepotkanmu untuk datang ke rumah sakit, sepertinya Nona Lian tidak percaya bahwa kedua mata Nona Nian sungguh tidak bisa melihat,” ucap Hwang Jun pada Ah Nian.

Ah Nian menganggukkan kepalanya, dia tidak mengatakan apa-apa. Tidak hanya Hwang Jun yang melakukan pemeriksaan terhadap Ah Nian, tapi tiga dokter lain juga diundang untuk datang dan memeriksa Ah Nian demi membuktikan bahwa Hwang Jun tidak mengada-ada tentang kondisi Ah Nian.

“Bagaimana? Apakah Tuan Wei dan Nyonya Hua sudah melihat? Kedua mata Nona Nian sungguh buta dan tidak bisa melihat,” ucap Hwang Jun.

Tiga dokter khusus lainnya hanya bisa menghela napas berat menyaksikan perbuatan tidak pantas keluarga Wei Zhang terhadap Ah Nian. Hua Mei juga merasa sudah dipermalukan di depan semua orang pada hari itu. Dia mengabulkan permintaan Lian Er karena Lian Er terus berkata bahwa Ah Nian terus berpura-pura buta di depannya.

“Maafkan sikap istri saya dan putri saya Tuan muda Hwang,” ucap Wei Zhang dengan perasaan malu setengah mati.

Hwang Jun hanya mengukir senyum dengan sopan.

Setelah melakukan pemeriksaan terhadap Ah Nian, Wei Zhang segera membawa Hua Mei dan Lian Er pulang ke rumah. Dokter yang diundang juga sudah meninggalkan ruangan.

Di dalam ruangan pemeriksaan Ah Nian masih berada di atas ranjang khusus dengan posisi tubuh setengah rebah.

Ah Nian bisa merasakan kemarahan tertahan dalam dada Hwang Jun. Kemarahan Hwang Jun terbukti ketika Hwang Jun memasang pengait pada kedua lengan Ah Nian untuk menahan Ah Nian untuk tetap berada di sana. Ah Nian menebak sepertinya Hwang Jun sudah mendengar rumor antara Ah Nian dengan Juan Lin.

“Kamu harus secepatnya angkat kaki dari dalam neraka itu, aku dengar Juan Lin bertindak tidak sopan padamu. Kamu tidak bisa melihat sekarang, dia pasti menggunakan kesempatan itu untuk melakukannya!” ucap Hwang Jun tepat di depan wajah Ah Nian.

Ah Nian mengukir senyum di bibirnya. “Dokter Hwang terlalu meremehkan saya, apa Anda pikir saya sungguh-sungguh memberikan tubuh saya pada pria tidak berguna dan lemah sepertinya?” tanya Ah Nian dengan nada menantang.

Hwang Jun tidak menjawab, dia melihat sosok Ah Nian begitu cantik dan menawan. Hwang Jun hanya bisa mengepalkan tangannya karena cemburu.

“Apa jangan-jangan Dokter Hwang yang terhormat diam-diam sudah jatuh cinta pada wanita buta seperti saya?” tebak Ah Nian sambil menengadah, seolah-olah bertemu tatap dengan Hwang Jun. Ah Nian memang tidak bisa melihat seperti apa ekspresi Hwang Jun saat ini. Tapi dari jarak dan kedekatan Hwang Jun dengan dirinya sekarang, Ah Nian bisa merasakan embusan napas memburu akibat detak jantung yang tidak beraturan milik Hwang Jun.

Hwang Jun tidak bisa menahan rasa kesal dalam hatinya, dalam hitungan detik Hwang Jun langsung menyambar bibir Ah Nian. Memagutnya dengan kasar dan emosional.

Ah Nian meronta-ronta dari pengait yang menahan kedua lengannya. Tetap saja dia tidak bisa membebaskan dirinya.

“Ini adalah ciuman pertamaku! Hwang Jun merenggutnya begitu saja tanpa rasa bersalah!” keluh Ah Nian dalam hati.

Puas memagut bibir tipis Ah Nian, Hwang Jun baru menekan tuas pengait untuk membebaskan kedua lengan Ah Nian. Ah Nian merasa kesal dan malu, dia tidak menyangka Hwang Jun akan bertindak sembrono karena merasa kesal dan marah padanya. Begitu kedua lengannya bebas, Ah Nian segera berdiri dari atas ranjang khusus tersebut.

“Saya tidak akan mempermasalahkan yang baru saja terjadi, dokter Hwang juga tidak perlu mengungkit peristiwa ini di kemudian hari,” ucap Ah Nian sambil menelan ludahnya. Wajah Ah Nian merah padam karena malu.

Hwang Jun terus menatapnya dengan sepuas hati, Hwang Jun sengaja mengambil tongkat penuntun jalan milik Ah Nian dan menyembunyikannya di belakang punggungnya.

Ah Nian berjalan pelan mendekatinya. “Dokter Hwang bukankah sikap Anda saat ini terlalu kekanak-kanakan?” tanya Ah Nian seraya mengulurkan tangannya untuk menggapai tongkat miliknya yang kini berada dalam genggaman tangan Hwang Jun.

“Kenapa kamu tidak mengambilku untuk menggantikan tongkatmu?” tantang Hwang Jun pada Ah Nian. “Menurutku aku lebih baik jika dibandingkan dengan pria tidak berguna seperti Juan Lin!” lanjut Hwang Jun dengan nada emosi, Hwang Jun sungguh tidak main-main dengan keputusannya.

Ah Nian tidak mengambil langkah mundur dan tetap menggapai tongkat penuntun jalan miliknya di belakang punggung Hwang Jun, kali ini Ah Nian menggunakan kedua tangannya dan seolah-olah tindakannya itu terlihat seperti sedang memeluk pinggang Hwang Jun dengan pelukan erat.

“Bagaimana mungkin saya bisa dibandingkan dengan Nona muda Lian?” tanya Ah Nian seraya berjinjit lalu menempelkan dadanya pada dada atletis Hwang Jun dan sengaja mempertemukan bibirnya dengan bibir Hwang Jun.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel