Pustaka
Bahasa Indonesia

Tuan Muda Menikahi Gadis Buta Yang Disia-siakan

79.0K · Tamat
Jackie Boyz
70
Bab
2.0K
View
9.0
Rating

Ringkasan

18+ Harap pembaca bijak dalam memilih bacaan. Juan Lin menatap kedua bukit kembar pada dada Ah Nian yang terlihat sebagian di atas balutan handuk. Juan Lin tadinya ingin menahan diri untuk tidak menyentuhnya tapi tiba-tiba saja jemari tangannya yang tadinya berada di kedua sisi wajah Ah Nian mulai berselancar turun dan menyentuhnya dengan sentuhan lembut. Juan Lin menarik handuk Ah Nian hingga menunjukkan kedua bukit kembar Ah Nian secara utuh. Benda itu terlihat sangat kencang dan bulat, keduanya berukuran cukup besar. Juan Lin menyentuh dan mengusapnya dengan sangat lembut sambil menelan ludahnya sendiri. "Aaahhhh, Tuan Muda Lin," rintih Ah Nian dengan tubuh menggeliat. Juan Lin menatap pantulan mereka berdua di depan cermin. Juan Lin tidak sabar ingin menikmati tubuh Ah Nian sepenuhnya. "Kenapa? Kamu takut padaku?" Tanya Juan Lin dengan suara lirih di telinga Ah Nian sembari memilin-milin kedua puncak merah muda pada kedua bukit Ah Nian.

RomansaDokterBillionaireFlash MarriagePerselingkuhanRevengePengkhianatanMemanjakanMenyedihkanTuan Muda

Bab 1 Mendonorkan Mata

Seorang gadis tengah berjalan mondar-mandir di koridor rumah sakit, ekspresi wajahnya begitu panik.

“Apa yang harus aku lakukan? Ibu harus segera dioperasi, jika tidak maka nyawanya bisa….” ucap Ah Nian dengan suara tersendat, Ah Nian tidak bisa melanjutkan ucapannya, air matanya membasahi kedua pipinya. Sejak dokter yang menangani Li Sisi mengatakan bahwa ibunya tidak dapat bertahan lebih lama lagi akibat kanker yang dideritanya, Ah Nian – putri satu-satunya berusaha sekuat tenaga dan berjuang agar Li Sisi tetap bisa bertahan.

Ah Nian duduk di kursi tunggu ruangan ICU, sudah berhari-hari dia berada di sana untuk menemani ibunya.

Dari arah pintu masuk, tampak pasien baru masuk ke dalam. Seorang wanita paruh baya mengikuti di sebelah tempat tidur pasien yang tengah didorong oleh para perawat, wanita itu tengah menangis tersedu-sedu.

“Lian Er, bertahanlah, kamu pasti akan sembuh sayang, Mama akan mendapatkan dokter terbaik untuk merawatmu,” ujarnya pada Lian Er, seorang gadis yang sedang terbaring di kasur pasien, beberapa perawat mendorong kasur tersebut memasuki ruangan.

Tak lama setelah dokter menangani Lian Er di dalam, dokter tersebut kembali keluar dan mengatakan sesuatu pada Hua Mei – ibu dari Lian Er.

“Keluarga Nona Lian Er!” panggil seorang dokter dari ambang pintu ruang ICU.

Hua Mei berlari dengan tergopoh-gopoh menuju ke arah suara.

“Iya saya, Dokter, bagaimana kondisi putri saya? Apa dia akan baik-baik saja?” tanya Hua Mei dengan tatapan mata penuh harap.

Hwang Jun – Dokter yang menangani Lian Er menggelengkan kepalanya. “Semuanya baik-baik saja, kecuali kedua matanya, Nyonya harus mendapatkan donor mata jika ingin Nona Lian Er bisa melihat kembali. Kecelakaan yang menimpa Nona Lian Er cukup parah, kedua kornea mata rusak dan ke depannya sepertinya dia tidak akan bisa melihat lagi,” ucapnya pada Hua Mei.

Hua Mei tidak mengatakan apa-apa, dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Kedua matanya meneteskan air mata tiada henti, kedua bahunya terguncang-guncang akibat tangisannya.

Tak lama kemudian seorang pria muncul dan berjalan dengan langkah lebar mendekati ke arah Hua Mei.

Ah Nian yang sedari tadi duduk di kursi tunggu tak jauh dari mereka bisa melihat betapa sedihnya pasangan suami istri tersebut.

“Papa harus mencari donor mata untuk Lian Er, harus cepat, berapa pun biayanya, aku tidak peduli,” ujar Hua Mei pada suaminya, Wei Zhang.

“Iya pasti aku akan mencari donor mata untuk putri kita, Mama tenanglah,” sambil memeluk tubuh Hua Mei.

Ah Nian mengerjapkan kedua bola matanya. “Donor mata? Pasangan suami istri itu membutuhkan donor mata, jika aku bisa mendonorkan kedua mataku untuk putrinya, aku akan bisa menyelesaikan tagihan operasi Ibu. Ya! Aku harus melakukannya untuk menyelamatkan ibu, aku harus!” ujar Ah Nian dalam hati.

Ah Nian berdiri dari kursinya, dia berjalan dengan kedua kaki gemetaran. Kedua tangannya menggenggam kedua sisi gaunnya. Sangat sulit sekali rasanya untuk mengatakan bahwa dia akan mendonorkan kedua kornea matanya.

“Permisi,” ucapnya ragu-ragu.

Pasangan suami istri tersebut langsung menoleh ke arah suara. Keduanya melihat Ah Nian berdiri dua meter di dekat mereka berdiri.

“Ya,” jawab Wei Zhang. Entah kenapa sosok wajah gadis di hadapannya saat ini terlihat akrab bagi Wei Zhang tapi dia tidak bisa mengingatnya.

“Saya, ingin mendonorkan kedua mata saya untuk putri Tuan dan Nyonya, saya butuh uang untuk biaya operasi Ibu saya, Ibu saya harus dioperasi secepatnya, atau dia-dia tidak akan bisa selamat, tolong, saya ....” ucapnya dengan air mata berlinang.

Wei Zhang dan Hua Mei saling bertukar pandangan satu sama lain, keduanya pun menganggukkan kepala. Lagi pula sangat sulit mencari pendonor, mereka tidak tahu harus mencari informasinya ke mana. Sungguh kebetulan Ah Nian menawarkan diri pada mereka berdua.

“Kami tidak tahu apakah kedua kornea matamu cocok atau tidak dengan putri kami, izinkan dokter memeriksanya terlebih dahulu, jika memang cocok maka kami bersedia membayar semua biaya untuk operasi ibumu,” ucap Wei Zhang pada Ah Nian.

“Terima kasih, terima kasih, Tuan, Nyonya,” ucapnya dengan senyum penuh rasa terima kasih.

Wei Zhang dan Hua Mei segera pergi menemui dokter yang menangani Lian Er untuk mengatakan bahwa Ah Nian bersedia untuk mendonorkan kedua matanya.

Hwang Jun – Dokter yang menangani Lian Er sudah lama memperhatikan sosok Ah Nian karena Ah Nian lebih sering berada di rumah sakit untuk menemani Li Sisi. Hwang Jun juga melihat kondisi ekonomi keluarga Li Sisi kurang baik, Li Sisi hanya memiliki Ah Nian putri satu-satunya. Karena Ah Nian sering berada di rumah sakit, Hwang Jun sempat mengenal Ah Nian dalam beberapa pertemuan yang tidak disengaja, namun Ah Nian selalu membatasi diri dan tidak begitu peduli dengan siapa pun kecuali perawat yang menangani ibunya.

“Ah Nian menjual kedua kornea matanya untuk biaya operasi ibunya, dia menolak pinjaman yang aku tawarkan dan malah menjual matanya,” ucap Hwang Jun dalam hati, entah kenapa perasaannya terasa sakit mendengar kabar itu.

***

Suatu hari Hwang Jun, melihat Ah Nian siap menerima pemeriksaan kornea mata yang akan dia donorkan pada Lian Er. Hwang Jun yang akan menangani semua proses.

“Aneh sekali, kenapa Nona memilih menjual mata daripada menerima pinjaman yang saya tawarkan?” tanya Hwang Jun pada Ah Nian sambil mengambil peralatan medis di dalam rak.

“Saya hanya merasa tidak cukup pantas menerima kebaikan dari Dokter Hwang,” jawab Ah Nian dengan sopan.

Hwang Jun mengukir senyuman sinis pada salah satu ujung bibir. “Kenapa? Nona cemas aku menuntut sesuatu yang berlebihan? Aku meminjamkan uang karena memang ingin membantu, Nona juga bisa membayarnya per bulan, aku akan sabar menunggu,” ujar Hwang Jun sambil mengenakan sarung tangan medis di kedua telapak tangannya.

Ah Nian menatap kedua mata Hwang Jun, entah kenapa ketika tatapan mata mereka berdua bertemu selalu saja membuat hati Ah Nian bergetar. Bukan karena paras rupawan dari sosok Hwang Jun melainkan karena ketulusan yang Ah Nian lihat dari pancaran kedua matanya.

“Periksa saja, apakah saya bisa mendonorkan kedua mata ini, saya harap Dokter Hwang tidak lagi berusaha mengubah keputusan saya,” ucap Ah Nian dengan bibir bergetar.

Hwang Jun membungkuk di depan kursi di mana Ah Nian tengah rebah, lampu dinyalakan. Hwang Jun menatap wajah cantik yang selalu dia perhatikan selama beberapa minggu terakhir.

“Sayang sekali, kedua mata indah ini akan menjadi milik gadis lain, sungguh sangat disayangkan,” bisik dalam hati Hwang Jun. Entah kenapa dia merasa tidak rela jika kedua bola mata jernih itu akan dimiliki oleh gadis lain.

“Aku harap kamu tidak akan pernah menyesali keputusanmu,” ucap Hwang Jun dengan sungguh-sungguh.

“Tidak akan,” jawab Ah Nian dengan suara datar dan dalam. Kedua mata mereka kembali bertemu, itu adalah tatapan mata Ah Nian yang terakhir untuk melihat Hwang Jun karena setelah operasi dilakukan Ah Nian tidak bisa melihat apa pun lagi.

***

Beberapa bulan setelah operasi selesai, semuanya berjalan lancar dan hari ini perban kedua mata Lian Er akan segera dibuka.

Hwang Jun sedang berjalan di koridor rumah sakit bersama beberapa orang perawat, dia melihat Ah Nian berdiri memegangi gagang kursi dorong yang diduduki Li Sisi di dekat taman.

Hwang Jun terus memperhatikan, dan perhatiannya tiba-tiba beralih pada sosok Wei Zhang yang berdiri tidak jauh dari kedua orang tersebut.

“Tuan Zhang sepertinya akrab dengan ibu Ah Nian, kalau tidak salah golongan darah Ah Nian juga cocok dengan darah Lian Er, sebenarnya ada hubungan apa di antara mereka?” tanya Hwang Jun dalam hati.