Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 8 Menggunakan tangan orang lain untuk memukul

“Kamu terus-menerus membelanya! Aku akan mengadukan semua ini pada Papa!” jerit Lian Er.

Setelah berkata demikian Lian Er segera berlari menuju ke arah anak tangga untuk pergi ke kamar utama milik Hua Mei di lantai bawah.

Juan Lin mengulurkan tangannya dan menyentuh kedua bahu Ah Nian. “Kamu tidak apa-apa? Aku tahu semua yang dikatakan Lian Er tidak benar, aku melihatmu tadi, Hwang Jun yang menahan pergelangan tanganmu,” ujarnya pada Ah Nian.

Ah Nian mengukir senyum kaku di bibirnya, dia buru-buru melepaskan genggaman Juan Lin dari kedua bahunya lalu mengambil langkah mundur menjauh.

“Tuan Muda Lin begitu perhatian, saya merasa kurang pantas,” ucap Ah Nian dengan sopan.

“Kamu gadis kecil itu, aku dulu selalu menunggumu di perusahaan, tapi kamu tidak datang lagi dan tidak lama setelah itu Tua Bangka Wei menikahi Mamaku! Aku sungguh tidak mengira kalau kamu adalah putrinya, aku pikir kamu putri dari orang lain,” ucap Juan Lin pada Ah Nian.

Ah Nian mengukir senyum lebih lebar dari sebelumnya lalu berjalan mendekat dan berbisik di sebelah telinga Juan Lin.

“Jelas-jelas Tuan muda Lin melihat Tuan Wei menggandeng tanganku di masa lalu, sebenarnya apa yang Tuan muda inginkan dari gadis buta dan lemah sepertiku?” tanya Ah Nian dengan terang-terangan.

Juan Lin mengukir senyum lebar lalu menoleh ke samping. Ah Nian juga sengaja tidak menarik mundur wajahnya dari depan wajah Juan Lin.

“Jika saja kamu tidak cacat pasti akan lebih sempurna,” bisik Juan Lin pada Ah Nian.

Ah Nian tersenyum lalu kembali mengambil langkah mundur menjauh. “Tuan muda Lin memiliki paras rupawan, meski saya tidak cacat tetap saja saya tidak berani mendekati Tuan muda Lin, hari sudah larut malam saya akan kembali ke kamar,” jawab Ah Nian dengan sopan

Juan Lin terpesona dengan keanggunan dan kecantikan Ah Nian. Dia menatap sosok Ah Nian yang begitu menawan. Juan Lin mengikutinya dan ikut serta masuk ke dalam kamar Ah Nian. Ah Nian mulai cemas, dia sudah terlanjur memancing Juan Lin. Memikirkan rencana untuk membalas dendam, Ah Nian juga tidak bisa menyerahkan tubuhnya untuk ditiduri oleh Juan Lin.

“Tuan muda Lin,” panggil Ah Nian.

“Bagaimana kamu tahu aku berada di sini?” tanyanya sambil berjalan mendekat dan berdiri merapat di belakang punggung Ah Nian. Juan Lin mengambil jemari tangan Ah Nian lalu mencium punggung telapak tangannya.

“Parfum Tuan muda Lin begitu harum, siapa yang tidak mengenalnya?” puji Ah Nian.

“Kamu tahu aku tertarik padamu?” tanya Juan Lin pada Ah Nian.

Ah Nian mendengar kesungguhan dari nada suara Juan Lin. Dari yang Ah Nian dengar Juan Lin merupakan sosok yang suka menghambur-hamburkan uang dan mabuk-mabukan. Ah Nian merasa Juan Lin hanya berpura-pura berperilaku buruk di depan semua orang.

“Saya tidak berani menebaknya,” jawab Ah Nian dengan suara lirih. “Tuan muda Lin berada di dalam kamar saya, apa Tuan muda Lin tidak cemas jika ada seseorang yang melihat dan berpikir kita memiliki hubungan khusus?” tanya Ah Nian.

Juan Lin memeluk pinggang Ah Nian lalu memberikan kecupan pada bahu jenjang Ah Nian. “Tidak ada yang berani mengusikku di rumah ini, Tua Bangka itu hanya pajangan di rumah ini, pewaris perusahaan sesungguhnya adalah aku,”

Ah Nian sangat cemas sekali, Ah Nian sungguh tidak ingin terjadi sesuatu lebih dari kedekatan mereka berdua saat ini.

“Apa jangan-jangan kamu yang ingin menolakku?” tebak Juan Lin sambil memutar tubuh Ah Nian hingga menghadap ke arahnya. Gerakan Juan Lin yang begitu tiba-tiba membuat Ah Nian terkejut hingga tongkat dalam genggaman tangannya jatuh ke lantai. Juan Lin menarik pinggang Ah Nian hingga merapat pada tubuh atletis miliknya.

“Juan Lin begitu sombong dan angkuh, dia memang pewaris satu-satunya di rumah ini, demi membalas dendam sepertinya aku tidak boleh mengabaikannya!” ucap Ah Nian dalam hati.

Ah Nian menyentuh dada bidang Juan Lin lalu menyandarkan pipinya di sana. Juan Lin merasa lega, dia memeluk erat-erat tubuh Ah Nian untuk tetap tinggal dalam dekapannya.

“Tuan muda Lin,” bisik Ah Nian sambil mengusap lembut dada Juan Lin.

“Aku tidak akan membiarkanmu terluka di dalam kediaman ini, aku adalah pemilik rumah ini,” balas Juan Lin pada Ah Nian.

“Apa menurut Tuan muda hubungan kita tidak terlalu terburu-buru? Saya hanya merasa tidak cukup pantas, saya hanya orang luar, gadis cacat sepertiku tidak akan pernah dipandang dan hanya mempermalukan Tuan muda Lin,” ucap Ah Nian sambil mengangkat wajahnya lalu mengulurkan tangan untuk menyentuh pipi Juan Lin.

“Aku akan membuatmu pantas di depan semua orang,” janji Juan Lin pada Ah Nian. Juan Lin mendekatkan bibirnya untuk mencium bibir Ah Nian, tapi Ah Nian langsung membekap bibir Juan Lin.

“Kenapa? Kamu tidak percaya padaku?” tanya Juan Lin pada Ah Nian.

“Bolehkah saya meminta satu hal pada Tuan Lin untuk meyakinkan saya?” pinta Ah Nian sambil melakukan sentuhan lembut menggunakan ujung jemari tangannya pada bibir Juan Lin.

“Tentu saja, katakan apa yang kamu inginkan?” tanya Juan Lin.

Ah Nian tersenyum lalu menarik lepas lengan Juan Lin dari belakang pinggangnya. Ah Nian berjalan pelan menuju ke arah ranjang tanpa meraba-raba seperti gadis buta pada umumnya. Sampai di sana Ah Nian langsung melepaskan gaunnya dan menggantinya dengan gaun tidur yang sudah disiapkan di ranjang.

Juan Lin tidak bisa menahan diri untuk tidak menelan ludahnya, tubuh mulus dan telanjang milik Ah Nian terlihat sangat cantik dan seksi.

“Bagaimana dengan satu posisi di perusahaan?” pinta Ah Nian pada Juan Lin sambil mengikat tali gaun pada pinggang rampingnya.

Ah Nian mendengar suara langkah kaki Juan Lin mendekat dan berhenti di belakang punggungnya. Ah Nian memutar badan menghadap ke arah Juan Lin.

“Lalu?” tanya Juan Lin sambil menarik pinggang Ah Nian kembali ke dalam pelukannya. Juan Lin bisa merasakan betapa montoknya buah dada Ah Nian yang terasa kenyal dan sangat lembut saat dia memeluknya erat.

“Tuan muda Lin tahu saya tidak memiliki apa-apa,” bisik Ah Nian seraya melepaskan tangan Juan Lin dari pinggangnya lalu mendorong pelan tubuh Juan Lin agar tidak memeluk dirinya.

“Kamu melepaskan baju di depan mataku lalu menolakku?” keluh Juan Lin dengan putus asa.

“Tuan muda Lin pria terhormat, dengar-dengar Tuan muda Lin juga sangat pandai menjaga diri selama ini. Jadi mana mungkin saya berani berpikir bahwa Tuan muda Lin ingin melakukan hubungan intim di luar ikatan pernikahan?” pancing Ah Nian.

“Oke, aku akan membuktikan padamu, tidak lama lagi! Tunggu saja!” ucap Juan Lin sambil mengukir senyum lalu menyentuh lembut pipi Ah Nian.

“Saya sungguh menantikannya!” balas Ah Nian sambil meraih tangan Juan Lin lalu memeluk lengannya dan mengantarkan Juan Lin sampai ke pintu.

Belum sampai membuka pintu Ah Nian bisa mendengar suara teriakan di luar sana.

“Juan! Juan Lin!” teriak Hua Mei memanggil-manggil Juan Lin.

“Mama datang mencariku! Pasti Lian Er manja itu yang memanggilnya ke lantai atas!” geram Juan Lin sambil memeluk erat-erat tubuh Ah Nian dengan ekspresi panik lantaran suara langkah kaki Hua Mei kini mendekati pintu kamar Ah Nian.

Ah Nian tahu Juan Lin sedang panik saat ini, dia segera berkata, “Tuan muda Lin tidak perlu cemas, ada saya di sini,” bisik Ah Nian pada Juan Lin.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel