Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 7 Kemarahan Lian er

“Saya tidak berbohong, ini demi kebaikan Tuan Muda Hwang, maafkan saya!” ucap Ah Nian dengan sopan sambil berusaha menarik lepas genggaman tangan Hwang Jun dari pergelangan tangannya, namun tetap saja Hwang Jun menolak melepaskannya. “Lepaskan tanganku, Lian Er berdiri di teras, kalau Anda tidak melihat sosoknya, Anda bisa melihat bayangan gaun yang dikenakannya,” bisik Ah Nian.

Hwang Jun segera menoleh ke sekitar untuk mengawasi dan ternyata perkataan Ah Nian benar adanya. Hwang Jun melihat bayangan Lian Er di teras jadi dia segera melepaskan genggaman tangannya dari pergelangan tangan Ah Nian.

“Ah Nian bukan gadis buta biasa, seingatku dia menolak keras untuk tinggal di rumah Hua Mei beberapa hari lalu, tidak disangka dia berubah pikiran dengan cepat dan bersedia masuk ke dalam rumah ini. Melihat dia begitu teliti dengan situasi sekitar, aku rasa niat Ah Nian masuk ke kediaman ini bukan sekedar memenuhi permintaan Wei Zhang dan mendiang ibunya – Li Sisi, melainkan untuk membalas dendam atas semua perbuatan Hua Mei di masa lalu!” ucap Hwang Jun dalam hati.

“Nona, aku hanya ingin mengingatkanmu besok kamu harus datang ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan,” ucap Hwang Jun pada Ah Nian.

“Pemeriksaan? Sejak kapan?” tanya Ah Nian dengan ekspresi terkejut.

“Besok, Nona akan tahu, ingat! Nona harus datang!” jawabnya.

Hwang Jun tidak menjelaskannya secara detail, setelah mengatakan itu Hwang Jun segera membungkuk hormat dan berjalan pergi meninggalkannya di jalan setapak tersebut.

Nuan segera berjalan mendekati Ah Nian setelah Hwang Jun pergi. Nuan tidak berani bertanya tentang peristiwa barusan. Ah Nian sendiri juga tidak berniat memberikan penjelasan pada Nuan karena Lian Er sudah melihat semua yang Hwang Jun lakukan padanya belum lama tadi.

Ah Nian terus berjalan di taman, dia bisa mencium aroma bunga mekar di sekitarnya. Angin semilir meniup dedaunan dan kelopak bunga di sekitar.

Tak lama berjalan, langkah kaki Ah Nian terhenti di sebelah bangku taman. Bahkan Ah Nian langsung memutar badan untuk duduk di kursi tersebut.

Nuan pikir Ah Nian hanya berpura-pura buta, dia pun mengernyitkan keningnya dengan heran. Dan secara tidak sadar Nuan tidak bisa menahan rasa penasaran tersebut dalam hati.

“Bagaimana Nona tahu kalau ada bangku di sini?” tanya Nuan pada Ah Nian.

“Hanya dari suara angin,” jawab Ah Nian dengan senyum lembut di bibirnya.

“Suara semilir angin meniup dedaunan dan tangkai bunga, suara itu tidak ada di sini. Aroma bunga lebih pekat di sana dibandingkan dengan di sini, juga bahan yang digunakan untuk membuat bangku berbeda dengan bahan yang digunakan untuk membuat jalan setapak, aku bisa membayangkan sebuah bentuk dari getaran irama, aroma bahan porselen yang samar, embusan udara, semua di sekitarku menunjukkan keberadaannya,” ucap Ah Nian dalam hati.

Ah Nian bahkan bisa menggambarkan bentuk kediaman Hua Mei dari perkiraan dalam benaknya. Ah Nian menggerakkan kepalanya ke samping, tatapan mata Ah Nian seolah mengarah ke pohon palem yang tumbuh tidak jauh dari bangku taman. Ah Nian baru menyadari ada seseorang sedang duduk di balkon lantai atas, aroma rokok samar-samar mendekat ke taman bercampur dengan aroma bunga.

“Juan Lin? Bukannya dia sedang mabuk, aku yakin mencium aroma alkohol saat berdekatan dengannya, apa dia hanya berpura-pura saja?” tanya Ah Nian dalam hati.

Nuan menggaruk keningnya, dia tidak mengerti bagaimana cara Ah Nian mengetahui sebuah bangku dengan mendengar suara angin. Angin berembus dengan pelan, dan hanya semilir saja.

“Em, Nona, sudah malam, sebaiknya Nona kembali masuk ke dalam, kalau sampai Nona terkena flu pasti Tuan Besar tidak akan senang,” ajak Nuan pada Ah Nian.

Ah Nian menganggukkan kepalanya, meski dia belum ingin masuk ke dalam rumah tapi dia tidak ingin Nuan mendapat masalah. Nuan membantu Ah Nian berdiri lalu menggandengnya masuk ke dalam rumah.

Sampai di bawah tangga, Ah Nian segera berkata pada Nuan.

“Kamu bisa kembali ke kamarmu, aku baik-baik saja,” ucap Ah Nian pada Nuan.

Nuan mengangguk patuh dan pergi meninggalkannya. Ah Nian berjalan seorang diri menaiki anak tangga, Ah Nian berpegangan pada teralis besi di sebelahnya.

“Aku tahu Lian Er pasti menungguku di suatu tempat, dia jelas-jelas melihatku bersama Hwang Jun di luar tadi,” ucap Ah Nian dalam hati.

Tebakan Ah Nian benar-benar terbukti, Lian Er ternyata sudah menunggunya di lantai atas tepat di depan pintu kamar milik Lian Er. Lebih jelas lagi ketika Ah Nian mendengar irama embusan napas penuh kemarahan, serta aroma kosmetik dan parfum milik Lian Er.

Ah Nian berpura-pura tidak tahu dan terus berjalan lurus sambil menggenggam tongkatnya.

“Hei cacat!” bentak Lian Er pada Ah Nian.

Ah Nian mendengar langkah kaki penuh amarah, Ah Nian sudah menduga Lian Er berniat buruk padanya dan jika dia tidak menghindar bisa saja Lian Er akan menjambak rambutnya seperti sebelum-sebelumnya. Ah Nian merasakan getaran udara di sisinya dan dia segera mengambil langkah ke samping hingga Lian Er kembali jauh di lantai.

“Akh sakit sekali! Lagi-lagi kamu sengaja menghindar! Apa jangan-jangan kamu hanya berpura-pura buta di depan semua orang?” hardik Lian Er pada Ah Nian.

Ah Nian berpura-pura terkejut, dia segera membungkuk dan menggapai ke sekitar untuk membantunya.

“Nona Lian, apa yang terjadi?” tanya Ah Nian padanya.

Juan Lin sejak tadi mengawasi dua wanita di koridor lantai atas. Dia melihat Lian Er berusaha berdiri dari lantai kemudian Lian Er mengangkat tangan kanannya untuk menampar Ah Nian ketika Ah Nian menoleh ke kanan kiri seolah kehilangan arah. Ah Nian bukan kehilangan arah, tapi dia mendengar langkah kaki Juan Lin yang kini berjalan dengan langkah cepat dan menepis tangan Lian Er.

“Apa yang kamu lakukan!” bentak Juan Lin pada Lian Er.

“Kamu tidak melihatnya? Hah? Gadis kotor ini berpura-pura lemah di depan semua orang, dia pasti berpura-pura buta!” jerit Lian Er pada Juan Lin. “Dia bahkan menggoda Tuan Muda Hwang! Dia gadis jahat!” ucap Lian Er lagi.

“Apa kamu bilang? Pura-pura katamu? Jelas-jelas dia buta!” bentak Juan Lin dengan nada tidak sabar.

Ah Nian merasa harus angkat bicara. Ah Nian sengaja menggunakan Juan Lin untuk melawan Lian Er, Ah Nian tahu Juan Lin melihat semua kejadian di taman saat Ah Nian sedang bersama dengan Hwang Jun.

“Tuan Muda Lin, saya tidak apa-apa, saya tidak terluka, Nona Muda Lian hanya salah paham, saya sama sekali tidak berani menggoda Tuan Muda Hwang,” ucapnya pada Juan Lin.

“Omong kosong!” potong Lian Er dengan penuh amarah lalu kembali mengangkat tangan kanannya untuk melayangkan tamparan pada wajah Ah Nian.

Juan Lin langsung menghadang di depan hingga tamparan Lian Er mengenai pipi Juan Lin.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel