Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 5 Pembalasan

Lian Er berjalan cepat menuju lantai paling atas, Lian Er berniat menerobos masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu untuk mengagetkan Ah Nian. Namun, Ah Nian sudah mendengar suara langkah kaki Lian Er. Ah Nian tahu dari suara langkah cepat kakinya bahwa orang yang saat ini berjalan menuju kamarnya sedang menahan amarah di dalam hatinya. Ah Nian segera berjalan menuju pintu. Dia bisa mendengarnya dengan sangat jelas saat suara itu semakin dekat menuju ke kamarnya.

“Dari nada dan ritme langkah kaki ini, pemiliknya adalah seorang gadis muda, bukan Hua Mei, Lian Er!” Gumam Ah Nian sambil mengulurkan tangannya menggenggam kenop pintu kamarnya lalu dengan cepat membuka pintu sehingga Lian Er langsung terjatuh ke lantai kamar Ah Nian.

“Ah! Lenganku! Gadis buta sialan! Awas saja, akh sakit sekali!” Lian Er menjerit sambil mengusap lengan kanannya yang memar karena terjatuh ke lantai.

Ah Nian mengetukkan tongkatnya ke lantai lalu berjalan menjauh dari pintu.

“Nona Lian datang jauh-jauh ke ruangan ini, apakah ada hal penting yang ingin anda sampaikan?” Ah Nian bertanya dengan sopan.

Dengan susah payah, Lian Er segera bangkit dari lantai dan menunjuk wajah Ah Nian. “Hwang Jun terus menyebutmu di ruang makan, Papa memintaku memanggilmu untuk bergabung dengan kami!” ucapnya dengan tatapan penuh amarah, belum puas hanya menunjuk wajah Ah Nian, Lian Er pun menjambak rambut Ah Nian. “Satu hal lagi yang harus kamu ingat, berhati-hatilah jika mencari peluang untuk bersamanya! Kamu sama sekali tidak pantas! Aku tidak akan pernah mengizinkannya! Cepat turun, kamu hanya gadis cacat rendahan!” lanjutnya lalu mengibaskan rambut Ah Nian hingga Ah Nian hampir jatuh menabrak dinding di sebelahnya. Ah Nian meraba sekeliling tembok di sebelahnya, dia mendengar suara langkah kaki Lian Er yang berjalan menjauhi tangga. Tak lama kemudian, pelayan datang ke kamar Ah Nian untuk membantu Ah Nian turun ke lantai utama.

“Nona, saya disuruh mengantar anda ke ruang makan,” ucapnya.

"Tunggu sebentar,” kata Ah Nian sambil merapikan rambutnya yang berantakan. Dia meraba kepalanya, dan merasakan rambutnya sudah rapi. Ah Nian keluar dari kamarnya, saat Nuan hendak membantunya, Ah Nian segera menjauhkan lengannya.

“Tidak perlu, aku akan berjalan sendiri,” katanya pada Nuan.

“Ya, baiklah,” Nuan mengangguk sambil berjalan di samping Ah Nian.

Juan Lin mendengar suara percakapan antara Ah Nian dan Nuan karena kamarnya tidak jauh dari kamar Ah Nian. Juan Lin mengintip lalu keluar pintu. Saat melewati Juan Lin, Ah Nian bisa mencium bau minuman keras. Juan Lin melipat tangannya sambil bersandar di dinding, pria itu berniat menghalangi langkah Ah Nian. Juan Lin bisa melihat sosok Ah Nian yang kini mengenakan gaun berwarna pink, rambut panjang bergelombang Ah Nian diikat di belakang kepalanya dengan sebuah pita. Wajahnya terlihat lembut dan manis dengan polesan sederhana.

“Siapa dia?” Juan Lin bertanya pada Nuan si pembantu rumah tangga.

“Nona Ah Nian, Tuan Wei yang membawanya,” jawab Nuan.

“Si tua bangka miskin itu membawa seorang wanita muda ke rumah ini, bukankah dia seharusnya sadar diri?” Juan Lin bertanya dengan mata penuh kebencian.

Ah Nian hanya diam saja, ia hendak melanjutkan berjalan namun Juan Lin menghalanginya dengan mengangkat salah satu kakinya dan meletakkannya di pagar pembatas koridor lantai atas.

“Tuan Muda Lin, jangan biarkan Tuan Wei memarahimu karena aku terlambat,” ucap Ah Nian pada Juan Lin.

“Hahahahaha! Kamu pikir kamu siapa? Simpanannya? Hah?! Si tua bangka yang tidak sadar diri itu sangat menyebalkan! Dia berani membawa wanita lain kembali ke rumah ini padahal dia sendiri hanya menumpang!” ujar Juan Lin tepat di depan wajah Ah Nian. “Sebaiknya kamu keluar dari rumah ini, atau kamu akan menyesal!” Ancam Juan Lin sambil menepuk bahu Ah Nian dengan jari telunjuknya.

Ah Nian menggigit bibirnya, jika Nuan tidak ada di sana, dia akan mendorong Juan Lin menjauh darinya. Ah Nian tidak mungkin menunjukkan kalau dirinya memberontak di hadapan Nuan.

“Tuan Muda Lin, saya bukan simpanan Tuan Wei, saya putrinya,” jawab Ah Nian dengan suara rendah. Juan Lin melihat tongkat di tangan Ah Nian.

“Apakah kamu buta?” Juan Lin bertanya dengan tatapan mata tidak percaya. Juan Lin pun melambaikan telapak tangannya di depan wajah Ah Nian untuk memeriksa.

Ah Nian menjawab dengan anggukan kecil.

Tiba-tiba Juan Lin teringat saat masih kecil, Wei Zhang pernah membawa Ah Nian ke perusahaan dan Juan Lin melihat Ah Nian kecil yang begitu cantik saat itu. Juan Lin penasaran dan tertarik untuk mengenalnya di masa lalu.

“Aneh sekali, kenapa dia tiba-tiba menjadi buta? Saya ingat gadis kecil dari masa lalu itu dan dia tidak buta,” bisik Juan Lin dalam hatinya.

Ah Nian bisa merasakan amarah dari suara nafas Juan Lin, namun nafas yang didengarnya kini tidak secepat sebelumnya. “Kemarahan Juan Lin mereda secepat itu?” bisik dalam hati Ah Nian.

Ah Nian bisa merasakan wajah Juan Lin mendekat padanya. Ah Nian segera berjalan mundur menjauhi Juan Lin.

“Putri si Tua Bangka? Ah, sepertinya aku ingat, kamu adalah gadis kecil yang…” ucapnya sambil tersenyum cerah, perkataan Juan Lin disela oleh perkataan Ah Nian.

“Maaf Tuan Muda Lin, saya terlambat,” Ah Nian mengucapkan selamat tinggal pada Juan Lin sambil membungkuk sopan.

Mau tidak mau, Juan Lin langsung memberi jalan kepada Ah Nian.

Saat berjalan melewatinya, Juan Lin langsung berbisik di telinga Ah Nian. “Sepertinya sesuatu yang menarik akan terjadi di rumah ini,” bisik Juan Lin pada Ah Nian. Bisikan di telinga Ah Nian membuat bulu kuduk Ah Nian merinding. Ah Nian meremas tongkatnya sambil menelan ludahnya tanpa berhenti berjalan. Nuan berada di sebelah Ah Nian terus memperhatikan tingkah laku Juan Lin. Nuan juga bisa melihat kegelisahan dari ekspresi wajah Ah Nian.

“Juan Lin sepertinya tertarik padaku, kalau begitu, sepertinya aku bisa menggunakan dia sebagai alat untuk menghancurkan penghuni di kediaman ini!” bisik dalam hati Ah Nian.

“Nona, aku bisa berjaga di luar pintu kamar malam ini untuk berjaga-jaga, Nona sepertinya khawatir dengan tindakan Tuan Muda Lin barusan, dia memang suka minum dan pulang dalam keadaan mabuk, tapi setahuku dia belum pernah membawa pulang wanita,” ujar Nuan pada Ah Nian.

“Apakah menurutmu dia akan melecehkanku saat aku sendirian di kamar? Sepertinya kamu terlalu meremehkan Tuan Lin,” ucap Ah Nian dengan senyuman tipis di sudut bibirnya. Langkah kakinya tidak jauh dari Juan Lin. Dan Ah Nian sengaja mengatakan itu karena dia yakin Juan Lin bisa mendengar semua percakapan antara dia dan Nuan barusan.

Nuan menggeleng cepat, ia segera menundukkan kepalanya dalam-dalam. “Maafkan saya! Saya tidak bermaksud bicara seperti itu!” ralat Nuan dengan cepat.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel