Part 8
Malam ini adalah malam dimana Tom menghadiri sebuah pesta milik rekan bisnisnya. Biasanya ia akan menebarkan pesonanya sehingga banyak mendapatkan teman kencan, tapi malam ini ia merasa bahwa ia sangat merindukan Salma. Tidak terasa sudah seminggu ia dan Salma tidak bersama. Walau Tom tidak aktif bermedia sosial, tapi ia memiliki akun media sosial juga. Semua hanya untuk mengecek kegiatan Salma yang herannya sejak ia pulang kembali ke Indonesia akun tersebut tidak pernah di update. Berbeda dengan dulu sebelum Salma ia bawa ke Mexico, akun itu cukup aktif membagikan kegiatan keseharian Salma.
Tom menatap layar Handphone-nya yang menampilkan foto Salma full body dengan rambut panjang hitamnya digerai dan sedang tersenyum kepadanya. Foto yang di ambil lebih dari satu tahun yang lalu ketika Salma menghadiri acara ulang tahun perusahaannya. Baginya Salma adalah wanita tercantik di hidupnya selain almarhumah ibunya.
Karena tidak bisa menahan rasa rindunya Tom menelepon Salma.
Tuttt....
Tutt......
"Hallo Om, ada apa?" Tanya Salma dengan suara khas orang bangun tidur.
"Kamu lagi apa?"
"Lagi bikin peta di bantal."
Tom Terkekeh mendengarnya.
"Temenin Om ngobrol, Sal. Om lagi kangen Sama kamu."
Salma melirik jam di narkas samping tempat tidurnya.
"Om Tom gila, ya? ini jam 2 pagi Om disini. Aku mau tidur. Udah jangan ganggu!"
Tom mendengar suara bantingan sebelum sambungannya terputus. Kemudian ia baru teringat jika perbedaan waktu di Roma dan di Indonesia bagian barat kisaran 5 jam. Pantas Salma marah marah. Tapi mendengar suara Salma sudah cukup baginya.
Akhirnya Tom kembali ke tengah pesta untuk menikmati jalannya acara. Namun ketika beberapa wanita mendekatinya, ia merasa risih dan memilih untuk pulang. Selama berada di dalam mobil, Tom sedang berfikir, bagaimana cara agar Salma bisa dekat dengannya? karena seminggu ini juniornya sudah sangat tersiksa. Namun sepertinya Salma sangat menikmati kepulangannya itu jika dilihat dari status para sahabatnya, Nada, Robert dan Deva yang beberapa kali membagikan kebersamaan mereka.
Pagi ini Salma terbangun dengan wajah kesal karena setelah Tom meneleponnya. Salma justru memimpikam kembali wajah serta badan Tom dalam keadaan yang biasa ia temui setelah mereka bercinta hebat semalaman.
"Otak gue udah konslet ini, gimana ceritanya gue bisa mikirin bahkan mimpiin Om Tom dalam keadaan bugil pula. Kelamaan bareng Om Tom nih, gue jadi manusia mesum."
Salma bangkit dari tempat tidurnya menuju kamar mandi dan melakukan aktivitas paginya. Selesai dengan semua rutinitasnya, Salma menuju garasi , memasuki mobilnya dan melajukan ke kantor. Ia harus menyelesaikan pekerjaannya sebelum mengambil cuti sebentar lagi untuk pernikahan Nada.
Tok...
Tok ...
Tok....
"Come in."
"Bu, ada Bapak Lucas Sasmita diluar ingin bertemu Bu Salma. Apakah ibu bersedia menemuinya?"
Salma menghembuskan nafasnya, "Ya sudah, suruh masuk saja."
Tidak lama kemudian Lucas masuk dan seperti mengamati apa yang ada di sekitarnya. Salma masih duduk di kursi kerjanya. Mengamati setiap gerak gerik Lucas Sasmita, sang paman.
"Wow, pantas saja kamu tidak marah ketika semua warisan Papimu jatuh ke Tom, ternyata kamu cukup sukses ya, Sal?"
Salma hanya tertawa getir mendengar ucapan sang paman dari pihak ayahnya ini.
"Ke mana saja om Lucas selama ini? Sibuk di casino ya? pantes saja nggak tau kalo aku punya kerajaan bisnis sendiri, bahkan cukup kaya raya daripada Om," Kata Salma sombong. Bagi Salma sombong kepada orang semacam Lucas adalah suatu kewajiban, agar dia sadar diri sedang berbicara dengan siapa kali ini.
"Om tidak menyangka mulutmu tajam juga ternyata kalo berbicara."
"Dari sini kelihatan kan aku mewarisi gen ini dari siapa?" Kata Salma menyindir sang paman telak. Kemudian Salma mempersilahkan sang Paman untuk duduk, "Duduk Om, jangan mondar mandir. Aku pusing lihatnya."
"Kita akan bicara empat mata, tapi tidak di sini, kita bicara sambil makan."
"Okay, asal Om yang traktir saja dan di restoran favorit aku."
"Okay," Kata Lucas kemudian keluar dari ruangan Salma.
Setelah sekitar 15 menit perjalanan, akhirnya mereka sampai disalah satu cafe di daerah jalan Jend. Sudirman. Kini Salma memilih untuk duduk berhadapan dengan Lucas Sasmita.
"Salma, Om minta kamu menikah dengan Tom," kata Lucas setelah beberapa saat mereka berdua terdiam, bahkan makanan pesanan mereka pun telah datang.
Salma hanya tersenyum mendengar penuturan Lucas Sasmita. Baginya sangat konyol ketika ada orang yang memaksa orang lain untuk menikah, jika Salma mau, ia bisa melaporkan Lucas Sasmita dengan Undang-undang tindak kekerasan seksual.
"Kamu adalah satu satunya harapan keluarga Sasmita agar semua aset Papi kamu bisa kembali ke kamu. Dan Om tau, kamu adalah kelemahan Tom."
Salma masih diam mendengarkan Om-nya tidak berniat membalas.
"Kalo kamu menikah dengan Tom, Om jamin masa depan kamu itu cerah. Ingat Sal, cinta bukan segala segalanya dalam pernikahan. Dalam pernikahan uang adalah yang utama. Hidup tanpa materi yang cukup akan membuat wanita sengsara setelah menikah. Terlebih lagi kebanyakan rumah tangga hancur karena faktor ekonomi, Sal."
Salma menghela nafasnya. Masih bingung arah pembicaraan Om-nya. Ia merasa berputar putar saja jika membahas soal pernikahan. Toh keluarganya tau ia tidak berniat menikah seumur hidup dan almarhum Papinya sudah menyetujui keinginannya itu.
"Om, to the point saja. Sebenarnya apa sih mau Om?"
Lucas tertawa mendengar pertanyaan Salma.
"Om cuma mau kamu terjun dalam perusahaan Papimu. Lantas kamu mau untuk mengelola aset miliknya. Kamu minta ke Tom untuk menyerahkan management perusahaan Papimu padamu. Om yakin Tom akan memberikannya dengan senang hati tanpa banyak berdebat."
"Om sadar nggak? aku nggak minat sama sekali sama hal ini. Kerjaanku sudah segunung aku nggak mau nambahin lagi beban pekerjaan. Aku nggak mau kehidupan sosial aku terganggu hanya karena urusan pekerjaan."
"Kalo kamu nggak mau, Om terpaksa menyeret Adis untuk menikah kembali dengan Tom dan kamu tau artinya kan?"
Salma menyadari jika Adis merupakan salah satu kelemahannya. Salma tidak ingin hidup Adis yang notabennya adalah anak tunggal Lucas Sasmita sendiri hancur di tangan Ayahnya. Adis adalah gadis baik, lugu, ramah dan bersahaja yang bercita cita ingin mengabdikan hidupnya menjadi seorang dokter. Berbeda dengan Ayahnya yang seorang bajingan dan hanya menghabiskan aset dan harta milik keluarganya.
"Adis sekarang sedang mengabdi diperbatasan sebagai seorang dokter Om, Om nggak bisa hancurkan masa depan anak Om sendiri."
"Kalo seperti itu kamu harus membujuk Tom agar ia mau melepas proyek di Seoul dan diberikan ke keluarga kita."
"Kalo aku ikuti permintaan Om yang ini, Om janji kan nggak akan nuntut macam-macam lagi sama aku?"
"Nggak Sal, cukup proyek di Seoul saja, maka keluarga kita sudah bisa hidup tenang tanpa kekurangan materi sama sekali."
"Okay, aku akan susun perjanjian antara kita berdua. Om tunggu saja draf-nya akan dikirim sekretarisku ke sekretaris Om. Aku permisi duluan, Om, karena ada janji dengan pihak distributor."
Kemudian Salma beranjak dari duduknya, lalu pergi meninggalkan Lucas di tempatnya. Ia harus menyusun rencana agar keluarganya tidak mengganggunya lagi dan lagi. Lucas Sasmita salah jika berfikir Salma akan menuruti semua keinginannya tanpa imbal balik yang sama.besarnya atau bahkan lebih besar dari perkiraannya. Sejujurnya Salma bukanlah gadis polos yang tidak tau apa-apa dan pasrah pada keadaan yang ada. Ia memiliki taring dan bisa yang bisa melumpuhkan Lucas andai ia mau.
***