Ringkasan
Thomas Alexander, Seorang pria Italia berusia 44 tahun yang betah melajang karena perempuan yang ia cintai tidak pernah memiliki keinginan untuk menikah. Gabriella Salma Sasmita, Putri tunggal seorang konglomerat, yang rela tidak menerima warisan apapun dari almarhum Papinya karena tidak ingin menikah dan hidup bebas tanpa intervensi keluarganya. *** Bagaimana usaha Tom untuk meyakinkan Salma agar ia merubah prinsip hidupnya yang konyol? Sanggupkah ia terus berjuang ditengah kejadian-kejadian yang ternyata mampu menguncang fisik maupun mental Salma bahkan dirinya sendiri setelah mengetahui rahasia kelam keluarga mereka.
Part 1
“Hmm, di sini lagi," Suara itu keluar dari mulut seorang wanita yang baru saja membuka matanya.
Ia berusaha bangkit dari tempat tidur itu, tetapi ketika kakinya menyentuh tanah dan mulai melangkah, rasa sakit yang teramat dahsyat terasa di inti tubuhnya.
"Ah, sakit banget."
Tiba tiba kepalanya teringat kejadian semalam. Dan ia hanya mampu memejamkan matanya.
Bodoh, bodoh, bodoh makinya dalam hati.
Flashback on
"Apa hak Om larang larang aku deket sama laki laki di pesta tadi. Om Tom cemburu?"
"Salma! jaga ucapanmu."
"Kenapa aku harus jaga ucapanku. Om enggak puas sudah nyulik aku ke Mexico, ngurung aku kaya aku ini napi, giliran aku bisa datang ke acara publik, deket sama laki laki, Om nyeret aku kesini lagi?"
Tanpa aba aba, laki laki itu maju dan langsung mencium Salma. Ciuman yang awalnya kasar, serakah, hingga laki laki itu menggigit bibir Salma, tidak keras, namum mampu membuat Salma membuka mulutnya sedikit dan lidah laki laki itu menyapu mulutnya. Ciuman yang awalnya menuntut itu, berubah menjadi ciuman yang lembut, seolah ingin membagi semua rasa yang ada di dalam hati terdalamnya selama ini. Salma melepaskan ciuman itu, untuk menarik oksigen sebanyak banyaknya masuk keparu parunya.
"Ah," Salma mendesah karena merasakan gundukan indah dadanya di remas oleh sepasang tangan kekar laki laki di depannya
"Om..."
"Please, jangan tolak om sekarang," seolah Salma tersihir karena tidak mampu menolak keinginan laki laki bermata indah di depannya ini. Ia hanya bisa diam menerima apa yang laki laki itu lakukan padanya.
Laki laki bernama Thomas Alexander itu mengangkat Tubuh Salma. Reflek, Salma pun mengaitkan kedua kakinya dipinggang laki laki itu hingga ia berhasil membaringkan tubuh Salma di kasur berbentuk bundar.
Suasana yang romantis karena kamar yang berada di pinggir laut dengar suara deburan ombak di luar, pencahayaan yang berasal dari lilin yang mengelilingi ranjang menambah suasana magis malam itu.
Tom mulai mencium Salma kembali, mencoba memberikan kenikmatan dengan mulut, lidah hingga tangannya. Posisi Salma yang berada di bawahnya membuat Tom begitu leluasa untuk mencium Salma, sedangkan tangannya masih bermain main di dada Salma, mengelus, meremas, hingga sesekali berusaha menurunkan mini dress yang Salma kenakan malam ini. Suara desahan yang keluar dari bibir Salma seolah menjadi lagu yang semakin membangkitkan gairah dalam diri Tom.
Tangan kanan Tom turun dan mulai membelai paha Salma hingga Salma yang merasakan itu semakin mendesah nikmat. Dan bertambah suara desahan itu ketika tangan Tom sampai di selangkangan Salma. Tom melepas ciumannya yang sudah mulai turun ke leher dan membuat beberapa kissmark di leher indah Salma.
Tom menurunkan dress Seksi Salma malam ini dan ia takjub dengan pemandangan indah Salma yang hanya mengenakan bra dan celana dalamnya. Tom Segera menyingkirkan bra dan celana dalam berwarna hitam itu, hingga akhirnya tubuh Salma saat ini sudah sepolos ketika ia lahir ke dunia. Tom tersenyum melihat keindahan di depannya. Tom memundurkan tubuhnya dan mulai memposisikan kepalanya di bawah inti Salma.
"Wow...Milikmu sangat indah, bahkan halus tanpa bulu". Tom mulai mencium aroma inti Salma dan mendekatkan mulutnya keinti tubuh Salma itu, menjulurkan lidah dan mulai menjilatinya dengan napsu yang sudah sampai di ubun ubun. Salma tercekat hingga tubuhnya melonjak ke atas, tangannya memegang rambut Tom yang awalnya ia ingin menjauhkan kepala Tom dari intinya tapi justru ia semakin membenamkan kepala Tom agar semakin masuk.
"Ah... Om Tom, aku rasanya mau pipis, minggir Om."
"Pipis saja sayang, enggak usah kamu tahan," Tom mulai pindah di sisi sebelah kiri Salma, memiringkan badannya, tangan kirinya memainkan puting indah Salma yang sudah mulai mengeras, sedangkan jari tengah dan telunjuk kanan nya sudah asik bermain di inti Salma yang basah. Saat Salma ingin berteriak, Tom membungkamnya dengan ciuman yang dalam hingga tubuh Salma bergetar dan melonjak tanda ia mencapai klimaksnya.
Buru buru Tom membuka resleting celananya dan mengeluarkan Tom Junior nya yang sudah dalam posisi tegang. Tom mengelusnya, menempelkan di bibir vag**a Salma yang sudah basah sekali. Tanpa aba aba, Tom berusaha memasukkannya tapi begitu sulit mengingat ukuran pe**s nya yang terhitung panjang dan besar. Setelah memaksanya akhirnya Tom berhasil memasukkan nya di iringi suara teriakan kesakitan Salma
"Ah......sakit Om," Salma terisak dibawahnya dan Tom yang sudah kepalang tanggung meneruskan aksinya menggempur Salma, walau pelan pelan ia bermain, tapi Salma masih terisak di bawahnya.
"Iya sayang, ini pelan pelan," kata Tom sambil mencium sudut mata Salma dan menghapus air matanya. Setelah beberapa saat dan sepertinya Salma sudah mulai bisa beradaptasi, Tom mempercepat hentakannya dan tangannya tidak berhenti meremas dan memilin payudara Salma. Desahan kenikmatan yang muncul dari bibir Salma membuatnya rela melakukan apa saja untuk Salma saat ini asal ia bisa terus mendengar suara itu yang diakibatkan oleh kelakuannya.
"Om, aku mau pipis lagi."
"keluarin sayang, jangan di tahan ya."
Dan bergetar hebat tubuh Salma dibawahnya dan Tom semakin memperdalam dan mempercepat tusukannya ke dalam liang vag**a Salma hingga akhirnya ia menyusul Salma mencapai klimaksnya. Setelah klimaksnya berlalu, Ia membelai wajah Salma, merapikan rambut Salma, setelah itu menciumi wajah Salma dari dahi, mata, hidung, pipi, hingga terakhir ia mencium cukup lama di bibir
"Thank you, Salma," kata Tom sambil tersenyum, Salma hanya mengangguk sebagai jawabannya.
Pelan pelan ia mengeluarkan miliknya dari dalam diri Salma, dan betapa terkejutnya ia melihat noda di sprei putih itu.
"Apa! Ternyata kamu masih perawan Sal selama ini?"
Tidak ada jawaban dari Salma dan Tom semakin terheran heran.
"Bagaimana bisa perempuan berusia hampir 29 tahun masih perawan. Ini gila Salma dan aku adalah pria yang beruntung karena mendapatkannya. Terlebih lagi perempuan itu adalah perempuan terhormat dari keluarga Sasmita.
Flashback off
***