Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Part 9

Salma memasuki sebuah mansion mewah yang berada di Roma. Ia berhenti di tengah ruangan. Menatap kiri dan kanan isi mansion tersebut.

"Dari dulu masuk ke rumah ini gue salalu merasa udik. Kalo enggak bingung arah ya kesasar di dalam rumah," kata Salma dalam hati sambil masih celingukan tidak jelas. Hingga akhirnya Salma melangkahkan kakinya ke tangga sisi kiri lalu menaikinya dengan cepat dan berhenti di depan sebuah pintu besar berwarna coklat.

"Semoga saja pintunya nggak dikunci," desis Salma pelan.

Ceklek....

Pintu itu terbuka sempurna dan Salma memasuki ruangan tersebut. Ketika Salma masuk, pemandangan di depannya membuatnya ingin melemparkan apapun yang ada di dekatnya. Dan saat ini yang ada di dekatnya adalah tas yang ia bawa. Tanpa aba-aba tas itu melayang kepada seseorang yang sedang tertidur dengan pulas diatas ranjang berukuran king.

"Bangun!" Bentak Salma setelah tas itu melayang.

"Aku bilang bangun Thomas Alexander!"

Tom hanya beringsut tetapi tidak bangun. Karena emosi sudah menguasai dirinya, Salma melepas high heels Christian Louboutin setinggi 10 cm miliknya.

"Berhubung gue beli waktu diskon, gue relain high heels gue melayang ke kepala lo, Om," kata Salma dalam hati sambil menatap high heels yang sudah ada di tangannya.

Wuzz.....

Highs hells seharga 8 juta setelah di diskon itu melayang dengan sempurna dan jatuh tepat disisi wajah Tom.

Tom membuka matanya dan kaget dengan apa yang dilihat. Buru-buru ia bangun dan sudah menemukan Salma dengan keadaan setengah gila karena emosinya sudah tidak tertampung lagi.

"Salma, what happened?"

"Pakai nanya lagi," kini giliran high heels sebelah kiri yang melayang dan Tom berhasil menghindarinya.

"Serius, Om nggak ngerti kenapa kamu jauh-jauh ke sini cuma mau ngehajar Om?"

"Om sudah keterlaluan. Om kirim mata-mata buat ikutin aku kemanapun aku pergi kan?"

Kini giliran wajah Tom yang merah padam. Ternyata dugaannya benar jika cepat atau lambat Salma akan mengetahuinya.

"Darimana kamu tau?" Tanya Tom menyelidik.

"Dari Deva. Deva yang hajar orang suruhan Om. Aku harap Om nggak lupa kalo teman aku yang satu itu jago beladiri."

Akhirnya Tom bangkit dari ranjanganya.

"Aaaaaaa........Om Tom!" Kata Salma sambil menutup wajah dengan kedua tangannya.

Tom melirik tubuhnya dan menghembuskan nafas kasar.

"Sal, Kamu sudah sering lihat Om telanjang. Jadi nggak perlu histeris gitu."

Tanpa membuka matanya Salma berjalan menuju sofa di dekat perapian meninggalkan Tom sendiri. Tom menatap Salma lekat-lekat. Sepertinya kondisinya yang sedang bangun tidur dan menegang sempurna sedang tidak bisa membuat libido Salma bangkit. Yang ada justru emosi yang sudah sampai ke ubun-ubunnya semakin menjadi jadi.

Beberapa saat kemudian Tom menghampiri Salma dengan tubuh berbalut kimono tidur berwarna coklat muda. Tom menemukan Salma sedang memandang perapian dengan wajah terisak. Ia hanya memandang Salma tanpa mengatakan sepatah katapun kemudian duduk disebelahnya untuk menunggu hingga Salma selesai menangis.

"Om Tom keterlaluan!"

"Om Tom nggak bisa apa menghargai privasi aku?"

"Aku nggak suka diikutin apalagi dimata matai!"

"Om Tom juga pasti sudah tau kan kalo Om Lucas ngajakin aku ketemuan dan ngehasut aku?"

Tom hanya menganggukkan kepalanya Sambil menatap Salma. Setelah hampir dua minggu ia tidak bertemu Salma, Salma masih tetap sama baginya dan ia ingin mencicipi rasanya kembali.

"Aku minta sama Om untuk melepas proyek di Seoul dan berikan itu ke Om Lucas biar dia nggak hubungin aku mulu."

Tom tertawa di samping Salma.

"Jauh-jauh kamu ke Roma cuma untuk membicarakan hal seperti ini, Sal?" Kata Tom sambil menggelengkan kepalanya.

"Iya, aku buru-buru, besok pagi aku sudah balik lagi ke Indonesia."

"Kenapa cepat-cepat? emang kamu nggak capek? Kita senang-senang dulu lah, Sal, Om kangen sama kamu."

Bug....

Salma melemparkan bantal yang ada di sofa ke wajah Tom.

"Sudah serangan ke 4, berarti Om akan balas kamu 4 kali. Nggak mau nambah lagi, Sal?"

"Maksud Om apa?" Kata Salma dan kembali satu bantal Sofa melayang ke wajah Tom.

"Lima. Ayo, Sal tambah lagi, tanggung ini cuma 5 kali doang. Jauh-jauh ke sini masa cuma 5 kali."

Tiba-tiba Otak Salma berfikir keras, tentang apa maksud Tom kali ini. Ketika ia masih sibuk berfikir keras, sebuah serangan di bibir Salma membuatnya kaget. Tapi rasa inikah yang ia rindukan ketika jauh dari Tom. Awalnya Salma hanya diam saja, namun ketika ciuman Tom yang semakin lembut namun dalam membuatnya membalas ciuman itu. Salma membalas ciuman Tom dengan sama lembutnya, sehingga membuat Tom semakin bergairah di pagi ini.

Salma menarik tali pengikat kimono yang dikenakan oleh Tom dan tubuh polos Tom di balik Kimono tersebut tanpa pakaian apapun terpampang jelas di depan matanya. Setelah membebaskan tubuh bagian depan Tom dari kimono yang menutupinya, Salma menyentuh bagian tubuh Tom yang sudah ia rindukan sejak mereka berpisah, bahkan sampai terbawa oleh mimpi.

Tom mendorong pelan tubuh Salma hingga jatuh tertidur di Sofa dan ia berada di atas Salma. Tom melirik pakaian Salma ketika ciuman itu terputus karena Salma seperti hampir kehabisan nafas. Salma mengambil nafas sedalam dalamnya, semampu tubuhnya menghirup oksigen sebanyak banyaknya.

"Om lebih suka kamu pakai dress daripada pakaian begini, susah ngebukanya, Sal," Omel Tom sambil menatap Salma. Salma kali ini menggunakan celana jeans panjang dengan atasan sweeter panjang.

Salma yang diomeli hanya tertawa di bawah kungkungan tubuh Tom, ia memandang Salma dengan penuh puja. Wanita ini, wanita yang ia cintai sejak masih belia. Bahkan ia masih tidak percaya jika selama 2 bulan ini, dirinya hanya bercinta bersama Salma dan selalu tanpa menggunakan pengaman. Bahkan Salma tidak ia paksa meminum pil penunda kehamilan atau memasang kontrasepsi. Jika Salma hamil, maka Tom yakin saat itu kepalanya tidak akan selamat seperti hari ini.

"Kalo gitu Om Tom minggir, aku mau bangun."

"No, no, no. Kamu tetap di situ. Om nggak akan biarin kamu pergi, Om sudah nggak tahan, Sal."

Wajah Salma sudah semerah kepiting rebus ketika mendengar perkataan Tom tersebut. Dan dengan secepat kilat Tom membebaskan tubuh Salma dari segala atribut yang menghalangi penyatuan diri mereka berdua. Kini hanya tinggal bra dan celana dalam saja yang menghiasi tubuh molek Salma.

Tom langsung menghujani Salma dengan ciuman diseluruh tubuh dari leher hingga perut bahkan suara erangan, desahan dan rintihan dari Salma mendominasi kamarnya pagi ini.

"Ah, Om, tolong berhenti, aku nggak tahan. Ayo, Om."

"Sabar, Sayang. Kamu saja belum klimaks pakai jari sama mulut Om."

Tidak lama kemudian bra dengan kait bukaan di depan warna hitam itu sudah terlepas dari tubuh Salma. Tom segera merasakan rasa gunung kembar Salma yang ia rindukan selama beberapa waktu ini. Walau milik Salma tidak besar bahkan cenderung kecil, namun tetap saja bagi Tom milik Salma sanggup membuatnya puas dengan segara permainan bahkan rasa yang ia rasakan ketika mereka berdua sedang bercinta.

"Rasanya masih sama, Sal. Kenyal, nikmat dan pink merona tiap Om hisap."

Salma hanya menatap Tom Sambil tersenyum. Rambutnya tergerai indah di Sofa membuat Tom ingin menjambaknya, dan merasakan kenikmatan itu.

Pelan-pelan Salma menurunkan kimono Tom dan setelahnya libidonya semakin menggila ketika menatap tubuh Tom yang telah sepolos ketika ia lahir ke dunia.

"Oh, Shitt!"

Tangan Tom pelan-pelan turun ke inti tubuh Salma dan membelainya lembut.

"Masih sama, Sal. Halus, bersih, baunya khas kamu. Kamu benar-benar merawatnya dengan baik, Sayang."

Pelan-pelan Tom menurunkan kepalanya dan mulai menjilati inti Salma dengan penuh napsu. Selama proses itu tangan Salma tidak henti hentinya menjambak rambutnya. Tom tau Salma hampir merasakan puncaknya apalagi kedua tangan Tom tidak berhenti meremas dan memilin gunung kembarnya.

"Don't stop, Om. Aku mau klimaks," Ucap Salma.

Tom merasakan tubuh Salma terlonjak beberapa kali serta bergetar hebat. Kini cairan menetes dari vaginanya tapi Tom tidak berhenti menyesapnya.

"Cairan kamu enak, Sayang, aku tidak keberatan setiap hari mencicipinya."

"Ayo, Om."

"Nungging ya, Sal."

Salma pun kemudian membalikkan tubuhnya dan menungging di depan Tom.

"Oh Shitt! Badan kamu benar-benar sempurna untuk tubuh Om, Sal."

Tom mengelus elus juniornya dan menggesek gesekkan di inti Salma sebelum kemudian mendorongnya masuk dalam sekali dorong. Tom tidak langsung bergerak ia menunggu reaksi Salma.

"Aaarrrghhhhhh."

"Sudah bukan perawan tapi tubuh kamu masih sama seperti pertama kali On bertamu, Sal. Sempit dan hangat, tahan ya, Sayang."

"Cepetan, Om nggak usah basa basi."

Tom tersenyum mendengarnya. Kemudian tangannya mengambil rambut Salma, memegangnya dan ia mulai memompa tubuh Salma.

"Ah....ah... Ah....Om, lebih kenceng dan cepet dong," Kata Salma terengah engah.

"Okay," Tom mempercepat gerakannya dan tangan kanannya masih menjambak rambut panjang Salma sedangkan tangan kirinya masih sibuk meremas payudara indah Salma yang menggantung dengan sempurna walau tidak besar.

Salma ikut bergerak bersama Tom, hingga akhirnya mereka merasakan puncak kenikmatan bersama sama.

"Om, aku hampir klimaks lagi."

Kata-kata Salma seperti mengirim kekuatan kepada Tom untuk makin memompa dengan sangat cepat dan keras. Hingga akhirnya tubuh Salma bergetar hebat dan ambruk di sofa. Cairannya menetes sempurna membasahi junior Tom.

Tom menarik juniornya dan memegangnya.

"Sal," panggil Tom dan Salma menolehkan wajahnya. Seketika Salma sudah paham, kemudian ia membalik badan dan duduk di samping Tom, mendorong tubuh Tom hingga terjatuh di sofa dan langsung menduduki pinggang Tom, tangan Salma memposisikan Junior untuk masuk ke intinya. Ketika junior sudah masuk, ia kemudian bergerak maju mundur diiringi gerakan naik turun. Tom yang kali ini berada di bawah Salma sudah merem melek merasakan sensasi bercinta yang luar biasa bersama Salma yang sudah ia rindukan sejak mereka berpisah.

Tom tidak sanggup lagi menahannya dan spe**a nya lepas dengan sempurna di dalam inti Salma.

Tiga kali cairan itu menyembur di dalam inti Salma. Cairan itu cukup banyak hingga menetes membasahi tubuhnya yang ada di bawah Salma. Salma kemudian jatuh tertidur di atas dadanya.

Tangan kanan Tom kemudian membelai rambut indah Salma, Salma mendongakkan kepalanya lalu Tom mencium Salma sebagai ungkapan cintanya. Ciuman lembut namun dalam. Seolah Tom ingin menyampaikan perasaannya yang terpendam kepada Salma salama ini. Berharap Salma akan berusaha membuka hatinya dan merubah keinginannya untuk tetap melajang seumur hidupnya.

"Ti Amo, Salma."

Salma yang mendengar itu kemudian membelalakkan matanya karena kaget dan setelahnya ia hanya mampu untuk menatap wajah Tom dalam-dalam namun tidak sanggup berucap apapun. Ia diam membisu.

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel