Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Part 5

Setelah pembicaraan Salma dengan Tom, tentang keinginannya untuk segera pulang. Hubungan mereka menjadi kaku. Sikap otoriter Tom muncul lagi. Salma tidak di ijinkan keluar dari hotel, pengawal yang mengawalnya kemana mana kecuali ke toilet.

"Berasa dipenjara ini mah. Kapan gue bebas," keluh Salma dalam hati.

Setiap hari hanya tidur, makan dan jika malam menjadi pemuas napsu bagi Tom. Apa beda dirinya dengan pelacur. Bahkan Salma berfikir pelacur masih lebih memiliki harga diri, karena mereka di bayar baru mau melayani pelanggan, sedangkan Salma? Diberikan uang tidak, seluruh aset Papinya jatuh ke Tom. Walau Salma mengerti alasan Papi memberikan semuanya ke Tom, tapi Salma rasanya sudah muak dengan penjara yang indah ini. Malam ini ia harus tuntaskan semua, apalagi besok Tom akan terbang ke Dubai.

Malam ini setelah makan malam, Salma memberanikan diri mengatakan keinginannya kepada Tom.

"Om, aku besok mau pulang, kalo om enggak ngijinin aku pulang ke rumah aku, ya aku pulang ke rumah masa depan aku saja."

"Maksud kamu apa?"

"Om Tom gitu aja enggak paham sih. Katanya pinter, taunya bolot."

Satu hal yang membuat Tom betah berada di dekat Salma, karena Salma tipikal wanita yang ceplas ceplos. Walau terlihat dewasa, tapi aslinya masih seperti anak anak. Tom memandang Salma tanpa mengatakan apa apa. Dia paham maksud Salma. Tapi ia pura pura tidak mengerti. Karena ia menyadari bahwa ia tidak akan sanggup kehilangan Salma. Sudah sejak Salma berusia 10 tahun ia mengenalnya. Bahkan Tom sudah berusaha untuk menyingkirkan rasa sukanya pada Salma dengan fokus pada seluruh pekerjaannya, tidak bertemu dengannya tapi Tom tidak bisa. Salma selalu ada di sisi terdalam hatinya. Ia pernah menakutkan dirinya adalah seorang pedofil, ternyata tidak, sampai Salma akhirnya dewasa rasa itu tetap bertahan pada seorang gadis bernama Gabriella Salma Sasmita.

"Om... Aku mau pulang, aku serius kali ini. Nggak main main."

"Kenapa kamu buru buru pengen pulang? Di rumahmu tidak ada orang apalagi keluarga. Mami kamu sudah sibuk dengan suami barunya dan anaknya."

Salma tertawa getir di depan Tom.

"Mami? Definisi seorang Mami itu apa sebenarnya, wanita yang mengandung dan melahirkan, tapi tidak pernah menyusui anaknya karena takut payudaranya kendor? Rela bolak balik Gym dan klinik kecantikan agar selalu tampil muda tak tercela? Seperti itukah seorang Mami sampai lupa mengurus anaknya?"

Tom tau dirinya telah salah berkata kata malam ini. Sakit hati Salma kepada kedua orang tuanya terlalu dalam. Dan itu salah satu penyebab Salma tidak mau menikah hingga saat ini.

"Salma, tidak semua ibu seperti itu. Om yakin kalo kamu punya anak kamu tidak akan mengulangi kesalahan yang sama."

"Jangan terlalu yakin Om, Om itu enggak kenal aku. Sudah ya, intinya aku mau pulang. Kalo Om nggak mau kasih aku ijin ya aku pulang ke rumah masa depan ukuran 2 kali 1."

Salma berdiri dari tempat duduknya dan meninggalkan restoran hotel tempatnya menginap menuju ke kamarnya.

***

Tok ....

Tok.....

Tok....

Suara pintu kamar kembali di ketuk, tapi entah kenapa malam ini Salma enggan untuk membukanya. Kemudian ia kembali tertidur sambil menutup kepalanya dengan bantal. Rasanya ia lelah sekali sejak semalam apalagi ia terus bermain dengan Tom. Salma menyalahkan semua ini kepada bentuk badan Tom. Bagaimana bisa laki laki berusia 44 tahun badannya masih tetap menggoda imannya hingga ia sering khilaf, andai Tom tidak memiliki badan seperti itu dan wajahnya senormal laki laki berusia 44 tahun, Salma pasti tidak akan khilaf.

Salma membalik badannya ketika tertidur, dan begitu shock nya ia ketika menyadari Tom telah tidur di sampingnya. Salma tidak berteriak, karena sudah sering ia menemukan Tom tertidur disebelahnya dengan bertelanjang dada. Tidak perlu kaget juga Tom bisa masuk ke kamarnya, karena hotel dan resort ini adalah miliknya.

Salma hanya memandang Tom, andai saja Tom tidak memiliki perbedaan usia yang cukup jauh dengan dirinya, Tom bukan dari kalangan yang sama dengan dirinya, dan merupakan laki laki yang biasa biasa saja, Salma pasti akan mempertimbangkan sebagai pasangan. Tapi Tom adalah segala jenis sesuatu yang ia hindari. Karena ia yakin, hidupnya tidak akan bahagia dengan Tom, terlalu banyak rekayasa di dalamnya dan Salma sangat membenci itu .

Salma beranjak dari tempat tidurnya, membuka pintu balkon kamarnya. Deburan ombak pantai dan semilir angin malam menyapu wajah cantiknya. Ia duduk di ayunan sofa balkon kamarnya. Memandang gelapnya malam.

"Sal... "

Salma membalikkan badannya. Dan menemukan Tom bertelanjang dada.

“Please, Tuhan, kuatkan imanku,”kata Salma dalam hati.

"Om Tom ngapain bangun jam segini?"

Tom tidak menjawab, ia mendekati Salma dan duduk disebelahnya.

"Kamu sendiri ngapain di sini malam malam?"

"Lagi kangen rumah aja. Kangen berantem sama Deva, kangen masakannya Nada."

Tom memandang Salma dalam tapi yang di tatap memilih untuk menatap lautan luas di depannya yang gelap.

"Kalo kamu pengen pulang, Om enggak bisa maksa kamu biat bertahan di sini, besok kamu bisa pulang langsung."

Salma menoleh kepada Tom.

"Serius Om?" Tanya Salma dengan wajah berbinar bahagia.

"Iya, tapi janji sama Om buat selalu ngasih kabar, apalagi kalo keluarga Papi kamu mulai macam macam. Bisa?"

"Bisa-bisa. Makasih Om," kata Salma bahagia dan langsung memeluk Tom. Tom membalas pelukan Salma. Pelukan wanita yang akan ia rindukan nantinya.

Disela sela pelukan yang hangat itu, Tom membisikan Salma sebuah kalimat " Sal, satu ronde ya di sini sebelum kita berpisah besok "

Salma tidak menjawab, dan memang Tom tidak memerlukan jawaban Salma. Malam ini adalah malam terakhir ia bisa bersama Salma dan Tom tidak akan Menyia nyiakan begitu saja.

Di bawah gelapnya malam, bersama suara deburan ombak dan angin pantai yang membelai wajahnya dan Salma. Tom memulai penyatuannya yang terakhir sebelum berpisah dengan Salma.

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel