Part 3
"Memang dasar sekali player tetep player kambing di bedakin tetep aja demen. Nyesel gue ngasih hal berharga gue sama manusia model begitu," Omel Salma di taman samping restoran yang sebenarnya hanya bisa di dengar oleh pohon dan rumput yang bergoyang.
Pucuk di cinta ulam pun tiba. Sebuah ide brlian muncul di kepala Salma. Salma tersenyum dan melangkahkan kakinya masuk ke dalam restoran.
"Sayang, kamu tega ya sama aku, kamu bilang ketemu rekan bisnis taunya kamu malah kaya gini, suap suapan sama perempuan lain di belakang aku," Ucap Salma dengan berderai air mata.
"Kamu juga enggak kasian ya sama anak istri kamu dirumah nungguin kamu pulang," Derai air mata Salma semakin menjadi jadi, membuatnya menjadi pusat perhatian pengunjung restoran.
Tom yang sudah kepalang malu, menarik Salma keluar restoran setelah berpamitan dengan rekan bisnisnya yang duduk di depannya, ia menatap Tom dengan tatapan bersalah. Di luar restoran Salma masih menangis hingga akhirnya mereka masuk ke sebuah mobil sport milik Tom, dan meledaklah tawa Salma.
"Hahahaaa... Gimana akting aku boleh juga kan?" Tom hanya menatapnya tanpa berkata apapun, ia masih sibuk dengan kemudinya dan macetnya jalan raya malam ini.
"Besok kalo sudah balik aku mau nyoba casting jadi pemain sinetron aja gimana ? siapa tau aja di terima," Salma masih terkekeh
“Tunggu aja hukuman kamu sebentar lagi. Kita lihat siapa yang menang kali ini.”
***
Tom masih diam seribu bahasa ketika dirinya dan Salma memasuki kamar.
"Om Tom ngapain ikutan masuk ke kamar aku? Balik gih ke kamar Om Tom sendiri."
"Ini kamar istri aku, kenapa aku mesti keluar. Kalo dilihat lihat suasananya sudah sangat pas untuk mengulang kegiatan kita semalam," Ujar Tom santai sambil menyunggingkan senyum
Salma hanya melongo tidak sanggup berkata kata. Dan sebelum dirinya sadar akan apa yang terjadi, bibir lembut Tom sudah menyapu bibirnya dengan lembut. Salma memundurkan kepalanya, tetapi tengkuk nya di tahan oleh Tom. Kelembutan ciuman Tom mampu membuat Salma kehilangan akal sehatnya untuk kedua kalinya. Dan Salma mengalungkan tangannya di leher Tom.
"Kita akan main peran suami istri sesuai keinginan kamu, Sayang. Jadi kamu harus turutin kemauan suami kamu malam ini,"
Kata Tom di sela sela ciuman mereka yang semakin dalam dan panas.
Tom menggendong Salma ala bridal style menuju tempat tidur dan menidurkan Salma dengan hati hati, kemudian ia merangkak naik, memulai ciuman itu lagi yang sempat terputus. Kali ini ciuman itu bukan hanya di bibir, Tom menghujani Salma dengan ciuman di sekujur wajah, leher, dada hingga ke perutnya yang membuat Salma semakin mendesah nikmat. Tanpa sadar mini dress Salma sudah terlempar di bawah ranjang, bra yang dikenakannya malam ini juga entah ada dimana
Tom bermain lama di payudara Salma. Mulutnya menghisap payudara sebelah kanan, tangan kanan Tom meremas, memilin dan mengelus payudara sebelah kiri Salma. Tom merasakan tangan Salma menyentuh dadanya yang bidang, dan pelan pelan membuka kancing kemejanya.
"Wah, kemajuan sayang, kamu murid yang pintar," Kata Tom di sela sela ciuman nya.
Seperti mendapatkan suntikan gairah setelah mendengar ucapan Tom, Salma semakin berani menyentuh bagian bagian tubuh Tom, yang membuat Tom mendesah bersahutan dengan dirinya. Salma memperdalam ciumannya dengan Tom, hingga saling memainkan lidahnya. Tom sangat larut dalam suasana malam ini hingga akhirnya tanpa sadar ia telah kehilangan kontrol atas Salma. Salma lah yang saat ini memegang kendali dengan sudah berhasil menduduki perut six pack Tom, mengunci tangan Tom diatas kepalanya dengan satu tangan, sedangkan bibir Salma sudah menjilati tubuh Tom mulai dari leher, dada, hingga ke put**g Tom, disana Salma menghisap put**g nya hingga Tom sudah merasa bahwa saat ini seluruh tubuhnya sudah menegang hanya tinggal meledak laksana bom.
"Ahh....shitt!"
"Ahh... Salma don't stop."
Seperti mengerti keinginan Tom, Salma menggerakan badannya di atas badan Tom, dan di kepala Tom saat ini hanya berisi, dia harus memasuki Salma secepatnya. Persetan dengan laporan keuangan bulanan yang menunggu persetujuannya, tender tender pembangunan di berbagai negara yang harus ia urus. Saat ini yang terpenting di hidupnya adalah Salma, kalo Salma sampai berhenti menyentuhmya, maka ia merasa akan mati. Salma laksana oksigen di hidupnya, seperti halnya matahari yang membantu tumbuhan untuk tumbuh dan berfotosintetis. Sungguh Tom yakin, ia tidak akan bisa hidup tanpa Salma setelah malam ini.
Pelan pelan Salma melucuti pakaian yang digunakan oleh Tom, Tom hanya memperhatikan Salma, ketika ia ingin menginstruksikan Salma agar mengulum Tom Junior, ternyata Salma sudah melakukan nya lebih dulu, untuk ukuran seorang wanita yang baru kehilangan keperawanannya semalam, Salma tergolong wanita yang cepat mengerti tentang tubuh Tom, dimana Tom ingin di sentuh, di belai, dan semua terasa pas ketika Salma yang menyentuhmya, seakan kehidupan bejatnya selama ini yang hoby one night stand tidak pernah nyata, bersama Salma ia merasa masih hijau. Bahkan walau mungkin ada wanita yang lebih jago dalam urusan ranjang yang pernah ia rasakan tapi penyatuannya dengan Salma selama dua malam ini adalah kehidupan sex terbaik dalam hidupnya. Demi Tuhan, ia ingin menangis malam ini ketika merasakan hampir mencapai klimaksnya padahal Salma hanya mengulum, menjilat, mengocok Tom Junior dan ini belum pernah terjadi di kehidupan sex selama hidupnya, bahwa ia bisa mencapai klimaks hanya dengan mulut dan lidah seoramg wanita.
"Babe ... stop it," kata Tom di sela sela desahannya
"Why?"
Tanpa aba aba, Tom mengubah posisinya , dan meminta Salma untuk menungging di hadapannya. Sejak semalam Tom tau, kalo Salma sangat menyukai posisi doggy-style, dan Tom tidak keberatan melakukannya, apapun gaya yang Salma mau, Tom akan ikuti asal Salma tidak berhenti melakukan penyatuan tubuh dengannya.
Suara penyatuan tubuh Tom dan Salma mengisi ruangan itu selain desahan dari kedua nya
"kencengin Om nyodoknya," ucap Salma di sela desahannya.
Kata kata Salma seolah menjadi angin segar agar Tom lebih cepat, lebih dalam, dan lebih sedikit kasar terhadapnya. Untuk menambah kenikmatan yang Salma rasakan, Tom sesekali menepuk bok**g Salma, hingga bok**g Salma yang putih, bersih dan halus itu berwarna kemerahan, tangannya tidak lepas dari payudara Salma, menjadikannya pegangan hidup, meremasnya dan memilin nya.
"Om..aku ha..hampir klimaks ..terus om.. ja..jangan ber..henti," suara Salma yang terputus putus di sela sela desahannya membuat Tom semakin menggila
Tom pun merasakan hal yang sama. Ketika tubuh Salma ambruk dikasur dan bergetar, Tom pun menyusul tidak lama kemudian. Dan ambruk di atas punggung Salma, tangannya masih berada di payudara Salma, tidak berhenti memainkan put**g Salma yang masih tegang.
"Kamu luar biasa Salma," kata Tom sambil menciumi dan menjilati punggung Salma. Setelah beberapa saat Salma dan Tom merasakan libidonya naik kembali, sehingga mereka melakukan penyatuan lagi dan lagi untuk malam itu. Hingga setelah ronde ke lima, Salma sudah tidak lagi menghitungnya
Berbagai macam posisi mereka lakukan, bahkan untuk yang terakhir mereka bercinta di kamar mandi sebelum setelahnya membersihkan diri.
***
Tom bangun pagi ini dan menemukan Salma masih tidur terlelap di sebelahnya tanpa menggunakan sehelai pakaian pun, tubuhnya hanya di tutup oleh selimut. Tanpa sadar Tom tersenyum dan mencium kening Salma. Ia mengambil Handphonenya dan melihat bahwa jam sudah menunjukkan pukul 9 pagi. Segera ia bangun dan menuju kamar mandi. Setelah melakukan ritual paginya, ia keluar sebentar untuk berjalan jalan dipinggir pantai. Ketika naik kembali ke kamar pemandangan Salma duduk di tempat tidur dengan hanya berlapisi kain putih membuat nya harus membatalkan semua janjinya, karena ia tidak akan sanggup membiarkan pamandangan di depannya itu berlalu begitu saja tanpa ia rasakan rasanya.
***