Chapter 8
"Aku ingin membicarakan tentang masalah kemarin," ucap Kevin yang membuat Anny tertegun.
"I... itu..."
"Bukan kami ingin kau kembali mengingat kejadian kemarin Ann, tapi melihat kau begitu ketakutan saat aku dan Kevin menemukanmu, membuatku berpikir untuk mengetahui apa yang terjadi sebenarnya, maksudku... kami bisa melindungimu Ann, aku yakin kejadian kemarin akan terus berlanjut jika tidak ditindak dengan tegas," ucap Billy.
"Billy benar, mungkin korbannya bukan hanya kau saja Ann tapi mungkin murid lain juga," tambah Thomas.
"Aku tahu... tapi bukan itu masalahnya," jawab Anny yang membuat Kevin, Billy, dan Thomas bingung.
"Apa maksudmu, Ann?" Tanya Kevin.
"Jika aku menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya, kalian pasti akan menganggapku gila dan kalian juga mungkin tidak akan percaya,"
"Kata-kata mu terlalu ambigu Ann, kami masih tidak mengerti," jawab Thomas.
"Yang melakukan hal kemarin itu bukan manusia tapi arwah seorang perempuan bernama Emelly," jawab Anny yang membuat teman-temannya terkejut.
"A... apa?!" Ucap Billy yang masih dengan keterkejutannya.
"Aku tahu ini aneh, tapi... itu kenyataannya,"
"Bagaimana bisa kau menyimpulkan seperti itu, Ann?" Tanya Thomas.
Anny kemudian menceritakan apa yang terjadi beberapa hari terakhir ini, mulai dari ia bertemu dengan seorang gadis digudang, sampai tentang foto Emelly yang terpajang di pos penjaga pemakaman.
"Jadi begitu..." ucap Thomas kemudian.
"Mr. Harry mengatakan jika Emelly sekolah di sini," ucap Anny.
"Yang menjadi pertanyaanku adalah, kenapa dia melukaimu Ann?" Tanya Billy.
"Aku tidak tahu, karena itu aku ingin mencari tahu sesuatu,"
"Apa?" Tanya Kevin.
"Aku ingin tahu tentang kehidupan Emelly, dimana dia tinggal dan sebagainya, dan yang paling penting bagaimana sebenarnya ia meninggal,"
"Dan kau memulai nya dari perpustakaan?" Tanya Kevin yang dijawab anggukkan oleh Anny.
"Kenapa perpustakaan?" Tanya Billy bingung.
"Dari yang aku dengar, disana terdapat data-data siswa maupun siswi yang pernah sekolah disini, jadi kemungkinan besar jika data Emelly ada disana," jawab Thomas.
"Tunggu, jadi kalian mempercayaiku?"
"Tentu saja Ann, kau teman kami, tentu kami percaya padamu," ucap Thomas.
"Kalau begitu tunggu apalagi? Ayo kita pergi ke perpustakaan dan mencaritahu siapa sebenarnya Emelly," ucap Billy.
"Tapi tidak semudah itu Bill, buku yang ada di sana tidak hanya satu atau dua buku, melainkan ada ribuan buku, akan lama kita mencarinya," ucap Anny.
"Data-data siswa tidak disimpan di perpustakaan utama, melainkan ada tempat khusus, letaknya di paling belakang ruangan, disana ada ruangan yang di khususkan untuk menyimpan data, dan dikunci," ucap Kevin.
"Dan... bagaimana kita bisa pergi ke sana?" Tanya Anny.
"Aku rasa akan sulit jika kita tidak menyelinap," jawab Thomas.
"Menyelinap? Menyelinap seperti pencuri maksudmu?" Tanya Billy.
"Bukan seperti itu bodoh!" Jawab Kevin.
"Apa kita tidak bisa meminta kuncinya saja, daripada kita harus menyelinap," ucap Anny.
"Aku setuju dengan Anny," jawab Billy.
"Kita tidak bisa melakukan itu, akan ada banyak pertanyaan dari guru-guru itu, terutama untuk apa kita mencari data tentang Emelly," jawab Thomas.
"Benar juga, jadi apa kita akan tetap pergi menyelinap?" Tanya Billy.
"Tentu saja," jawab Kevin.
"Kapan kita akan pergi?"
"Malam ini,"
...
Anny kembali ke kelas lima menit sebelum jam pelajaran dimulai.
"Hei dari mana saja kau?" Tanya Angel, saat Anny baru saja duduk di kursinya.
"Perpustakaan, bukan kah aku sudah mengatakannya tadi?" Jawab Anny seraya membuka tas nya untuk mengeluarkan buku pelajaran berikutnya.
"Aku pergi ke perpustakaan tadi, dan kau tidak ada disana," ucap Angel yang membuat aktifitas Anny terhenti kemudian menolehkan kepalanya ke arah Angel.
"Kau ke perpustakaan?" Tanya Anny yang dijawab anggukkan oleh Angel.
"Apa otakmu bergeser?" Tanya Anny lagi.
"Apa?!"
"Sejak kapan kau ingin pergi ke sana? Apa kiamat sudah mulai dekat?"
"Sialan kau Ann, mulutmu benar-benar harus di sumpal!!" Ucap Angel kesal yang membuat Anny tertawa.
"Oh aku baru ingat, aku mempunyai informasi terbaru,"
"Informasi apa?"
"Saat jam istirahat tadi, ada tiga orang siswi pingsan di toilet," ucap Angel yang membuat Anny mengerutkan keningnya.
"Kenapa?"
"Menurut info yang aku dengar, mereka melihat arwah siswi yang meninggal empat tahun lalu karena bunuh diri,"
"Apa?"
"Aku tidak tahu pasti mereka pingsan karena memang bertemu dengan arwah siswi itu atau karena hal lain, dan yang lebih gilanya lagi, ada beberapa murid yang akan melakukan ritual pemanggilan arwah malam ini,"
"Apa?"
"Dan aku akan ikut dengan mereka,"
"Apa?!"
"Kau tidak mempunyai kosak kata lain selain APA?!"
"Tidak, lagi pula untuk apa kau ikut dalam ritual pemanggilan arwah itu?"
"Aku hanya ingin tahu saja, sepertinya menyenangkan, kau mau bergabung denganku?"
"Tidak!!" Ucap Anny kemudian membuka bukunya dan mulai fokus membaca mengabaikan Angel yang terus mengoceh.
...
Jam sudah menujukkan hampir pukul empat sore, yang artinya bel pulang sekolah sudah berbunyi sekitar satu jam yang lalu, sekolah pun sudah mulai lengang, bahkan para guru pun satu persatu mulai meninggalkan sekolah, namun tidak bagi siswi bernama Anny, ia mendapat tugas dari Mrs. Merry untuk membantunya membersekan buku paket yang berserakan di perpustakaan. Namun sialnya, baru juga dua puluh menit mereka bekerja, Mrs. Merry pergi dari perpustakaan dengan alasan ada rapat mendadak, alhasil, Anny lah yang harus membereskan sisanya.
Anny menghela nafasnya sejenak setelah ia berhasil menyelesaikan pekerjaannya, ia pun berbalik dan berjalan menju pintu keluar. Sesuai dugaannya ternyata sekolah memang sudah sepi, ia berjalan menelusuri lorong sekolah, udara sore itu sedikit terasa dingin dikarenakan hujan tengah turun. Anny berhenti sejenak di tempat parkir, ia menatap hujan yang kini turun bertambah lebat ditambah suara guntur mulai terdengar bersautan.
"Sepertinya aku tidak akan pulang cepat," ucap Anny seraya memeluk dirinya sendiri yang mulai kedinginan.
"Annabeth," ucap sebuah suara yang mengagetkan Anny, dengan segera Anny menolehkan kepalanya ke asal suara, dan betapa terkejutnya ia saat mengetahui Alex tengah berjalan ke arahnya dengan senyum menyeramkan terpatri di wajahnya.
"Sepertinya kau tidak bisa pulang, bagaimana jika aku mengantarmu?" Tanya Alex yang kini sudah berada di depan Anny.
"Tidak, terimakasih aku bisa pulang sendiri,"
"Begitu ya... tapi hujan tidak akan berhenti dalam kurun waktu satu atau dua jam Ann, awan hitam masih menggantung disana, jadi bisa dipastikan jika hujan tidak akan segera berhenti,"
"Tidak apa-apa aku bisa menunggu," ucap Anny seraya mengalihkan pandangannya dari Alex dan memilih untuk melihat hujan.
Alex yang melihat hal itu pun sedikit kesal, ia melangkah lebih dekat ke arah Anny, kemudian membelai kepala Anny yang membuatnya terkejut, "Apa yang kau lakukan?!" Ucap Anny seray memundurkan langkahnya, namun dengan cepat Alex menggenggam pergelangan tangan Anny.
"Kau akan ikut bersamaku Ann!"
"Tidak!! Lepaskan aku!" Ucap Anny seraya menarik tangannya kuat sampai terlepas dari genggaman Alex, namun karena hal itu, Anny jadi kehilangan keseimbangan dan tersungkur ke belakang. Beruntungnya ia karena Kevin datang tepat waktu sebelum ia menyentuh lantai.
Kevin memeluk bahu Anny dan menariknya hingga ia berada dalam pelukan Kevin, "Dia akan pulang bersamaku, kau carilah korban yang lain!" Ucap Kevin tegas dengan sorot mata yang tajam.
Anny yang mendengar nada tajam Kevin, langsung menunduk takut dan membenamkan wajahnya pada dada bidang Kevin.
"Cih dasar pengganggu," ucap Alex kemudian berlalu pergi dari sana.
"Kau tidak apa-apa?" Tanya Kevin yang dijawab anggukkkan oleh Anny.
"Apa yang kau lakukan disini? Bukankah seharusnya kau sudah pulang dari tadi? Apa kau menungguku?" Goda Kevin yang membuat Anny langsung melepaskan pelukannya dan memukul lengan Kevin yang membuatnya tertawa.
"Dalam mimpimu!" Ucap Anny seraya menolehkan kepalanya ke arah lain.
"Jadi kenapa kau masih berada di sekolah?"
"Mrs. Merry memintaku untuk membantunya merapikan buku paket di perpustakaan, tapi setelah itu Mrs. Merry harus pergi karena ada rapat, jadi aku sendiri yang membereskan buku-buku itu,"
"Begitu ya... kalau begitu ayo pulang," ajak Kevin.
"Aku akan mengantarmu, dan tidak ada penolakan!" Ujar Kevin lagi sebelum dibantah Anny.
Anny menghembuskan nafasnya pasrah, dan untuk ke sekian kalinya ia menuruti perintah Kevin.