Chapter 6
Anny membuka kedua matanya dan menatap sekeliling, ia mengerutkan keningnya ketika sadar jika saat ini ia tengah berada di kamarnya. Dengan gerakan pelan, Anny mendudukan dirinya kemudian bersandar pada kepala ranjang, ia memejamkan matanya sejenak karena tiba-tiba merasakan pusing di kepalanya.
Anny memijat pelan pelipisnya guna meredakan rasa sakit dikepalanya, "Bagaimana bisa aku ada disini?" Tanya Anny pelan entah pada siapa.
Pintu kamar Anny tiba-tiba terbuka yang memeperlihatkan sang Ibu tengah membawa nampan berisi satu mangkuk bubur dan segelas air putih, ia tersenyum lembut saat melihat Anny sudah bangun. Ny. Hilda namanya ia adalah pemilik rumah makan terkenal di daerahnya, walaupun rumah makan miliknya tidak terlalu besar, tapi dari sanalah ia bisa menghidupi anak semata wayangnya.
Ny. Hilda berjalan ke arah Anny kemudian meletakkan nampan yang ia bawa di atas nakas tepat disamping tempat tidur Anny, kemudian duduk tepat disamping Anny. Ny. Hilda tersenyum lembut seraya mengusap pucuk kepala Anny, "Maafkan Ibu," ujarnya yang membuat Anny mengerutkan keningnya.
"Maaf untuk apa, Bu?"
"Gara-gara membantu Ibu, kau jadi sakit,"
"Tidak, itu bukan salah Ibu, itu salahku aku tidak memperhatikan pola makanku,"
"Tapi tetap saja, Ibu juga bersalah Ann,"
"Ibu... berhenti menyalahkan dirimu sendiri Bu, aku mohon," ucap Anny yang dijawab anggukkan oleh Ny. Hilda, kemudian mengambil bubur dan mulai menyuapi Anny.
"Bu?"
"Hm?"
"Um... bagaimana aku bisa berada di rumah?" Tanya Anny dengan mulut yang masih penuh.
"Oh itu... tadi Kevin dan Billy yang mengantarmu kemari, mereka juga tinggal sebentar tadi,"
"Benarkah? Kenapa?"
Ny. Hilda mengedikkan bahunya, "Mungkin Kevin masih merindukanmu," jawab Ny. Hilda menggoda putrinya yang membuat Anny mengembungkan pipinya.
"Ibu..." rengek Anny dengan wajah merona yang membuat Ny. Hilda tertawa. Setelah itu mereka terus bercerita tentang banyak hal, sampai-sampai Anny melupakan kejadian mengerikan yang terjadi di sekolah.
...
Sementara itu Kevin, Billy, dan Thomas saat ini tengah berada disebuah Cafe yang letaknya tidak jauh dari rumah Thomas. Sejak tadi belum ada yang memulai pembicaraan bahkan Billy yang biasanya berisik pun kini terlihat diam dengan terus menatap Capucino miliknya. Begitu pun dengan Kevin yang terus memandang ke arah luar jendela yang memperlihatkan jalanan kota yang tengah diguyur hujan.
"Baiklah, sekarang aku penasaran, apa yang terjadi sebenarnya pada kalian berdua? Kenapa dari tadi kalian hanya diam saja? Aku sudah terbiasa melihat Kevin yang memang irit bicara, tapi ada apa denganmu Bill? Kenapa tiba-tiba kau menjadi pendiam? Apa kepalamu terbentur sesuatu?" Tanya Thomas.
"Aku hanya sedang berpikir," ujar Billy .
Thomas seketika mengangkat sebelah alisnya, " Sejak kapan kau jadi seorang pemikir, Bill?"
"Kau berisik," ujar Billy kemudian menjatuhkan kepalanya ke atas meja.
Kevin bangun dari duduknya yang membuat Thomas dan Billy langsung menatap ke arahnya, "Aku pulang," ujar Kevin kemudian berlalu meninggalkan teman-temannya.
"Bill, ceritakan apa yang terjadi sebenarnya atau aku akan menenggelamkanmu di danau dekat sekolah!" Anacam Thomas yang membuat Billy duduk tegak menghadap Thomas.
"Kau benar-benar menyebalkan Thom!! Jadi apa yang ingin kau ketahui?" Tanya Billy kesal.
"Semuanya,"
Billy menghela nafas sejenak kemudian menceritakan apa yang terjadi di sekolah tadi, mulai dari ia dan Kevin mengawasi gudang, hingga menemukan Anny yang mengenaskan didalam sebuah ruangan. Thomas yang mendengar penjelasan dari Billy mengerutkan keningnya, ada bagian yang ia tidak paham, seperti bagaimana Anny bisa berada di dalam ruangan itu dan siapa yang membuat Anny sampai ketakutan seperti itu.
"Apa Mr. Larry yang mengurung Anny?" Tanya Thomas.
"Aku juga sempat berpikir seperti itu, tapi apa alasannya? Dan aku rasa mustahil jiga Mr. Larry melakukan hal keji seperti itu, maksudku kita semua mengenalnya, dia pribadi yang baik juga ramah pada semua orang,"
"Kau benar, kita tidak bisa menuduhnya tanpa adanya bukti yang kuat," ujar Thomas yang dijawab anggukkan oleh Billy, setelah itu tidak ada percakapan apapun yang terjalin di antara mereka, keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing.
...
Malam itu suasana terasa sangat berbeda dari malam-malam sebelumnya, udara terasa lebih dingin, tidak ada suara hewan malam yang terdengar kala itu, bahkan susana diluar rumah Anny pun terasa sangat sepi.
Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam, namun Anny belum juga menutup matanya padahal obat yang beberapa jam lalu ia minum mengandung obat tidur. Matanya menatap langit-langit kamarnya, ia masih terbayang kejadian tadi pagi disekolahnya, ia tidak bisa menghilangkan bayang-bayang wajah Emelly dari benaknya.
"Aku harus mencari tahu tentang siapa dia sebenarnya," ucap Anny pelan.
...
Pagi ini Anny bagun tepat waktu, jadi bisa dipastikan ia tidak akan terlambat lagi. Setelah Anny selesai dengan rutinitas paginya ia langsung berangkat sekolah setelah berpamitan lebih dulu pada Ibunya.
Anny berjalan ke arah halte bus yang letaknya berada di ujung gang komplek perumahannya, badannya masih terasa lemas, mungkin apa yang Ibunya katakan memang benar, ia seharusnya istirahat minimal satu hari lagi, dengan begitu tenaganya bisa pulih kembali, namun karena rasa penasarannya tentang sosok Emelly sudah berada di puncak ubun-ubun, maka ia putuskan untuk masuk sekolah.
Hal pertama yang akan ia lakukan ialah pergi ke perpustakaan, ia pernah mendengar dari teman-temannya jika data siswa baru maupun siswa lama tersimpan rapih didalam perpustakaan, besar kemungkinan jika data Emelly pun pasti ada disana.
Anny berjalan menuju halte bus yang ternyata disana sudah ada beberapa orang yang juga sedang menunggu kedatangam bus, mungkin mereka akan pergi ke kantor, pikir Anny, karena dilihat dari tampilan mereka, rata-rata memakai pakaian formal.
Saat tinggal beberapa langkah lagi kakinya menuju halte, tiba-tiba ia dikejutkan oleh suara klakson mobil yang membuatnya segera berbalik untuk melihat siapa yang berani membuatnya hampir terkena serangan jantung dipagi hari. Matanya membulat seketika saat ia mengetahui sang pelaku adalah Kevin.
Mobil Kevin berhenti tepat disamping Anny, Kevin keluar dari mobilnya, ia menghampiri Anny yang masih mematung, "Kau mau kemana?" Tanya Kevin yang membuat Anny tersadar dari lamunannya.
"Tentu saja sekolah," jawab Anny seraya mengalihkan pandangannya dari Kevin, entah karena kesal atau mungkin karena malu atas kejadian kemarin.
"Kau akan pergi ke sekolah dengan tampilanmu yang seperti Zombie itu?" Tanya Kevin, bagaimana tidak? Wajah Anny nampak pucat pasi, benar-benar seperti mayat hidup.
"Aku baik-baik saja," ucap Anny bersikeras yang membuat Kevin menghela nafas.
"Cepat masuk, kita bisa terlambat," ucap Kevin seraya berjalan mengitari mobilnya dan masuk, sedangkan Anny masih diam dan baru tersadar saat Kevin kembali menekan klakson mobilnya yang membuat Anny terkejut untuk kedua kalinya, dengan cepat Anny membuka pintu mobil dan duduk manis disamping Kevin.
Setelah Anny masuk, Kevin langsung menancap gas dan melaju membelah jalanan kota pagi itu.
Selama di perjalanan tidak ada percakapan yang terjalin diantara keduanya, mereka sama-sama diam, Kevin fokus dengan kemudinya, sedangkan Anny fokus pada pemandangan diluar jendela, hingga akhirnya ia tersadar jika sebentar lagi akan sampai di sekolah.
"Kevin kau bisa menurunkan aku didepan gerbang saja?" Tanya Anny yang membuat Kevin mengerutkan keningnya.
"Kenapa?"
"Aku tidak mau menjadi korban fansmu, lagi pula aku juga tidak berencana mencari keributan dengan mereka,"
"Kau akan baik-baik saja, Ann,"
"Tidak aku tidak mau, aku lebih baik turun didepan gerbang saja,"
"Mereka tidak akan berani menyentuhmu selama kau tetap di sisiku," ujar Kevin seraya mengehentikan laju mobilnya tidak jauh dari area gerbang sekolah, kemudian memandang wajah pucat Anny.
"Tidak, tolong turuti keinginanku kali ini saja," ucap Anny memohon yang membuat Kevin menghela nafas.
"Baik, tapi kali ini saja," ujar Kevin yang membuat Anny tersenyum seraya mengangguk.
Kevin kembali melajukan mobilnya dan berhenti tepat didepan gerbang sekolah, dengan segera Anny turun lebih dulu dan mulai berjalan masuk ke area gedung sekolah, sementara Kevin, ia diam sejenak memastikan Anny tidak pingsan saat masuk.
Anny berjalan dilorong sekolah menuju kelasnya, saat Anny akan melewati lapangan sepak bola, ia tetkejut karena ada Emelly disana tengah berdiri di tengah lapangan.
"Dia..."