Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Chapter 5

Larry berjalan ke arah pojok ruangan, dengan mata tajamnya yang terus menelisik ke arah tumpukan dus yang ada disana. Tanpa sadar, Kevin dan Billy menahan nafas saat langkah kaki Larry terus mendekat ke arah mereka, bahkan Billy sampai menutup matanya berharap ia bisa menghilang dari sana saat itu juga.

Langkah Larry terhenti kemudian berjongkok untuk mengambil botol kosong yang jatuh tadi, "Bagaimana benda ini bisa jatuh? Padahal tidak ada angin sama sekali," ujarnya seraya menggelengkan kepala kemudian membawa botol itu keluar gudang.

Bersamaan dengan itu, Kevin dan Billy kembali bernafas lega. Kevin keluar lebih dulu dari persembunyiannya, ia menatap tajam Billy, "Kau benar-benar bodoh!"

"Aku minta maaf, aku tidak tahu jika di sebelahku ada botol kosong,"

"Sudah cepat kita cari Anny,"

"Kau yakin Anny ada disini?" Tanya Billy ragu seraya menatap sekeliling gudang.

"Aku yakin, aku sudah mencari ke seluruh penjuru sekolah, tapi tidak menemukannya dimanapun, dan tempat ini adalah satu-satunya yang belum aku periksa,"

Billy mengangguk dengan kedua tangannya berada dipinggang, "Baiklah, mari kita cari dia, setelah itu jelaskan padaku apa yang terjadi sebenarnya," ucap Billy yang langsung dijawab anggukkan oleh Kevin.

"Tapi tunggu sebentar," ucap Billy tiba-tiba yang membuat Kevin mengangkat sebelah alisnya.

"Gudang ini hanya memiliki satu ruangan, dan terlalu banyak barang menumpuk disini, kau yakin Anny ada disini?"

"Aku yakin, cari petunjuk apapun,"

"Baiklah," ucap Billy kemudian mulai memeriksa gudang.

Kevin berjalan ke arah sisi kanan, dimana disana terdapat tumpukan kursi bekas yang sudah tidak terpakai. Kevin menyingkirkan beberapa kursi sampai ia melihat ada sebuah pintu berwarna coklat tua dengan knop yang sudah berkarat. Keving mengerutkan keningnya heran, "Pintu apa ini?" Tanyanya pelan entah pada siapa.

Kevin menolehkan kepalanya ke arah Billy yang saat itu terlihat tengah membaca sebuah kertas, "Bill," teriak Kevin yang membuat Billy langsung menolehkan kepalanya, "Kemari," ujar Kevin.

Tanpa bertanya, Billy langsung menghampiri Kevin, "Ada apa?" Tanya Billy.

"Bantu aku menyingkirkan bangku-bangku ini," ucap Kevin yang membuat Billy mengerutkan keningnya.

"Untuk apa?"

"Lihat," tunjuk Kevin ke arah pintu yang ia temukan.

"Itu sebuah pintu? Sejak kapan ada pintu disana?" Tanya Kevin bingung.

"Aku tidak tahu, cepat bantu aku," ujar Kevin yang sedari tadi sudah mengankat beberapa kusri.

"Baiklah," jawab Billy langsung membantu Kevin.

Hampir lima menit mereka berdua menyingkirkan kursi-kursi itu, sampai akhirnya mereka bisa melihat jelas ada sebuah pintu disana. Kevin memegang knop pintu itu yang sudah berkarat, dengan gerakan pelan ia memutar knop itu kemudian mendorongnya, hingga terbuka sedikit, tidak ada yang bisa ia lihat disana dikarenakan keadaan didalam begitu gelap.

Kevin terus mendorong pintu itu sampai terbuka seutuhnya. Billy dan Kevin mematung seketika saat mereka berdua melihat Annabeth ada disana tengah meringkuk di ujung ruangan. Ruangan itu tidak terlalu luas, mungkin hanya dua kali satu meter, dan tidak ada barang apapun disana, yang hanya ada sebuah lampu gantung tengah berkedap-kedip.

Dengan cepat Kevin menghampiri Anny, ia berjongkok disamping Anny kemudian mengangkat Anny dengan gerakan pelan hingga ia berada dalam dekapannya. Sementara itu Billy masih bingung bagaimana Anny bisa berada didalam tempat ini, "Apa Mr. Larry?" Pikir Billy.

"Lepaskan aku... aku... mohon..." ujar Anny pelan dengan suara gemetar yang membuat Kevin terkejut.

"Ann, ini aku..." ujar Kevin pelan dengan tangan yang terus mengusap punggung Anny.

Kevin mengendurkan sedikit pelukannya hingga ia bisa melihat wajah pucat Anny dengan mata yang masih tertutup, Kevin membelai lembut pipi Anny, "Anny... buka matamu," ujar Kevin pelan. Seperti sebuah perintah, Anny secara perlahan membuka kedua matanya. Rasa takut yang sedari tadi merayapi seluruh hatinya kini berganti menjadi bahagia, saat yang ada didepannya sekarang adalah Kevin, dengan segera ia langsung mendekap Kevin dengan erat, ia menyembunyikan wajahnya di perpotongan leher Kevin dan menangis disana.

"Dia... terus mengikutiku... dia terus mengatakan aku harus merasakan apa yang dia rasakan... aku tidak mau... aku takut..." racau Anny yang membuat Kevin dan Billy bingung.

Billy berjalan ke arah Kevin dan Anny, ia ikut berjongkok mensejajarkan tubuhnya dengan mereka berdua, "Siapa yang terus mengikutimu Ann?" Tanya Billy penasaran.

"Dia... dia terus mengikutiku... aku takut..." ujar Anny semakin mengeratkan pelukannya pada Kevin.

"Dia tidak akan mengikutimu lagi, aku disini, jangan takut, aku akan melindungimu aku janji," ujar Kevin yang terus mengelus punggung Anny.

Billy masih penasaran tentang siapa yang dimaksud oleh Anny sampai-sampai membuatnya setakut ini, namun sekarang bukan waktu yang tepat untuk menanyakan hal itu, Billy memeriksa jam tangannya, ia terkejut saat waktu menunjukkan sekitar lima belas menit lagi lonceng istirahat akan segera berbunyi.

"Kita harus membawa Anny keluar dari sini, lima belas menit lagi istirahat, kita akan mendapat masalah besar jika kita ketahuan berada disini," ucap Billy memperingati.

"Kau benar, ayo pergi dari sini," jawab Kevin seraya meletakkan tangan kanannya dibawah kedua lutut Anny kemudian mengangkatnya.

"Kau pergi lebih dulu, aku akan membereskan kekacauan ini, setelah itu aku akan menyusulmu," ucap Billy yang langsung dijawab anggukkan oleh Kevin.

Kevin berjalan keluar gudang dengan Anny berada di gendongannya, meninggalkan Billy yang saat ini tengah membereskan kursi-kursi yang sempat mereka singkirkan tadi, akan bahaya jika ada orang lain yang mengetahui hal ini. Tidak membutuhkan waktu lama, Kevin sudah tiba di ruang kesehatan, ia kembali ke ruangan tempat Anny istirahat tadi.

Dengan pelan Kevin membaringkan Anny di atas tempat tidur, iapun berbalik untuk mengambil makanan yang ia beli di kantin tadi, jika tidak salah, ia meletakan bungkusan itu dimeja tempat guru piket biasa berjaga, namun baru saja ia melangkah tiba-tiba saja ia mendengar suara Anny memanggilnya, dengan segera ia membalikan badannya, dan benar saja Anny bangun dengan posisi duduk.

Kevin kemudian menghampiri Anny dan duduk disebelahnya, tanpa diduga Anny kembali memeluk Kevin seraya berbisik agar ia tetap disana, Kevin membalas pelukan Anny dan sesekali mencium kepalanya.

"Jangan pergi," ujar Anny pelan dengan posisi masih memeluk Kevin.

"Aku hanya akan mengambil makanan yang tertinggal di meja depan," ujar Kevin.

Anny menggeleng pelan dalam dekapan Kevin, "Tidak! Kau tidak boleh pergi! Dia akan kembali,"

"Aku tidak akan lama,"

"Jangan!"

"Tapi kau perlu makan Anny, jika tidak, perutmu akan bertambah sakit," ujar Kevin mencoba memberikan pengertian, namun Anny menggelengkan kepalanya pertanda tidak setuju dengan Kevin.

Tidak lama kemudian Billy datang dengan menenteng kantung plastik yang didalamnya terdapat beberapa bungkus roti dan air mineral, setelah itu ia langsung menyerahkannya pada Kevin. Billy duduk tepat didepan Kevin, kemudian melihat ke arah Anny yang tengah memeluk Kevin.

"Bagaimana keadaannya?" Tanya Billy.

"Seperti yang kau lihat," jawab Kevin.

Anny melepaskan pelukannya pada Kevin saat ia mendengar ada suara Billy disana, namun tidak sepenuhnya lepas, Anny menyandarkan kepalanya pada bahu Kevin.

"Bagaimana keadaanmu Ann?" Tanya Billy.

"Aku baik," jawab Anny pelan namun masih bisa didengar oleh Billy.

"Jadi Ann... siapa yang mengikutimu?" Tanya Billy pelan yang membuat Anny merapatkan kembali tubuhnya pada Kevin seraya menundukkan kepalanya.

Billy tidak melanjutkan pertanyaannya lagi setelah melihat respon dari Anny, sedangkan Kevin kembali memeluk Anny yang tubuhnya kembali gemetar. Tanpa mereka berdua sadari ada seseorang yang tengah berdiri dibelakang Billy dengan mata menatap tajam ke arah Anny.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel