Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Chapter 4

Kevin bergegas kembali ke ruang kesehatan setelah membeli beberapa bungkus roti dan air mineral, entah kenapa perasaannya menjadi sedikit tidak tenang. Langkahnya ia percepat saat melihat pintu ruang kesehatan sedikit terbuka. Kevin langsung berlari menuju ruangan tempat Anny istirahat, namun ia tidak menemukan Anny disana.

"Ann?? Sial! Kemana dia?!" Ucap Kevin seraya menjambak rambutnya kesal.

Dengan segera, Kevin langsung berlari keluar dari ruang kesehatan menuju toilet, entah kenapa hal yang pertama kali ada dipikirannya adalah toilet. Sesampainya disana, ia mengecek ke seluruh bilik toilet perempuan, namun ia tidak menemukan Anny disana. Karena apa yang ia cari tidak ditemukan, dengan segera Kevin mencari ke seluruh penjuru sekolah, namun lagi-lagi ia tidak menemukan Anny.

Sampai ia tiba di sebuah bangunan yang belum ia periksa. Kevin berhenti sejenak saat ia tiba didepan pintu gudang, ia mengatur nafasnya yang terengah-engah karena berlari, "Apa mungkin dia ada disini?" Tanya Kevin dalam hati, dengan langkah pelan, Kevin berjalan menuju pintu gudang. Keadaan di sekitar terlihat sangat sepi, mungkin di karenakan ini adalah tempat yang terletak paling belakang sekolah, tidak heran jika keadaan disini sepi.

Kevin berdiri sejenak didepan pintu gudang, angin berhembus lembut menyentuh lehernya, lampu gantung yang terletak didekat pintu bergoyang seirama dengan tiupan angin, bau busuk yang entah dari mana datangnya mulai tercium oleh hidung mancung Kevin. Jantungnya tiba-tiba berdetak lebih cepat dari biasanya, perasaan gelisah tiba-tiba datang menghampiri, entah apa alasannya.

"Ada apa ini?" Ucap Kevin pelan seraya memegang dadanya.

Tangan kanan Kevin terulur pada pegangan pintu gudang. Saat tangannya bersentuhan langusng dengan gagang pintu, ia bisa merasakan sensasi dingin dari besi tersebut, dengan gerakan pelan, Kevin mendorong pintu gudang hingga menimbulkan bunyi yang agak memekakan telinga. Saat pintu gudang terbuka sepenuhnya, ia bisa mencium bau busuk yang sangat menyengat langsung menusuk hidung, dengan gerakan spontan, Kevin menutup hidungnya dengan sebelah tangan.

Kevin berjalan memasuki gudang, namun baru dua langkah ia berjalan, tiba-tiba ada seseorang yang menepuk pundaknya yang membuat Kevin terkejut, dengan cepat ia membalikkan badan dan melihat seorang laki-laki berusia sekitar lima puluhan dengan pakaian serba coklat,  memakai topi dan ditangan kanannya memegang sebuah skop. Laki-laki itu menatapnya heran, ia adalah Mr. Larry, salah satu petugas kebersihan yang sudah lama bekerja di sekolah.

"Apa yang kau lakukan, Kevin? Bukankah seharusnya kau tengah di kelas sekarang?"

"Em.. ya seharusnya begitu, tapi... aku tengah mencari sesuatu," ucap Kevin berbohong.

"Di gudang?" Tanya Larry seraya mengerutkan keningnya yang dijawab anggukkan oleh Kevin.

"Aku bisa membantumu mencarikannya, dengan begitu kau bisa mengikuti pelajaran," usul Larry.

"Ah.. itu ide bagus,"

"Jadi.. kau kehilangan apa?" Tanya Larry penasaran.

Kevin terdiam sejenak saat Larry menanyakan benda apa yang hilang, tidak mungkin dia mengatakan jika yang ia cari adalah Anny, hingga sebuah ide muncul saat ia melihat pergelangan tangannya yang tidak memakai jam tangan.

"Aku kehilangan jam tanganku," ucap Kevin.

"Jam tangan ya... baiklah aku akan mencarinya, sekarang sebaiknya kau pergi ke kelasmu sebelum kau berakhir di ruang BK karena membolos di jam pelajaran," ucap Larry seraya tersenyum.

"Terimakasih atas bantuanmu Mr. Larry, aku akan kembali ke kelas," ucap Kevin seraya meninggalkan area gudang.

Namun, bukannya pergi ke kelas, tapi Kevin bersembunyi dibalik sebuah pohon yang letaknya tidak jauh dari area gudang, entah kenapa ia yakin jika Anny ada didalam. Kevin melihat Larry masuk kedalam gudang, namun beberapa saat kemudian, Larry kembali keluar tanpa membawa skop, ia berdiri sejenak seperti tengah berpikir, tidak lama kemudian, Larry kembali masuk ke dalam gudang.

"Hei," ucap sebuah suara yang langsung membuat Kevin tersentak, dengan cepat ia menolehkan kepalanya dan mendapati sahabat bodohnya tengah berdiri disana dengan tatapan bertanya.

"Apa yang kau lakukan disini bodoh?!" Tanya Kevin kesal.

"Aku yang harusnya bertanya seperti itu,"

"Jawab dulu pertanyaanku!"

"Aku dikeluarkan dari kelas karena tidur di jam pelajaran Mr. Alex, kau tahu dia bukan? Guru paling kejam melebihi T-rex," ucap Billy.

"Jadi apa yang sedang kau lakukan disini?" Tanya Billy penasaran.

"Aku sedang mengawasi gudang," ucap Kevin yang membuat Billy mengerutkan keningnya bingung.

"Mengawasi gudang? Untuk apa?"

"Sudah diam jangan berisik!" Ucap Kevin kesal, kemudian ia kembali mengalihkan pandangannya ke arah gudang.

Billy yang penasaran pun ikut melihat ke arah gudang, keningnya mengkerut saat Larry keluar dari gudang membawa plastik hitam berukuran besar, "Jadi dari tadi kau mengawasi gudang hanya untuk melihat Mr. Larry? Kau menakutkan, Vin," ujar Billy pelan namun masih bisa di dengar oleh Kevin.

"Diam bodoh!" Ujar Kevin tegas.

Kevin dan Billy tetap berada di tempat saat Larry berjalan ke arah belakang gedung, yang tak lain adalah tempat sampah, agak lama mereka menunggu, akhirnya Larry kembali, namun tidak untuk masuk ke gudang melainkan berjalan ke area gedung sekolah. Kevin kemudian berjalan perlahan mengikuti Larry, memastikan jika dia tidak akan kembali lagi ke gudang.

Sedangkan Billy benar-benar dibuat kebingungan atas sikap Kevin, "Sebenarnya apa yang dia lakukan?" Tanya Billy heran, yang saat ini masih berdiri dibalik pohon tempat ia dan Kevin bersembunyi.

Setelah memastikan jika Larry tidak akan kembali lagi, ia bergegas memasuki gudang yang langsung di ikuti oleh Billy. Saat Kevin kembali membuka pintu gudang, lagi-lagi ia mencium bau yang teramat busuk, baunya seperti bangkai yang sudah lama tidak dibuang, sampai-sampai Billy ingin muntah saat itu juga.

"Sebenarnya kau ini sedang apa? Dan uh... sial aku tidak tahan dengan baunya," ujar Billy seraya mengibaskan satu tangannya didepan hidung mancungnya.

"Aku sedang mencari Anny," ujar Kevin.

"Anny? Kenapa mencarinya di sini?"

"Sudah jangan banyak bicara, cepat bantu aku, dan tutup pintunya," ujar Kevin seraya masuk kedalam gudang diikuti oleh Billy.

Pencahayaan didalam gudang begitu minim, dikarenakan banyaknya barang yang menumpuk sehingga menghalangi cahaya matahari masuk kedalam ruangan, lampu yang menyala didalam pun tidak terlalu membantu. Mata Kevin menelisik ke segala arah berharap menemukan apa yang dia cari.

Sama halnya dengan Billy, ia berjalan ke arah yang berlawanan dengan Kevin, tidak ada yang aneh menurutnya, hanya ada tumpukan meja dan kursi yang sudah lama tak terpakai, ditambah ada beberapa peralatan lain yang sudah rusak tersimpan disana. Billy kemudian berbalik berniat menghampiri Kevin, namun baru saja ia melangkah tiba-tiba saja ia dikejutkan oleh suara seperti benda jatuh.

Bukan hanya Billy saja yang terkejut, namun Kevin juga, mereka berdua langsung melihat ke arah sumber suara tersebut, dan melihat sebuah papan kayu berukuran lima puluh centi meter terjatuh dari atas sebuah lemari dengan cermin yang sudah retak. Billy melihat ke arah Kevin, begitupun sebaliknya.

Saat Billy akan mengatakan sesuatu, tiba-tiba saja mereka berdua mendengar suara langkah kaki menuju gudang, dengan cepat mereka berdua mencari tempat untuk sembunyi, Billy berlari ke arah tumpukkan dus yang terdapat di ujung ruangan, dengan cepat ia menyembunyikan dirinya di sela-sela antara dinding dan tumpukkan dus.

Sedangkan Kevin berlari ke ujung ruangan yang bersebrangan dengan Billy, iapun bersembunyi di antara tumpukkan dus, mereka berdua saling menatap seolah memberi isyarat untuk tidak menimbulkan suara. Dari celah-celah dus yang ada didepan Kevin, ia bisa melihat Larry kembali dengan tangan kanan menenteng sebuah tas berwarna coklat tua sedangkan tangan kirinya tengah memegang handphone, sepertinya ia sedang mengetik sesuatu, karena matanya terus fokos pada handphone, ia kemudian menyimpan tas tersebut ke dalam sebuah lemari yang sudah tidak terpakai.

Setelah itu, Larry kembali berjalan ke arah pintu keluar, namun belum sempat ia sampai di ujung pintu, tiba-tiba ia mendengar suara benda jatuh dari arah belakang. Bukan hanya Larry yang terkejut, melainkan Kevin juga, dengan cepat ia menoleh ke arah Billy yang tanpa sengaja menjatuhkan botol bekas air mineral tepat disampingnya.

Larry berhenti sejenak seraya menolehkan kepalanya ke arah tumpukan dus yang berada di belakang, dan melihat sebuah botol plastik kosong tergeletak disamping sebuah dus, Larry mengerutkan keningnya, iapun berjalan ke arah botol plastik tersebut untuk memastikan sesuatu. Mata Kevin melotot saat melihat Larry berjalan ke arahnya, seketika jantungnya berdetak kencang, ia tidak tahu harus bagaimana untuk menghindari Larry.

Sama halnya dengan Kevin, Billy pun mulai mengeluarkan keringat dingin saat langkah kaki Larry mulai mendekat ke arahnya, ia menatap Kevin seraya bertanya apa yang harus ia lakukan, namun Kevin pun bingung harus bagaimana.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel