Chapter 12
"Tapi bagaimana? Satu-satunya jalan keluar kita hanya pintu perpustakaan," ucap Anny, yang membuat teman-temannya terdiam.
Apa yang dikatakan Anny ada benarnya juga, jika mereka ingin keluar dari sana, itu artinya mereka harus kembali ke perpustakaan dan besar kemungkinan mereka akan bertemu dengan "orang lain," yang di maksud oleh Kevin.
"Jika kita pergi ke sana kita semua akan terkena masalah, aku yakin itu, ditambah kita baru saja memasuki area terlarang, mungkin," ucap Billy.
Thomas menatap pintu yang terletak di ujung lorong, "Kita masih belum selesai disini, masih ada satu pintu yang belum kita buka," ucap Thomas.
"Bagaimana dengan orang yang saat ini berada di perpustakaan?" Tanya Billy.
"Kita akan aman, jika kita bisa membuka pintu itu,"
"Kenapa kau bisa seyakin itu?" Tanya Anny.
Thomas mengangkat kedua bahunya, "Entahlah, hanya feeling ku saja," ucap Thomas kemudian berjalan menuju pintu di ujung lorong.
"Hei apa kau bercanda? Kita sedang bertaruh nyawa disini, dan kau hanya akan bergantung pada feeling mu itu? Yang benar saja?!" Omel Billy.
"Kau terlalu berlebihan, Bill," ucap Kevin yang kemudian pergi menyusul Thomas.
"Apa?! Berlebihan? Tapi..."
"Sudahlah Bill, ayo," ucap Anny seraya mendorong punggung Billy.
"Kalian benar-benar tidak mendengarkanku," ucap Billy lemas.
Sementara itu, Thomas kembali sibuk mengutak-ngatik lubang kunci yang tengah ia coba buka saat ini, setelah beberapa saat akhirnya terbuka. Thomas berdiri dari posisi jongkoknya, ia kemudian memutar knop pintu dan membukanya dengan perlahan. Keningnya mengkerut saat ia melihat ada beberapa pohon disana, begitupun dengan Kevin, Billy, dan Anny yang kini berdiri tepat dibelakangnya. Rasa bingung mereka semakin menjadi saat pintu itu terbuka sepenuhnya dan menampilkan penampakan hutan yang begitu gelap.
"Hutan? Bagaimana bisa?" Tanya Billy.
"Thom, apa menurutmu ini sebuah jalan pintas?" Tanya Kevin yang membuat Thomas menolehkan kepalanya ke arah Kevin.
"Aku tidak tahu, tapi besar kemungkinan, iya," jawab Thomas.
"Apa kita akan menelusuri hutan ini?" Tanya Billy.
"Tepatnya kita akan mencari jalan keluar," jawab Thomas yang dijawab anggukkan oleh Billy.
"Tapi... apa kau yakin? Maksudku kita akan menyusuri tempat yang sama sekali asing untuk kita, kita tidak mempunyai peralatan yang cukup, kita tidak tahu bahaya apa yang mengancam kita didepan, dan bagaimana jika kita tersesat?" Tanya Anny.
"Kita tidak akan tersesat Ann," jawab Thomas yang membuat Anny mengerutkan keningnya.
"Apa maksudmu kita tidak akan tersesat?" Tanya Anny.
"Lihat itu," tunjuk thomas ke arah jalan setapak yang ada didepannya.
"Jalan setapak?" Gumam Anny.
"Itu artinya, ada orang lain yang sering keluar masuk sekolah lewat area ini?" Tanya Kevin.
"Kemungkinan besar seperti itu," jawab Thomas.
"Tapi untuk apa dan kenapa sekolah mempunyai tempat seperti ini?!" Tanya Billy agak kesal, karena terlalu banyak pertanyaan yang belum terjawab di dalam benaknya.
"Entahlah, kita akan cari tahu nanti, ayo," ucap Thomas yang kemudian berjalan memasuki hutan.
"Aku benar-benar tengah berada di dalam cerita misteri," ucap Billy yang kemudian berjalan menyusul Thomas.
"Ayo," ajak Kevin pada Anny seraya mengulurkan tangan kirinya.
"Semuanya akan baik-baik saja, aku janji," ucap Kevin lagi.
Anny menatap kedua bola mata Kevin sejenak, kemudian memejamkan matanya dan menghembuskan nafasnya secara perlahan, setelah dirasa lebih baik, Anny kembali membuka matanya dan tersenyum.
"Ayo," ucap Anny seraya menggenggam tangan kiri Kevin, dan mulai berjalan menyusul Thomas dan Billy.
...
Hampir sepuluh menit mereka berjalan, namun belum juga menemukan jalan keluar.
"Sebenarnya kemana arah jalan ini? Aku merasa hanya berputar-putar saja," ucap Billy.
"Yang pasti mengarah ke suatu tempat Bill," ucap Anny.
"Aku tahu Ann, tapi kemana?"
"Bukankah itu jalan raya?" Ucap Thomas yang kini tengah mengarahkan senternya ke arah jalanan beraspal yang letaknya tidak terlalu jauh.
"Akhirnya..." ucap Billy lega.
Mereka berempat pun terus berjalan sampai menemukan sebuah jalan raya yang mungkin hanya bisa masuk satu buah mobil saja. Kevin menolehkan kepalanya ke kiri dan ke kanan guna mencari petunjuk dimana sebenarnya mereka sekarang saat ini, karena ia yakin jika ini bukan lagi area sekolah. Namun sialnya Kevin tidak menemukan petunjuk apapun disana hanya ada pepohonan dan semak belukar.
"Jadi... kita kemana sekarang?" Tanya Anny.
"Tidak ada petunjuk sama sekali, aku tidak tahu harus mengambil arah yang mana," ucap Thomas kesal.
"Kau mempunyai handphone dan disana ada satu fitur yang bernama Maps, kau bisa gunakan itu sialan!!" Ucap Billy kesal.
"Ah... benar juga," ucap Thomas seraya merogoh saku celananya untuk mengambil handphone.
Thomas mengutak-ngatik handphone miliknya sampai ia mengerutkan keningnya saat layar handphone nya menunjukkan lokasi dimana mereka saat ini.
"Ada apa?" Tanya Kevin yang melihat adanya perbedaan raut muka pada wajah Thomas.
"Aku... apa handphone ku yang bermasalah atau kita memang berada jauh dari sekolah?" Tanya Kevin seraya menatap teman-temannya.
"Aku tidak mengerti," ucap Anny.
"Kita berada satu kilo meter dari sekolah," ucap Thomas yang membuat teman-temannya melongo tidak percaya.
"Kau bercanda? Kita tidak berjalan sejauh itu bukan?" Ucap Billy.
"Karena itulah aku bertanya apa mungkin handphone ku bermasalah," jawab Thomas.
"Bill coba kau lacak keberadaan kita sekarang, apa benar kita berada sejauh itu," ucap Kevin yang dijawab anggukkan oleh Billy.
Billy mengeluarkan handphone nya kemudian mulai membuka aplikasi Maps untuk mencari tahu dimana mereka sekarang berada, saat layar pipih itu menunjukkan lokasi keberadaan mereka, Billy pun melotot dan langsung menunjukkan layar handphone nya pada Kevin dan Anny.
"Kita memang berada jauh jauh dari sekolah," ucap Billy.
"Baiklah, aku yakin banyak pertanyaan di kepala kalian saat ini, kita akan bahas masalah ini nanti, yang akan kita lakukan sekarang adalah berjalan kembali ke mobil kita," ujar Thomas.
"Aku setuju," ucap Kevin yang dijawab anggukkan oleh Anny.
"Baiklah... lagipula aku sudah lelah, aku ingin istirahat," ucap Billy.
Akhirnya mereka mengakhiri petualangan malam itu dengan berbagai macam pertanyaan yang bersarang di kepala masing-masing.
...
Keesokan harinya, Anny tiba disekolah lima belas menit sebelum bel masuk berbunyi, dan hal itu merupakan pamandangan yang sangat langka bagi Mr. Owen, yaitu salah satu petugas keamanan di sekolah Anny.
"Wow kau tiba di sekolah sebelum bel berbunyi? Ini rekor Ann, selamat," ucap Owen seraya mengulurkan tangan kanan nya yang disertai tawa renyah khas miliknya.
Anny hanya menggelengkan kepalanya dan membalas jabatan Owen. "Terimakasih Mr. Owen," jawab Anny yang membuat Owen kembali tertawa.
"Jadi apa yang membuatmu bisa datang sepagi ini Ann? Apa kau tidak tidur semalaman?"
"Tidak juga, aku hanya berusaha menjadi siswi normal seperti yang lainnya," jawab Anny yang lagi-lagi mengundang tawa Owen.
"Kau benar-benar membuatku terkejut Ann,"
"Oh... apa kau sudah mendengar kabar terbaru hari ini?" Lanjut Owen yang membuat Anny mengerutkan keningnya.
"Kabar apa?"
"Kau yakin belum mendengarnya? Hampir seluruh murid membicarakan hal ini,"
"Apa? Aku baru saja tiba jadi aku belum mendengar kabar apapun,"
"Kau yakin?"
"Jangan membuatku mati penasaran Mr. Owen, katakan padaku ada apa?"
"Angel masuk Rumah Sakit,"
"Apa?!!"