Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 3

Saat malam menjelang, Debora segera berangkat menuju klub malam itu. Sesampainya di sana dia masuk ke dalam dengan percaya diri. Baju yang sekarang dia kenakan membuatnya menjadi pusat perhatian. Kerlipan-kerlipan berwarna soft blue melekat indah di badannya. Dengan pakaian atasan seperti kemben dan rok mini yang senada dengan atasannya.

Pria-pria yang melihat Debora bersorak dan bersiul melihatnya. Kedua sudut bibirnya pun tidak luput dari senyuman yang menawan, membuatnya semakin menarik perhatian lawan jenisnya.

“Oh, Debora! You looking very charming and sexy!” Teriak Fani begitu melihat Debora memakai pakaian seperti itu. “Semua mata laki-laki tertuju padamu, Deb!”

“Tapi, sayangnya sampai saat ini belum ada laki-laki yang menarik perhatianku, Fan.” Sahut Debora sambil tertawa terkekeh pelan.

Fani memukul pelan lengan sahabatnya, “Sayang! Seleramu terlalu tinggi, Deb!”

“Biarkan saja para laki-laki itu. Sekarang yang aku inginkan adalah minum. Untuk pasangan malam ini…. Hmmm………! Sepertinya aku butuh usaha yang gigih untuk mencarinya.”

Fani melayangkan pandangan matanya ke segala arah. Dia sedang mencari laki-laki yang pantas untuk Debora saat ini. “Nah, ada itu, Deb! Coba kamu lihat ke sebelah sana! Tampan tidak?” Katanya sambil menunjuk ke arah laki-laki yang berpakaian setelan jas dengan rambut disisir rapi.

Debora menoleh ke arah yang ditunjuk Fani itu. Dan tatapan mata antara dirinya dan pria itu saling bertemu sekarang. Pria muda itu mengangkat gelasnya ke atas. Debora membalasnya dengan senyumannya. “Ehm…. Lumayan! Seleraku!”

“Itu sudah pasti seleramu, Deb! Pria itu adalah pria paling dicari dari kampus terkenal. Aku mengenalnya secara sepilas. Namanya Alex.”

Debora tersenyum sambil turun dari kursi bar dan datang menghampiri Alex.

“Eh, Deby! Kamu mau kemana?” Tanya Fani heran.

“Aku mau berkenalan dengan Alex.” Debora melambaikan tangannya ke udara pada Fani. Namun, baru beberapa langkah saja dia melangkah, tiba-tiba saja ada yang menarik pergelangan tangannya dengan kasar.

“Berapa harga dirimu? Hah!” Tanya seorang pria yang berdirinya tidak seimbang akibat pengaruh alkohol yang diminumnya.

Deby mengehempaskan tangannya, tepi dengan cekatan pria itu menggenggam tangannya dengan erat sampai membuatnya merintih kesakitan. “Kamu siapa? Berani-beraninya pegang tanganku. Cepat pergi sana!” Teriak Debora kesal.

“Bagaimana kalau aku tawarkan dirimu dengan harga seratus juta Rupiah? Apa kamu bisa memuaskanku? Kalau tidak aku tambah lima puluh juta Rupiah lagi? Bagaimana? Deal!” Kata pria itu semakin memperkuat cengkraman tangannya pada Debora.

“Deal pantatmu!” Teriak Debora sambil menendang betis pria itu. Meskipun dia sering mendatangi klub malam itu, namun dia tidak pernah membiarkan laki-laki menidurinya. Apalagi sampai menawarkan harga untuk tidur dengannya.

Pria itu sangat marah mendapat tendangan dari Debora. Dia mengangkat tangannyake udara ingin menampar pipi kanannya.

“Jangan berani-beraninya kamu melukai gadis secantik dirinya.” Ujar Alex sambil menahan tangan pria itu.

Pria itu menarik tangannya. “Oh! Jadi wanita ini adalah simpananmu? Hahaha……….! Kamu sudah bayar dia berapa sampai dia berani menolak tawaranku?”

Debora sudah tidak tahan lagi mendengarkan ocehan-ocehan dan hinaan yang keluar dari mulut kotor pria itu. Dia maju beberapa langkah kemudian mendaratkan sebuah tamparan keras di pipi kanan pria itu. “Jaga mulut kotormu, pria jelek!”

Pria itu merasa sangat malu atas perlakuan Debora terhadapnya. Kemudian dia berjalan cepat ke arah Deby. Namun, Alex menghalanginya.

“Pergilah! Aku tidak ada urusan denganmu!” Teriak pria itu pada Alex.

“Kalau aku tidak mau pergi, kamu mau apa?” Tantang Alex dengan senyuman yang mengejek pria itu.

Tanpa menghiraukan Alex di depannya, pria itu kemudian mengarahkan sebuah tonjokkan ke arah Debora.

“Awas! Hati-hati!” Teriak Alex kemudian dia menendang pria itu sampai jatuh tersungkur ke lantai dan mengenai meja bar. Suara pecahan kaca dari meja itu sontak saja membuat para pengunjung berteriak kaget melihat kejadian itu.

Seakan masih belum puas juga, pria itu langsung mengambil pecahan kaca yang berserakan di lantai, kemudian berlari ke arah Debora. Dan dengan cepat pria itu mengarahkan pecahan kaca itu ke arah Alex ingin menancapkan pecahan kaca itu pada Alex. Namun, dengan cepat Alex menghindari pria itu. Karena meleset, pria itu kembali menyerang Debora.

“Debby, awas!” Teriak Fani. Teriakan Fani membuat Alex memalingkan kepalanya ke arah Debora.

Pecahan kaca itu hampir saja mengenai puncak Debora. Namun, dengan sigapnya Alex segera menahan di depan dan mencegat pergelangan tangan pria itu agar tidak menembus ke dadanya.

“Rasakan pembalasanku!” Teriak pria itu.

Tiba-tiba saja terdengar suara tembakan. Suara tembakan itu spontan saja menghentikan aksi mereka semua. Kecuali pria yang masih ingin membunuh Alex. Namun, tiba-tiba saja pria itu ditarik oleh pihak yang berwajib berserta Alex dan Debora juga ditarik oleh pihak yang berwajib.

*****

Di sisi lain, John melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Kemudian dia membanting setirnya dan memutar ke arah jalan lain setelah mendengar kalau Debora tertangkap lagi oleh pihak berwajib. Rahangnya kembali mengeras, memperlihatkan tulang-tulangnya yang tajam.

Suara decit mobil berbunyi tepat bersamaan saat pria tampan itu menurunkan kaki panjangnya ke lantai. Di dalam benak John sudah dipenuhi dengan kobaran api yang siap meledak. Matanya menyapu ke seluruh arah ruangan klub dan jatuh pada seorang gadis yang sedang menutup matanya karena kelelahan. Di sebelahnya ada Alex yang sedang berbicara pada pihak yang berwajib. Segera John menggendong Deby dalam pelukannya, ala bridal style tanpa meminta persetujuan dari gadis itu terlebih dulu.

“Ada apa ini?! Aku……..!” Umpatan Debora tertahan ketika kedua bola matanya terbuka dan seketika itu juga dia melihat sosok John yang sedang melemparkan pandangan tajam ke arahnya.

“Kamu siapa?” Tanya John pada Alex. Suaranya yang dingin merasuki tubuh Alex, sehingga membuat Alex menjadi diam membisu.

“Maaf, mister. Gadis ini belum bisa pergi.” Ujar salah satu pihak kepolisian yang suaranya memecah keheningan di ruangan itu.

John menggeretakkan giginya. Dia marah. “Anak buahku bisa atasi masalah ini dengan baik! Dia sedang dalam perjalanan menuju ke sini!” Tanpa berbicara sepatah kata pun, dia segera melangkahkan kakinya pergi menuju ke dalam mobil sport keluaran terbarunya.

Debora meremas ujung roknya. Dia gelisah. Dia merasa takut akan aura panas yang berasal dari jok sebelahnya. Mobil itu melaju dengan kecepatan tinggi menerobos jalanan yang tampak sepi saat itu. Ditutup kedua matanya dan terus membacakan doa di dalam hatinya sambil mengeratkan pegangan pada sealbelt.

Sesampainya di mansion, John menarik pergelangan tangan Debora masuk ke dalam kamarnya. Kemudian didorongnya gadis itu ke atas ranjang yang berukuran king size. Kemudian menindihnya.

“Papi, apa yang akan papi lakukan padaku?” Tanya Debora dengan cemas.

Apa yang terjadi selanjutnya pada Debora? Nantikan jawabannya pada bab berikutnya……………………

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel