Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Hotel

“Terima kasih, Tuan,” ucap Alen seraya membungkukkan tubuhnya sopan setelah tiga orang tersebut menghilang dari tempat itu.

“Sama-sama. Masuklah, aku antarkan pulang,” ucap Kean seraya membukakan pintu mobilnya.

“Oh, tidak usah Tuan. Saya bisa pulang sendiri,” tolak Alen dengan tersenyum sekilas. Senyuman sekilas yang memperlihatkan belahan dagunya terlihat dengan sangat jelas di mata Kean. Serta mata indahnya yang menyipit menatap kepada Kean yang masih berada di bawah pengaruh alkohol. Menurut penglihatan Kean, Alen terlihat sangat seksi dan mampu membangkitkan letupan gairah di tubuhnya.

“Masuklah. Aku tidak menerima penolakan,” tegas Kean dengan suara yang berat karena masih mabuk. Kean lantas masuk ke mobil dan langsung duduk di depan kemudi. Alen tidak mempunyai pilihan selain menerima tawaran pria asing yang telah menolongnya itu. Pikiran Alen benar-benar takut karena dia tidak tahu ke mana laki laki asing itu akan membawanya malam ini.

“Thank you, Jo.” Kean berkata setelah menurunkan kaca mobilnya.

“Tidak masalah, Kean. Kamu masih mabuk, apa bisa nyetir?” Joan menatap Kean dengan ragu. Masalahnya, pria itu telah menghabiskan beberapa botol minuman saat di dalam club tadi. Sekarang dia malah mau menyetir untuk pulang.

“Apa kamu bisa nyetir?” Kean menoleh ke arah Alen. Karena gugup dan terkejut, Alen menganggukkan kepalanya dengan spontan.

“Biar dia yang nyetir,” sahut Kean kepada Joan yang masih berdiri di samping mobil.

Joan menganggukkan kepalanya seraya tersenyum, “Demi keselamatan kalian berdua memang bagusnya Alen yang nyetir. Oh iya, aku tadi sudah check ini atas nama aku. Mau dipake atau nggak terserah. Sepertinya kesadaran kamu sudah kembali.”

“Baiklah. Sekali lagi terima kasih atas bantuannya. Sepertinya malam ini aku harus ke hotel deh. Nggak mungkin pulang dalam keadaan mabuk begini,” jawab Kean dengan wajah yang terlihat memerah karena pengaruh alkohol.

Kean segera bertukar posisi dengan Alen. Alen menoleh ke arah Joan saat sudah berada di depan kemudi. Setelah berpamitan kepada Joan, akhirnya mobil mewah itu meluncur di jalanan malam pusat kota yang terlihat semakin ramai.

“Sekali lagi terima kasih, Tuan. Saya Alen,” ucap Alen seraya tersenyum memperkenalkan diri. Kean hanya diam saja tanpa menjawab ucapan gadis itu.

‘Dasar pria aneh, wajahnya datar banget kayak triplek aja,’ gerutu Alen di dalam hatinya. Pandangan matanya tetap fokus dengan jalan yang ada di depan.

“Jangan suka berbicara sendirian, karena aku mendengarnya,” ucap Kean dingin yang membuat Alen terjangkit kaget.

‘Apa dia paranormal yang bisa membaca pikiran seseorang?’ bisiknya sendirian seraya menatap jalanan malam kota metropolitan.

“Tinggal di mana?” tanya Kean setelah beberapa saat saling diam.

“Butterfly Apartemen,” ucap Alen singkat. Kean menatap Alen dengan tatapan terkejut karena dia juga tinggal di sana, tetapi mereka tidak pernah bertemu sebelumnya. Dalam hatinya, Kean sangat bahagia karena ternyata gadis incarannya tinggal di tempat yang sama dengannya.

Akan tetapi, malam ini dia akan pulang ke hotel yang telah dipesan oleh Joan.

“Kita tinggal di tempat yang sama,” Alen memutar kepalanya untuk memperhatikan pria asing yang tidak diketahui namanya itu.

“Benarkah?” tanya Alen karena mereka tidak pernah bertemu sebelumnya.

“Hmm, lantai 23,” ucap Kean yang tambah membuat Alen terkejut lagi. Pasalnya mereka tinggal di lantai yang sama.

“Nomor berapa? Aku nomor 15,” ucap Alen.

“Nomor 12,” jawab Kean. Laki laki itu tidak sedikit pun melirik kepada Alen yang sedang memperhatikannya dari tadi.

“Apa sudah nggak mabuk lagi? Kamu bisa sendirian masuk ke dalam hotel?” Alen mengalihkan pembicaraan mereka. Pandangan matanya menatap ke arah Kean lekat. Wajah pria itu terlihat memerah dengan rambut yang kusut. Akan tetapi, meskipun penampilannya sangat berantakan, sisi tampannya masih terlihat dengan sangat jelas dan sedikit pun tidak memudar.

“Temani aku sampai ke kamar. Kepala masih terasa pusing. Setelah sampai di kamar, kamu bisa segera pulang,” jawab Kean dengan mata yang terpejam.

“Tadi sudah nggak mabuk lagi dan bisa ngobrol banyak, kok sekarang malah pusing lagi sih?” gerutu Alen seraya memukul kemudi dengan pelan.

Kean tidak menjawab pertanyaan Alen. Dia lebih memilih untuk memejamkan matanya. Kepalanya terasa berdenyut, terlebih setelah menghadapi para pengganggu tadi ditambah lagi dengan menjawab pertanyaan Alen.

Setelah menempuh perjalanan sepuluh menit, akhirnya mereka sampai di hotel mewah yang telah dipesan Joan. Alen berjalan di samping Kean dengan langkah cepat. Dia segera memegangi tangan pria itu saat melihat Kean yang turun dengan langkah sempoyongan.

Kean menepiskan tangan Alen dengan pelan. Tadinya Alen berpikiran bahwa Kean tidak suka disentuh oleh sembarang orang. Padahal sebenarnya Alen hanya ingin membantu pria itu saja.

“Hoek!”

Akhirnya beban yang dibawa oleh Kean keluar juga. Sebenarnya dia sudah merasakan mual dari tadi. Dari saat Alen berkelahi dengan para pria hidung belang tadi. Tetapi, dia berusaha menahannya dengan kuat.

Alen mundur beberapa langkah saat melihat Kean yang mengeluarkan isi perutnya. Aroma alkohol tercium dengan sangat menyengat.

“Sudah aman?” tanya Alen dengan suara yang cukup pelan saat melihat Kean mengusap sudut bibirnya. Dia menyerahkan tisu yang diambilnya dari dalam tas kepada Kean.

Kean menganggukkan kepalanya dengan pelan seraya melangkah dengan sempoyongan. Alen mengejar dengan sigap dan memegangi lengan Kean saat melihat pria itu hendak tumbang.

“Jangan sok kuat jika lemah,” sindir Alen dengan nada ketus. Dia segera memapah tubuh Kean memasuki hotel.

“Check in atas nama Joan,” sahut Alen saat mereka sudah berada di depan resepsionis hotel.

“Tunggu sebentar, Nona,” sahut perempuan tersebut. Pandangan matanya menatap ke arah layar monitor yang ada di hadapannya. Beberapa saat kemudian, dia memberikan access card. Setelah mengucapkan terima kasih, Alen lantas membawa Kean menuju kamar.

Mereka memasuki lift dengan langkah cepat karena Alen sudah kewalahan memapah tubuh Kean.

‘Ini tubuh apa singa sih, kok berat banget,’ gerutu Alen di dalam hatinya saat merasakan tubuh Kean yang cukup berat.

‘Padahal tadinya dia sudah kuat. Sekarang kok malah tambah mabuk sih. Apa jangan-jangan dia sengaja?’ Alen terus membatin sendirian seraya menatap ke arah Kean. Jantungnya juga berdebar dengan kencang jika seandainya Kean pura-pura pusing. Beberapa saat kemudian, lift pun berhenti dan pintu terbuka tepat di lantai sepuluh hotel mewah tersebut.

Alen memapah tubuh Kean kembali hingga sampai di dalam kamar.

“Hufh. Akhirnya sampai juga.”

Kean segera duduk di kursi yang ada di kamar tersebut. Pandangan matanya memperhatikan Alen dengan lekat.

“Terima kasih atas bantuannya,” sahutnya dengan seulas senyuman misterius.

“Sama-sama. Aku harus pulang sekarang.” Alen menjawab dengan cepat.

“Tolong ambilkan minuman itu,” pinta Kean seraya menunjuk ke arah botol wine yang terletak di atas meja.

Alen memutar tubuhnya dengan cepat. Matanya menatap Kean dengan berkacak pinggang dan bola mata yang melebar.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel