Ringkasan
Kean, Presdir tampan berwajah blasteran yang berusia 26 tahun. Kegagalan dalam menjalani hubungan membuatnya trauma dan menjaga jarak dengan perempuan. Alen, gadis berusia 24 tahun yang harus bekerja keras untuk menyambung hidupnya dan membiayai kuliahnya sendiri. Karena satu dan lain hal, membuat Kean dan Alen bertemu. Namun, pertemuan mereka diwarnai dengan kesalahpahaman yang membuat mereka berdua terpaksa harus menikah karena desakan dari orangtua Kean yang terlanjur salah paham. Terdesak, Kean menawarkan pernikahan kontrak selama 1 tahun pada Alen yang disetujui dengan berat oleh gadis itu. Akankah pernikahan mereka bertahan selama 1 tahun? Akankah benih-benih cinta muncul selama kean dan Alen menjalani kehidupan pernikahan? Bagaimana dengan Ellena, kekasih Kean yang tiba-tiba muncul dan ingin menjalin kembali hubungannya dengan Kean?
Terpaksa
Suara pintu mobil yang dibanting oleh si pemilik mobil terdengar saat dirinya baru sampai di pelataran parkir sebuah club malam ternama di pusat kota. Dia memarkirkan mobilnya dengan sembarangan dan dengan langkah cepat mamasuki club tersebut. Dia lantas duduk di meja bar.
“Vodka satu,” pesannya kepada bartender.
Bartender yang bernama Joan itu hanya tersenyum melihat kepada tamunya malam ini. Seorang laki laki bernama Keanu Archer, Kean biasa dia dipanggil, yang sudah menjadi pelanggan tetap di club elite tersebut. Salah satu pelanggan yang sudah berteman dekat dengan Joan.
“Itu wajah kusut banget,” ucap Joan seraya meletakkan minuman yang dipesan oleh Kean.
Kean meneguk minumannya tanpa menanggapi ucapan Joan barusan. Kepalanya terasa pusing dengan masalah yang sedang dihadapinya.
“Udah lama banget lo nggak kesini, ke mana aja selama empat bulan ini?” tanya Joan lagi. Tetapi tetap tidak dijawab oleh Kean. Tatapan mata Kean tertuju kepada Dj club yang merupakan seorang wanita cantik. Penampilannya yang seksi dan wajah yang sangat cantik membuat Kean menatapnya secara tidak berkedip dan sulit untuk mamalingkan matanya.
Ini merupakan untuk pertama kalinya Kean melihat wanita tersebut. Gerakannya terlihat sangat lincah seraya memainkan musik yang membuat para penari di dance floor tambah meliuk liukkan badan.
“Namanya Alen. Tetapi, jangan harap lo bisa mengganggunya karena dia sangat sulit ditaklukkan,” ucap Joan saat melihat tatapan mata Kean yang tertuju kepada Alen.
“Nama yang bagus dan cantik seperti orangnya,” gumam Kean dengan sudut bibir yang membentuk sebuah senyuman tipis yang mampu membuat Joan melebarkan matanya. Ini untuk pertama kalinya Kean tertarik dan memuji seorang wanita secara langsung.
“Biasanya bukan dia yang di sini.” Akhirnya Kean menanggapi ucapan Joan setelah sekian lama dia duduk di club tersebut. Kean merasa penasaran dengan sosok perempuan tersebut.
“Hmmm, dia baru tiga bulan di sini. Lebih tepatnya semenjak lo enggak pernah kesini lagi. Performancenya selalu bagus kok,” ucap Joan sambil menuangkan minuman ke dalam gelas tamunya yang terlihat sudah kosong.
“Berikan aku keterangan tentang dirinya,” ujar Kean seraya memutar dirinya untuk melihat performance Alen. Dia terlihat sangat lihai dalam memainkan musik disco, terbukti dari lautan manusia yang menikmati alunan musik yang dimainkannya tengah meliuk liuk di lantai dansa.
“Dia masih terjaga dengan baik dan seorang mahasiswi IT di salah satu Universitas terbaik di kota ini.” Kean mengangguk anggukkan kepalanya saat mendengar ucapan Joan. Sebuah senyuman manis muncul di sudut bibirnya seakan mengerti dengan maksud Joan, terlebih saat mendengar dimana Alen kuliah.
Pastinya akan sangat sulit untuk menaklukkan wanita itu, tetapi itu tidak akan menjadi masalah bagi seorang pria seperti Kean karena dia sangat menyukai tantangan, apalagi yang berhubungan dengan menaklukkan seorang wanita. Kean bertekad untuk menaklukkan wanita yang bernama Alen tersebut, walau dengan cara apapun.
“Seksi abis.” Hanya dua kata yang mampu Kean ucapkan untuk menilai penampilan Alen. Dua kata tersebut sudah mewakili semuanya.
Tidak lama kemudian terlihat Alen yang sudah bersiap dan digantikan oleh yang lain. Tatapan mata Kean tidak terlepas dari Alen. Kean menatapnya dengan kening berkerut seraya mengetuk ngetukkan jarinya ke atas meja. Dia masih mengamati perempuan itu hingga menghilang di balik sebuah kamar.
“Jam nya sudah habis,” ucap Joan sebelum Kean melontarkan pertanyaannya lagi terkait dengan Alen, Joan seakan mengerti dengan arti tatapan Kean kepadanya.
Kean segera membayar billnya dalam keadaan mabuk berat.
“Langsung pulang, Al?” tanya Joan saat melihat Alen melewatinya.
“Iya, Jo. Aku duluan ya,” pamit Alen seraya menyandang tasnya secara asal. Gadis itu lantas merapatkan jaketnya.
“Bisa bantuin sebentar nggak, Al?” Joan menatap Alen dengan penuh harap.
“Ada apa?” Alen mengerutkan keningnya mendengar ucapan Joan. Dia melirik ke arah jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Jarum jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Itu merupakan jadwal pulangnya setiap malam semenjak bekerja di club malam tersebut.
“Kamu antarin pria ini sebentar ke hotel. Aku sudah check in atas namanya. Dia terlihat mabuk berat dan pasti tidak bisa menyetir. Kamu bisa kan?” Joan menatap Alen dengan penuh permohonan.
“Tapi, Jo. Aku harus pulang sekarang. Kamu saja yang mengantarkannya,” balas Alen yang merasa malas berhadapan dengan pengunjung club jika sudah berurusan dengan masalah check in di hotel. Apalagi jika yang diantarkan dalam keadaan mabuk berat seperti sekarang ini.
Tidak sedikit para pekerja club yang bahagia dengan moment tersebut, akan tetapi semua itu tidak berlaku bagi Alen. Dia paling anti dalam mengurusi pengunjung yang datang dengan wajah kusut dan pulang dalam keadaan mabuk berat.
Mungkin karena niatnya dari awal tidak ingin mendapatkan uang dengan cara yang kotor, hal itu membuat Alen terus menghindari setiap kali rayuan nakal menghampiri dirinya.
Sama seperti malam ini, Alen menatap ke arah Kean yang juga sedang menatap ke arahnya dengan mata yang menyipit. Aroma alkohol yang menyengat menguar dari tubuh pria itu. Kening Alen berkerut tajam saat melihat kenyataan bahwa pria tersebut masih terlihat tampan meskipun dengan rambut yang acak-acak serta wajah yang kacau.
“Aku harus kerja, Al. Ayolah, sekali ini saja. Please!” mohon Joan dengan wajah penuh harap.
“Ah, kau ini hanya menyusahkan aku saja,” gerutu Alen seraya menganggukkan kepalanya dengan terpaksa.
“Thank you, Al. Malam ini kamu sudah menyelamatkan nyawaku.” Joan tersenyum dengan penuh kebahagiaan. Dia tidak bisa membayangkan hal apa yang akan dilakukan oleh Kean jika mengetahui bahwa dirinya diabaikan saja di club. Hal itulah yang membuat Joan mati-matian untuk membantu pria tampan yang sangat berpengaruh itu.
Begitu juga dengan Kean, dia berani datang sendirian tanpa asisten pribadinya karena ada Joan yang akan menyelamatkannya jika mabuk berat. Sebenarnya, Kean juga tidak ingin jika dia sampai berakhir di tangan wanita malam karena mabuk berat.
“Bantuin dong,” gerutu Alen saat harus memapah Kean keluar dari club.
“Aku akan bantuin, okay,” sahut Joan patuh. Pria itu segera meninggalkan pekerjaannya sebentar. Joan dengan sigap memapah tubuh Kean yang berjalan dengan sempoyongan. Kean terlihat sudah mabuk berat namun dia masih kuat untuk berjalan menuju mobilnya yang terparkir di halaman luar club malam mewah tersebut.
Mereka berjalan dengan langkah cepat, dan segera keluar dari club. Tetapi, langkah kaki mereka tiba-tiba terhenti saat menyaksikan pemandangan yang memuakkan di depan matanya.
Bagaimana tidak, seorang laki-laki tengah menghadang langkah mereka. Pandangan mereka tertuju kepada Alen. Kean hanya berdiri di tempatnya tanpa bertindak apa-apa, selain pusing, dia ingin melihat hal apa yang akan dilakukan oleh Alen di tengah keadaan yang mengancam dirinya tersebut.