Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

She is mine!

“Apa mau kalian?” ucap Alen yang sudah berganti pakaian dengan celana levis panjang dan baju kaos pas body yang dibalut dengan jaket longgar di luarnya. Rambutnya yang sedikit panjang, digulung ke atas hingga memperlihatkan lehernya yang jenjang terekspos dengan sempurna. Seorang pria yang tengah mabuk tersebut perlahan mendekati Alen dengan tubuh sempoyongan.

“Mundur dulu, Jo. Sekalian bawa pria ini,” sahut Alen seraya maju tiga langkah ke samping untuk mencari tempat yang lebih leluasa.

“Sudahlah, Al. Tidak usah diladeni, toh mereka hanya menghambat pekerjaan kita saja. Hal nggak penting begitu masih di urusin.” Joan menjawab dengan kesal karena tangannya sudah pegal memapah Kean yang memang memiliki berat tubuh lumayan.

“Mereka akan terus mengganggu jika tidak dibereskan,” sahut Alen dengan wajah kesal.

“Ayo kita bermain manis,” ucap para pria itu sambil mengulurkan tangannya ke wajah Alen. Alen bukanlah wanita tulen yang takut dengan hal semacam itu. Dia sudah terbiasa dengan para pengganggu tersebut. Menurut Alen, mungkin itulah resiko yang harus dihadapinya jika bertahan hidup di kota besar terlebih pekerjaannya yang memang beresiko tinggi dan harus pulang larut malam setiap harinya. Justru dia memiliki keahlian lain di luar dari yang tampak oleh orang lain.

Alen langsung memasang kuda-kuda untuk menghajar pria mabuk tersebut. Dalam dua gebrakan saja, pria tersebut sudah tumbang di tangan Alen. Laki laki yang sedang mabuk tersebut, tersungkur di atas tanah dengan mulut yang mengeluarkan darah di sudut bibirnya. Tetapi, malang bagi Alen karena dia harus menghadapi dua orang pria bertubuh kekar lagi. Sepertinya bodyguard dari pria mabuk tersebut.

Alen memperhatikan tubuh kekar dua orang bodyguard tersebut. Tampak sedikit keraguan di wajah Alen saat harus menghadapi dua orang sekaligus. Pastinya dia akan kalah dengan mudah. Gadis itu mundur ke belakang untuk mencari tempat yang agak lapang agar bisa bergerak dengan mudah.

“Kenapa mundur? Apa kau takut? Jangan hanya berani kepada orang mabuk, ayo hadapi kami yang masih segar,” ucap salah seorang dari mereka.

“Ayo keluarkan semua jurus dan kemampuan yang kau punya. Sampai di mana kemampuanmu, hah?” teriak yang satunya lagi dengan nada yang meninggi. Mereka tidak terima dengan bos mereka yang telah tersungkur di tanah.

“Oke, satu satu,” ucap Alen dengan memasang kuda kuda dan melemparkan tasnya ke bawah secara asal hingga terdengar bunyi berdebum dari tas yang dilemparkannya itu.

“Baiklah,” sahut mereka secara bersamaan seraya salah seorang dari mereka maju melangkah mendekati Alen dan yang satunya lagi tetap berdiri di tempatnya.

Sedangkan Joan sudah sampai di mobil dan melepaskan Kean yang sudah bisa berdiri dengan tegap. Kean menatap dengan mata melebar ke arah Alen yang sedang bertarung. Seketika decak kekaguman terucap dari bibirnya saat melihat sepak terjang Alen. Dia bisa melihat dengan jelas pertarungan itu, seakan mabuknya sudah menghilang entah kemana.

Alen bisa mengimbangi pria yang menjadi musuhnya itu, tetapi disaat pria itu telah terdesak dan hampir tumbang, temannya yang satu lagi segera menghadang Alen. Gadis itu mulai kewalahan dan berusaha untuk mencari cara agar bisa terlepas dari para pengganggu tersebut.

Alen menyambar tasnya dan berlari dengan cepat tanpa melihat kedepan karena matanya mengawasi dua lawannya tadi yang juga mengejarnya dari belakang. Tubuhnya terhuyung ke belakang saat dia menabrak seorang laki laki dengan tubuh atletis yang sedang berdiri di parkiran. Alen mengusap dadanya yang terasa sakit.

“Maaf,” ucap Alen dengan nafas memburu.

“Kau tidak akan bisa lepas, Nona,” ucap Kean seraya memegang tangan gadis itu. Seketika Alen terkejut dengan Kean yang telah mencekal tangannya dan alhasil, Alen tidak bisa lari lagi. Sedangkan, dua orang laki laki tadi sudah semakin mendekat ke arah mereka.

Di dalam hatinya, Alen terus menggerutu dan menyalahkan Joan. Ternyata pria itu tidak mabuk berat dan bisa berdiri dengan kokoh. Sekarang malah Alen yang menjadi tawanan Kean dan terjebak dengan dua orang pria yang mengejarnya.

‘Ah, Joan. Awas kamu besok,’ gerutunya sendirian.

“Aku mohon,” ucap Alen dengan wajah memohon saat bodyguard tadi semakin dekat dengannya. Perasaannya mengatakan bahwa dia akan tamat malam ini.

“Memohonlah, maka aku akan menyelamatkanmu malam ini,” bisik Kean dengan seringai yang muncul di wajahnya yang tampan meskipun dalam keadaan mabuk.

‘Hai, pria ini kenapa sih? Bukankah tadi aku yang membantunya? Kok sekarang dia malah berlagak menjadi pahlawan begitu? Dasar orang sinting!’ Alen membatin sendirian karena kesal dengan ucapan Kean.

Alen menatap laki laki yang memegang tangannya tersebut, dia tidak mempunyai pilihan lain lagi.

“Tolong selamatkan aku,” lirihnya seraya menatap kepada bodyguard.

“Berikan aku satu alasan kenapa aku harus membantumu?” ucap Kean dengan tetap memegang tangan gadis itu. Belum sempat Alen menjawabnya, bodyguard tersebut sudah berada di dekat mereka.

“Lepaskan dia,” ucap bodyguard berwajah sangar tersebut.

“Kenapa kau sangat menginginkan dia?” tanya Kean yang menarik tubuh Alen kebelakangnya.

“Dia telah mencelakai bos kami,” jawab bodyguard yang tadi hampir dikalahkan oleh Alen. Sudut bibirnya terlihat mengeluarkan darah segar karena pukulan Alen tadi.

“Bukankah bos kalian sendiri yang mulai mengganggunya?” ucap Kean dengan kasar.

“Peduli apa dengan omongannya, kita tidak mempunyai urusan dengan pria ini,” ucap yang satunya lagi dengan wajah beringas.

“Kalian akan berhadapan denganku, jika berani menyentuh perempuan ini. Dia milikku!” ucap Kean dengan suara yang dingin dan jelas.

“Maaf Tuan,” ucap salah seorang dari mereka. Kedua orang tersebut langsung terlihat ketakutan saat melihat siapa lawan mereka..

“Masih berani mengganggunya?” tanya Kean dengan sinis.

“Tidak, Tuan. Tolong maafkan kami. Kami tidak akan mengganggu wanita ini lagi,” ucap kedua orang tersebut dengan wajah memohon belas kasihan dari Kean.

Siapa yang tidak kenal dengan makhluk dingin yang bernama Keanu Archer tersebut, dia adalah sosok yang paling terkenal di Britania Raya. Selain karena pengaruhnya yang besar di Negara tersebut, Kean yang merupakan seorang pengusaha sukses juga terkenal dengan sebutan pembunuh berdarah dingin. Dia tidak akan segan-segan untuk menghabisi siapapun yang berani menentangnya.

“Jangan pernah mengganggu perempuan ini lagi. Dia milikku, katakan kepada bos kalian. Kali ini kalian aku maafkan,” ucap Kean.

“Baik, Tuan,” jawab mereka dengan patuh seraya membungkukkan tubuhnya dengan hormat.

Di lain tempat, seseorang telah berhasil mengambil gambar mereka. Tidak lama setelah mengambil gambar, orang tersebut terlihat tersenyum dengan penuh kemenangan. Selanjutnya, dia berlalu dari tempat tersebut setelah mengirimkan gambar Kean dan Alen kepada bosnya.

“Terima kasih, Tuan.” Dua orang bodyguard tersebut langsung mundur ke belakang. Mereka langsung menghampiri bos mereka yang sudah tidak sadarkan diri. Kedua orang tersebut memapah bosnya untuk berjalan menuju mobil yang terletak di pinggir jalan.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel