Keputusan Bersama
Erika mengacak rambutnya frustrasi, bagaimana bisa Gamal menawarinya tawaran yang justru mempersulitnya dalam mengambil keputusan. Gadis itu menghembuskan nafas berat, saat ini dia telah kembali ke rumahnya. Dengan langkah cintai berjalan melewati ruang tamu, mama datang dengan wajah memerahnya menahan amarah.
Plak
"Kenapa kamu begitu bodoh Rika, bagaimana bisa kamu membuat Marvel dan ibunya marah besar. " bentak Mama dengan amarah menggelegar. Rika menyentuh pipinya yang terasa perih, sesuai prediksinya jika orang tuanya akan marah.
"Kenapa aku harus mengalah dan mengerti akan kemauan mereka Ma, aku bukan patung yang tak punya perasaan dan rasa lelah. " protes Erika dengan tatapan nanarnya.
Plak
Mama kembali menamparnya, Erika tersenyum getir merasakan kemarahan ibunya itu. Selama ini dia selalu menuruti perintah ibunya, sudah cukup dirinya di jadikan boneka oleh mama dan papanya. "Cukup Ma, apa mama belum puas menyakiti aku dan menjadikan aku sebagai boneka hah. " ujar Erika dengan nada sedikit tinggi menenangkan gadis itu di sana.
"Dasar anak tidak tahu diri kamu Rika, harusnya bersyukur Marvel mau menjadikan kamu calon istri pria itu. " maki Mama. Rika mengusap wajahnya kasar, hatinya begitu terluka akan sikap egois yang di tunjukkan mamanya. Gadis itu memilih pergi, mengabaikan teriakan mama dan papanya.
Rika terus berlari sambil menangis sesegukan, kenapa dirinya harus lahir dalam keluarga yang toxic seperti ini. Tanpa melihat jalan, truk melintas dan hampir menabraknya namun seseorang menolongnya.
"Aah. " Rika berada dalam dekapan seseorang.
"Apa kau bosan hidup Rika. " geram pria itu yang ternyata Gamal, tangis Rika pecah dalam dekapan pria itu. Gamal memang belum pergi dari sana, pria itu memastikan keadaan Rika lebih dulu. Dan benar jika sesuatu telah terjadi pada calon istrinya.
"Bawa aku pergi dari sini Mal, aku tidak ingin pulang ke sini lagi. " gumamnya sambil menangis sesegukan. Tanpa bertanya Gamal mengabulkan permintaan Rika padanya. Kedua orang tua Rika melihatnya langsung berteriak memanggil Rika sambil mengumpatinya.
Hati Rika berdenyut nyeri mendengarnya, gadis itu terus terisak. Gamal benar benar kasihan pada Erika, memiliki keluarga toxic. Setelah sampai di mansion megahnya, pria itu membawa Rika ke ruang tamu,menenangkan gadis itu di sana.
Gamal memagut bibirnya lembut, awalnya Erika terkejut namun lambat laun terbuai akan ciumannya. Nafasnya tersengal setelah cuma itu berakhir, pria itu tak mengizinkannya turun dari pangkuan. "Aku akan selalu bersamamu Rika, dan mulai sekarang tinggalah bersamaku di sini!
"Terimakasih Gamal!
"Tak perlu berterimakasih, aku calon suamimu Erika. " balasnya tersenyum tipis. Erika tampak merona mendengarnya, Gamal kembali menciumnya tapi singkat. Gadis itu kembali memeluk Gamal, merasakan nyaman berada dalam dekapan prianya. Entah senang atau sedih, dirinya bisa mengenal sosok Gamal dan di sisi lain kecewa akan sikap orang tuanya.
dering ponselnya membuat pelukan itu terlepas, Erika mendesah pelan melihat nama Marvel yang menghubungi dirinya. Diapun memilih menolaknya, dia saat ini tak ingin berbicara dengan Marvel atau siapapun itu.
Ponselnya kembali berdering, sekarang Zilla yang tengah menghubungi dirinya. Erika menghela nafas panjang, menerima panggilan itu. Mengatakan keberadaannya pada sang sahabat agar Zilla tak cemas. Tak lama Zilla dan Zayn datang, mereka terkejut melihat Erika bersama Gamal.
"Sejak kapan kalian saling mengenal? " tanya Zayn menaikkan sebelah alisnya.
""Nanti aku ceritakan Zayn. " balas Gamal singkat. Zillapun memastikan keadaan sahabatnya, Erika menangis memeluk tubuh sahabatnya. Kedua pria itu membiarkannya, Zilla dan Erika perlu berbicara berdua. Zilla sangat terkejut dan marah mendengar cerita Erika barusan.
"Kenapa kamu sembunyikan ini semua dariku Rika, maaf kalau aku tak ada saat kamu kesusahan. " sesalnya lirih. Erika menggeleng, dia tak mempermasalahkan hal itu, lagipula dia tahu jika Zilla juga memiliki masalahnya sendiri.
"Sepertinya Gamal memang pria yang baik Rika, dia sangat serius sama kamu, egois lah sedikit demi kebahagiaan kamu sendiri. " Zilla memberikan pendapatnya pada sang sahabat yang terlihat masih ragu ragu. Erikapun mengangguk setuju, menghapus air matanya. maid datang menyajikan minuman untuk tamu majikannya.
"Oh ya aku mau ke toilet nih Rika. " ucap Zilla. Erika menunjukkan arahnya, gadis itu bangkit dan pergi ke toilet. Zayn dan Gamal datang, Zayn tak menemukan sosok kekasihnya namun Erika langsung memberitahunya. Zayn memilih menyusul sang kekasih daripada menjadi nyamuk di antara Gamal dan Erika.
Grep
"Oh my God, Zayn. " pekik Zilla yang terkejut setelah membuang air kecil. Wanita itu berdecak pelan melihat kelakuan sang kekasih. Zayn membalik tubuhnya, menciumnya liar dan panas hingga membuat Zilla kewalahan. Zilla mendorongnya, menatap lekat sang kekasih dengan nafas terengah.
"Aku ingin honey!
"Oh my, ini di toilet rumah orang Zayn. " protes Zilla kesal akan kelakuan mesum sang kekasih. Zayn tetap tak peduli, Zillapun pasrah. Keduanya bercinta di dalam sana hingga beberapa jam lamanya.
Gamal mengerutkan kening, kenapa Zayn dan Zilla tak kunjung kembali. Tak lama dia terpintas sesuatu membuat pria itu mengumpat pelan. Bersamaan Zayn dan Zilla yang kembali dan bergabung bersama mereka. Erika tak curiga apapun, Gamal menatap keduanya dengan pandangan menelisik. "Kalian lama sekali, apa yang kalian lakukan di sana? " tanya Gamal tanpa basa basi.
"Tentu saja bercinta!
Zilla mencubit paha sang kekasih, dia merasa malu begitu juga Erika. Gamal sudah menduganya, sialan sekali memang sahabatnya itu yang menumpang bercinta di toilet rumahnya. Sedangkan Zayn tampak cuek tak mempedulikan tatapan Gamal padanya.
Benar benar sahabat luknut bukan?
Lagi lagi ponsel Erika berdering, Marvel lagi yang menghubunginya. Gamal merebutnya, berdecih melihat nama rivalnya yang menghubungi calon istrinya. "Sepertinya pria ini tak akan membiarkan kamu tenang Rika, aku harus memberinya pelajaran. " gumam Gamal yang tak main main dengan ucapannya.
"Ya aku setuju dengan kamu Gamal, lalu apa rencanamu? " sahut Zayn. Gamal meliriknya sekilas, mengembalikan ponsel itu pada calon istrinya. Erika langsung memeluknya, ketakutan setiap kali mendengar nama Marvel di sebut. Pria itu membalas pelukan sang kekasih, mengertakkan gigi dan ingin sekali meninju wajah pria yang membuat kekasihnya ketakutan seperti ini.
Zilla merasa kasihan sekali dengan Erika, beban gadis itu begitu berat karena selama ini menyimpannya sendiri. Sebagai sahabatnya, dia merasa tak berguna karena tak bisa berbuat apa apa untuk Erika. Dia berharap setelah ini Erika akan berbahagia bersama Gamal, Gamal bisa menjaganya. Zayn merasa kekasihnya sedih, menggenggam tangan Zilla hingga membuat wanita itu menoleh.
"Percayalah sayang Gamal bisa melindungi Erika dari pria itu, kita harus mendukungnya menghadapi si gila itu. " tegas Zayn yang di angguki Zilla. Erika sendiri begitu bersyukur masih ada orang begitu peduli dengan dirinya,tanpa sadar dia menangis dalam diam.