Secuil Kisah
Sementara Kediaman keluarga Argantara tengah di hebohkan dengan berita menggemparkan mengenai putra sulung mereka Zayn. Tuan Rafen memang memata matai putranya itu secara diam diam,ingin tahu kegiatan anaknya itu.
"So, siapa perempuan yang bersama putra kita Daddy? " tanya Mommy penasaran.
"Entahlah mom, mungkin saja calon menantu kita. " celetuk Daddy. Keduanya saling berpandangan satu sama lain, Nyonya Atha hanya mampu menghela nafas berat. Kesal akan kelakuan putranya yang diam diam menjalin hubungan tanpa mengenalkan gadis itu padanya. Tak lama seorang perempuan muda datang, memperhatikan keduanya. Dia Zanna Caroline Argantara, adik kandung Zayn Cloudy Argantara.
"Mommy ada apa, kenapa kalian heboh sekali sih? " Gadis itu sepertinya penasaran dengan pembicaraan kedua orang tuanya. Nyonya Athapun menjelaskannya pada putri bungsunya itu, Zanna tampak tertarik dengan topik bahasan ibunya.
"Sepertinya aku akan mencari tahu mom tentang siapa calon kakak iparku? "
"Really sayang? " Nyonya Atha terlihat penuh harap pada putrinya, Zanna mengangguk. Wanita paruh baya itu memeluk putri cantiknya, dia tak sabaran ingin mengetahui siapa wanita yang bersama Zayn, putranya. Dering ponselnya membuat Zanna langsung pamit pada orang tuanya, keduanya tak mencurigainya sedikitpun.
"Ya halo kak? " tanya Zanna dengan ketus pada seseorang yang menghubunginya. Terdengar suara kekehan membuat gadis itu berdecak pelan.
"Lihat di depanmu nona. " pinta pria itu. Zanna menurunkan ponselnya, terlihat seorang pria berdiri tak jauh darinya. Dia Davian, sahabat dari Zayn yang kini tengah tersenyum pada Zanna. Gadis itu menghela nafas panjang, entah kesialan atau apa bagaimana bisa Zayn meminta Davian menjaga dirinya. Lagipula dia bukan anak umur lima tahun yang perlu di jaga, kak Zayn benar benar menyebalkan sekali pikirnya.
Davian langsung mencubit pipinya, Zanna menepis tangan pria itu kasar. Dia masih kesal dengan kejadian tempo hari di mana Davian mengerjainya habis habisan. Pria itu menghela nafas kasar, ternyata Zanna masih marah padanya. Zanna sudah menganggap Davian seperti kakaknya sendiri begitu juga sebaliknya, pertengkaran seperti sudah biasa bagi mereka.
"Baiklah, baiklah tuan putri maafkan aku,jadi apa yang harus aku lakukan agar kamu memaafkan kakak tampanmu ini Zanna? " tanya Davian dengan nada lembutnya. Wajah merengut Zanna berubah ceria, gadis itu menggandeng lengan Davian dan menyeretnya masuk ke dalam. Davian pasrah, melajukan roda empat mewahnya itu. Gadis berambut blonde itu meminta Davian untuk mengantarkannya berbelanja.
" Kamu tunggu di sini, kakak mau ke toilet bentar!
"Beneran, Kak Vian tidak sedang membohongi aku 'kan? mata Zanna tampak memicing, mencurigai gelagat Davian. Dia tak ingin di bohongi pria yang dia anggap kakaknya ini. Davian menggeleng, dia tak akan membohongi Zanna lagi sambil bersumpah. Zanna mengangguk membiarkan Davian pergi ke toilet, gadis itu memilih melihat gaun gaun yang dia suka.
Bruk
"Aduh. " Zanna merintis, tanpa sengaja dia menabrak orang. Orang yang di tabrak nya justru marah marah dan memakinya. Dengan menahan kekesalannya, Zanna membalas ucapan wanita itu.
"Aku sudah minta maaf nona, kenapa Anda malah memaki saya hah. " geram Zanna di sertai acungan jari tengahnya. Gadis itu sengaja melakukannya karena wanita itu membuat moodnya jelek. Beberapa saat kemudian Davian kembali dan melihat Zanna yang tengah membuat keributan, pria itu segera melerainya.
Davian segera memeluknya, berusaha menenangkan Zanna. Gadis itu beralih menatap pria di sebelah wanita yang memakinya. "Tolong ajarkan sopan santun pada wanitamu itu tuan, jangan bersikap lancang memaki orang. "
"Dasar bitch!
Setelah puas memaki wanita itu Zanna dan Davian langsung pergi begitu saja. Pria yang menjadi pelampiasan amarahnya hanya diam menatap kepergian Zanna. Sepanjang jalan Zanna terus mengomel, memaki wanita tadi dan Davian hanya diam saja meski telinganya mulai panas akan ocehan Zanna.
"Berhentilah bicara, telingaku bisa bisa tuli mendengar suara cemprengmu itu. " sela Davian dengan nada ketusnya. Zanna mengatupkan bibirnya, memilih diam daripada berdebat dengan Davian. Pria itu menghela nafas lega, mengemudi dengan tenang tanpa mendengar suara berisik lagi.
Zanna hanya diam saja saat tahu Davian membawanya ke pantai, pria itu turun dan membuka pintunya. Gadis itu menurut, mengikutinya dari belakang tanpa berkata apapun. Keduanya duduk di atas pasir, Davian menoleh kearahnya. Pria itu menaikkan alisnya melihat Zanna yang melamun.
"Sudahlah Zanna, lupakan saja kejadian tadi!
"Hm. " Zanna hanya bergumam, enggan membalas perkataan Davian barusan. Dia sudah terbiasa dengan kata kata kasar yang terlontar dari pria yang di anggapnya kakak.
Pernahkah dia jatuh cinta pada Davian?
Pernah, pertama kali dia bertemu Davian dia sempat kagum padanya. Namun setelah mengetahui bagaimana tabiat Davian membuat Zanna mundur, menghilangkan rasa yang sempat singgah di hatinya itu sebelum terlalu dalam. Untuk saat ini dirinya belum ingin menjalin hubungan dengan pria, Zanna menikmati kesendiriannya saat ini. Lagian sekarang Zanna menikmati hubungan mereka saat ini, hanya sebatas kakak dan adik, tak lebih.
Davian mengusap wajahnya kasar, dia menyadari kesalahannya karena berkata kasar pada Zanna. Pria itu kembali memperhatikan gadis itu dengan lekat, berusaha menghilangkan canggung di antara mereka berdua.
"Oh ya kak Vian, kakak gak ingin mencari pasangan lewat acara kencan buta atau apa gitu. Bukankah di umur kak Vian sekarang, kakak sudah harus menikah? " Zanna sengaja mengalihkan topik pembahasan agar mereka tak canggung.
"Apa mau aku bantuin kak? " tawar Zanna yang di balas gelengan oleh Davian.
"Tak perlu, lagi pula berhubungan dengan wanita itu merepotkan. " balasnya cuek dan datar. Zanna mendelik, tak suka dengan pernyataan Davian barusan. Bukan tanpa alasan Davian berkata demikian, pria itu selama ini terus di kejar kejar para wanita, bahkan ada yang rela menjadi partner Davian di atas ranjang panas pria itu. Tentu saja hal itu membuatnya jengah, bosan dengan apa yang dia dengar. Diam diam Zanna mencibir kelakuan Davian yang merasa tak butuh wanita.
"Huh gengsi aja di gedein, lihat saja nanti kalau ada wanita yang membuatnya tertarik, bucin bucin dah sampai gak ketulungan. " gumamnya dalam hati. Dirinya juga gak sadar jika dia belum ingin menjalin hubungan dengan pria tak beda jauh dari Davian. Zanna sebisa mungkin menahan tawanya, tak bisa membayangkan bagaimana raut datar itu nanti berubah konyol saat menjadi pria bucin pada wanitanya.
Zanna mengambil ponsel, bertukar pesan dengan Zayn kakaknya, menanyakan di mana kakaknya itu berada. Gadis itu mengajak Davian pergi, menuju ke tempat Zayn berada, pria itu menurutinya daripada di amuk Zanna lagi pikirnya.