Masa Lalu
"Aku kembali? "
Seorang wanita tengah mengedarkan pandangannya di sekitar bandara. Bella Aster Kevia, wanita itu tersenyum lebar karena telah kembali ke negara asalnya. Wajahnya yang ceria berubah murung, dia teringat dengan seorang pria yang masih sangat dia cintai.
"Apakah kamu masih menerima hadirku setelah sekian lama? " tanya Bella entah pada siapa pertanyaan itu tertuju. Wanita itu masuk ke dalam mobil, sopir melajukan roda empatnya. Bella menatap dalam foto kenangannya bersama pria itu, pria yang dia tinggalkan empat tahun lalu.
"Ada alasan kenapa aku ninggalin kamu Gara! Bella pergi ke luar negeri karena berobat, dia menyembunyikan sakitnya dari pria yang dia cintai. Ingin sekali dirinya bertemu dengan Sagara, menjelaskan segalanya dan meminta maaf pada pria itu.
Bella memutuskan kembali ke mansion peninggalan orang tuanya, mengistirahatkan tubuhnya yang terasa lelah. Gadis itu langsung menuju ke kamarnya setelah tiba di mansion, Bella memutuskan membersihkan diri lebih dulu. Wanita itu sangat menyukai kebersihan, setelah ini dia akan mencari tahu tentang mantan kekasihnya.
Selesai dengan aktivitasnya, Bella merebahkan dirinya di ranjang, teringat kenangan manisnya bersama Sagara. Pria itu dulu begitu mencintainya, posesif dan memperlakukannya begitu manis. Hanya karena penyakitnya, dia tega berbohong pada pria itu, membuat pria itu menjauh, dan tak terjangkau lagi olehnya.
"Aku menyesal Gara, menyesal. "
Lagi lagi terdengar suara helaan nafas berat, mengambil ponselnya dan mencari informasi tentang sang mantan.
Saat ini Yurika tengah berusaha mencari informasi tentang suaminya, jika dia langsung bertanya pada Sagara, suaminya itu selalu mengalihkan pembicaraan. Gadis itu memutuskan pergi ke rumah sakit, di mana suaminya bekerja. Sebagai seorang istri, Yuri mulai paham makanan yang di sukai dan tidak oleh Sagara.
"Permisi mbak, saya mau bertemu dengan Dokter Sagara?
"Maaf Nona, Dokter Sagara tengah mengoperasi pasien nya, jika nona mau Anda bisa menunggu di ruangannya. " ujar salah satu suster. Suster itu mengantarnya ke ruangan Sagara, Yurika menghela nafas pelan, menulikan telinganya mendengarnya suara bisik bisik tentangnya.
Wanita itu memasuki ruangan kerja sang suami, Ruangannya cukup rapi dan nyaman, Yurika memilih duduk di sofa. Gadis itu menatap sekelilingnya, fokusnya kini tertuju pada laci meja yang sedikit terbuka. Yurika membukanya, melihat sebuah foto, dia langsung mengambilnya.
"Foto seorang wanita? " Yurika membalik foto itu, seorang wanita tampak di peluk Sagara, membuat Yurika tertegun melihatnya.
"Kamu tampak sangat bahagia di foto ini mas. " gumam Yurika lirih. Entah kenapa dia merasa sakit melihat foto wanita di laci meja sang suami, apakah dia berhak untuk ikut campur urusan suaminya. Sementara Sagara menikahinya mungkin saja karena rasa tanggung jawab semata. Gadis itu segera mengembalikan foto yang dia ambil, sebisa mungkin dia menahan air matanya yang hampir jatuh.
"Mungkinkah wanita itu adalah wanita yang di cintainya hingga sekarang. " gumam Yurika tersenyum getir. beberapa saat berlalu Sagara kembali, masuk ke dalam dan melihat istrinya tengah duduk di sofa. Pria itu mengernyitkan dahi melihat respon istrinya yang melihat kehadiran dirinya.
"Ada apa honey? " tanya Sagara lembut mendekati istrinya yang terdiam membisu. Yurika menggeleng, lantas menghapus sisa sisa air matanya, membuat Sagara menghela nafas berat.
"Jangan diam saja, bicaralah. Biar aku tahu apa salahku hingga kamu diam dan menangis!
Yurika mengambil foto, menyerahkannya pada sang suami. Sagara terkejut, dirinya paham sekarang, kenapa istrinya menangis. Pria itu justru tersenyum miring kearah Yurika, sambil menggenggam tangan istrinya. "Kau cemburu sayang dengan foto ini? "
"Tentu saja tidak. " ketus Yurika.
"Wanita dalam foto ini hanya masa laluku, aku cukup senang melihat kamu cemburu seperti ini! Penjelasan Sagara belum cukup membuatnya tenang.
"Kenapa aku harus cemburu lebih dulu mas, sementara hatimu entah ada namaku atau justru nama mantan kamu yang masih bertahta. Yurika menatap dalam manik malam suaminya itu, Sagara mengatur kan bibir rapat.
"Aku paling benci pengkhianatan, jika kamu tak mampu setia setidaknya jangan berikan harapan harapan semu padaku. " lanjutnya dengan tenang. Yurika sengaja menyembunyikan kesedihan dan cemburu dirinya dengan rapat, tak ingin di anggap lemah oleh suaminya.
"Aku harap kehadirannya nanti tak membuat sikapmu berubah mas!
Sagara mencerna ucapan istrinya, Yurika memilih mengistirahatkan dirinya. Suasana kini terasa hening, pria itu melepaskan jas dokternya, melampirkannya ke kursi kerjanya. Yurika hanya diam mengamati suaminya itu, Sagara datang memeluknya. Pria itu terus menciumi puncak kepalanya, lalu turun ke leher sang istri.
Menangkup wajah sang istri, dokter tampan itu melabuhkan ciumannya di bibir Yurika. Yurika membalas ciuman suaminya dengan lembut, meluapkan segala rasa yang berkecamuk dalam hatinya.
"Aku bawakan makan siang untukmu mas?
Yurika menyiapkan makanan untuk suaminya, wanita itu memilih menyuapinya dan Sagara menerima suapan sang istri. Terlihat keduanya seperti suami istri yang harmonis dan mesra, namun kenyataan tak seindah itu. Selesai menyuapinya Sagara, Yurika hendak beranjak namun di tahan suaminya.
"Mau ke mana? "
"Mau pulang mas. " jawab Yurika pendek. Namun Sagara tak membiarkannya pergi, pria itu justru membopongnya, membawanya ke sebuah ruangan miliknya. Yurika paham apa yang di inginkan suaminya saat ini, pria itu melepaskan pakaian mereka berdua. Dan memulai siang itu dengan penyatuan indah yang membuat suasana semakin panas.
Setelah melalui ronde ke empat, Yurika menarik selimut menutupi tubuh mereka. Wanita itu bersandar di dada suaminya, mencari kenyamanan dari pelukan Sagara. Yurika berusaha menjadi istri yang baik untuk suaminya, melayani semua kebutuhan suaminya termasuk urusan ranjang. Dia berharap kelak bisa mendnegar ungkapan cinta dari Sagara, entah kapan itu!
"Kau masih marah sama aku honey? " tanya Sagara sambil mengusap dua persik istrinya dari dalam selimut.
"Iya aku marah mas, sepertinya kamu begitu meremehkan aku hanya karena Rasa Cemburu, sementara hatimu entah tertaut ada siapa? " Yurika masih kesal dengan sikap suaminya, seakan akan perasaan dirinya hanyalah sebuah mainan.
"Kenapa kamu sangat sensitif sayang, apa kamu hamil?
"Hamil mana mungkin, kita baru menikah beberapa hari, masa periodeku baru terlewat dua hari mas. " Yurika mengingat ingat masa periodenya, lalu kembali fokus pada sang suami. Sagara mengulas senyumnya, dia berharap istrinya segera hamil dan setelah itu mengumumkan pernikahan mereka, begitu pikirnya.
"Aku cuma takut kamu juga meninggalkan aku karena wanita lain, jika kedua kalinya aku di tinggalkan. Apa aku memang tak berhak untuk bahagia mas?
Deg Hati Sagara berdenyut nyeri mendengarnya, dia ikut sedih melihat istrinya yang begitu rapuh. Rasa bersalah kini merasuk dalam jiwanya, merutuki sikapnya yang terlalu menyakiti sang istri.
"Kita mulai semuanya dari awal, saling terbuka dan percaya satu sama lain, kunci dari hubungan suami dan istri. " ujar Sagara tegas menatap wajah istrinya. Yurika mengangguk, mencium singkat bibir suaminya dan mereka kembali bergumul seakan tak ada hari esok. Suara erangan dan desahan kembali terdengar dari dalam kamar, mereka berbagi peluh, meluapkan rasa dalam hati mereka.
Menjelang sore kegiatan itu baru terhenti, keduanya telah membersihkan diri bersama sama di sertai drama lainnya. Wanita itu mengantar minuman untuk suaminya, lalu duduk di pangkuan Sagara. Saat ini Sagara berada di ruangan kerjanya, pria itu mengulas senyumnya melihat tingkah manja sang istri. "Tumben manja banget hem, biasanya galak.
"Aku gak mau jauh jauh dari kamu mas. " rengeknya manja, mengalungkan tangan ke leher sang suami.