Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 6 Kehadiran Clarissa

Pagi itu di mansion keluarga Smith, suasana dipenuhi dengan persiapan untuk menyambut tamu istimewa. Keluarga Hartford, bersama putri mereka Clarissa, dijadwalkan untuk datang. Di tengah kemewahan dan kemegahan rumah tersebut, para pelayan sibuk memastikan semuanya sempurna, dari dekorasi bunga hingga makanan yang disajikan.

Di ruang tamu yang luas, nyonya Elizabeth dan Tuan Daniel Smith berdiri dengan anggun, menunggu kedatangan tamu mereka. Isabella duduk di salah satu sofa, merasa gelisah mengetahui bahwa kunjungan ini merupakan bagian dari rencana orang tuanya untuk menjodohkan James dengan Clarissa. Meski begitu, dia mencoba menampilkan senyum ramah, meskipun hatinya berkonflik.

Tak lama kemudian, bel pintu berdering. Seorang pelayan membuka pintu dan mengantarkan keluarga Hartford masuk Tuan Angga dan Nyonya Della Hartford melangkah dengan penuh percaya diri, diikuti oleh Clarissa yang tampak elegan dan anggun dalam gaun putihnya. Senyum manis terpampang di wajahnya, namun matanya bersinar penuh ambisi.

"Selamat datang, Mr. dan Mrs. Hartford," sapa Nyonya Elizabeth Smith dengan ramah, menyambut mereka dengan pelukan hangat. "Clarissa, kamu tampak cantik sekali."

"Terima kasih, Tante Elizabeth. " jawab Clarissa dengan senyuman manis, matanya mencari-cari sosok James di ruangan itu.

"Saya sangat senang bisa berada di sini."

Setelah basa-basi sejenak,Nyonya Elizabeth akhirnya menyebut nama yang dinantikan oleh Clarissa. "James sedang berada di ruang kerjanya. Aku akan memanggilnya."

James keluar dari ruang kerjanya dengan langkah berat, mencoba mempersiapkan dirinya untuk menghadapi situasi yang dia tahu akan rumit. Ketika dia melihat Clarissa, dia tersenyum sopan, meskipun hatinya tidak sepenuhnya berada di situ.

"Clarissa, senang melihatmu," kata James, berusaha terdengar tulus.

"Senang bertemu denganmu juga, James," jawab Clarissa, matanya berbinar.

"Sudah lama sekali kita tidak bertemu. Kamu semakin tampan saja."

James tersenyum kecil, mencoba tidak terlalu memikirkan komentar itu. "Terima kasih, Clarissa. Bagaimana kabar keluargamu?"

Percakapan mereka berlanjut dengan basa-basi, namun Clarissa memanfaatkan setiap kesempatan untuk mendekatkan diri dengan James. Dia bercerita tentang kegiatan sosialnya, tentang betapa dia terlibat dalam berbagai acara amal, dan bagaimana dia selalu mengingat James selama bertahun-tahun.

"Kamu tahu, James," kata Clarissa dengan nada sedikit lebih lembut, "Aku selalu mengagumi ketulusanmu dalam segala hal yang kamu lakukan. Kamu adalah pria yang luar biasa, dan aku sangat menghargai setiap momen yang pernah kita habiskan bersama."

James merasa sedikit tidak nyaman dengan pujian yang berlebihan itu, tetapi dia mencoba tetap sopan. "Terima kasih, Clarissa. Itu sangat berarti."

Di sisi lain ruangan, Mrs. Smith dan Mrs. Hartford mengamati mereka dengan senyum penuh harapan. Mereka bisa melihat betapa Clarissa berusaha mendekati James, dan bagi mereka, ini adalah pertanda baik.

"Aku selalu berpikir bahwa James dan Clarissa akan menjadi pasangan yang sempurna," Nyonya Elizabeth kepada nyonya Della.

"Mereka memiliki banyak kesamaan."

Mrs. Hartford mengangguk setuju. "Benar sekali. Aku bisa melihat masa depan yang cerah bagi mereka."

Setelah beberapa waktu, Mrs. Smith mengundang semua orang untuk makan siang. Meja makan diatur dengan rapi, dan makanan-makanan mewah disajikan dengan indah. Selama makan, percakapan terus berlanjut, dengan Clarissa yang tak henti-hentinya mencari cara untuk menarik perhatian James.

"James, kamu harus mencoba hidangan ini," kata Clarissa, menyuapkan sepotong makanan ke piringnya. "Ini adalah salah satu favoritku. Aku yakin kamu akan menyukainya."

James menerima tawaran itu dengan senyum sopan, meskipun pikirannya melayang ke Alesya. Dia tahu bahwa situasi ini semakin rumit, dan dia harus mencari cara untuk mengatasi tekanan dari keluarganya.

Setelah makan siang, mereka berpindah ke ruang tamu untuk menikmati teh dan dessert. Clarissa terus mendekati James, bercerita tentang rencana-rencananya di masa depan, dan bagaimana dia berharap bisa menghabiskan lebih banyak waktu dengan James.

"Aku tahu kita berdua sibuk, tapi aku berharap kita bisa bertemu lebih sering, James," kata Clarissa dengan nada harapan. "Aku percaya kita memiliki banyak hal yang bisa kita lakukan bersama."

James mencoba menjawab dengan hati-hati. "Kita lihat nanti, Clarissa. Aku punya banyak hal yang perlu diurus, tapi aku akan mencoba."

Di luar semua keramaian dan keanggunan itu, James merasa semakin tertekan. Dia tahu bahwa Clarissa adalah pilihan yang sempurna menurut standar keluarganya, tetapi hatinya tetap pada Alesya. Dia harus mencari cara untuk meyakinkan semua orang bahwa cinta sejati lebih penting daripada status sosial.

Setelah keluarga Hartford pamit pulang, James merasa lega, meskipun sedikit. Dia tahu bahwa perjuangannya belum selesai, tetapi dia bertekad untuk memperjuangkan cintanya kepada Alesya, apa pun yang terjadi.

"Apakah kamu menikmati makan siangnya, James?" tanya Nyonya Elizabeth dengan senyum penuh harap.

"Ya, Ma," jawab James dengan sopan.

"Clarissa sangat ramah dan menyenangkan."

Mrs. Smith tersenyum puas. "Bagus. Aku yakin kamu berdua akan cocok."

James hanya tersenyum tipis, menyembunyikan kegelisahan dalam hatinya. Dia tahu bahwa dia harus segera berbicara dengan Alesya dan merencanakan langkah selanjutnya untuk melindungi hubungan mereka dari tekanan yang semakin besar ini.

"Ayah, Ibu, aku perlu bicara dengan kalian lagi," kata James dengan nada tegas saat ia duduk berhadapan dengan orang tuanya di ruangan tamu.

Mr. Smith menatap putranya dengan tenang. "Tentu, James. Apa yang ingin kamu bicarakan?"

James menghela napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya. "Aku ingin kalian tahu bahwa aku menghargai usaha kalian, tetapi aku tidak bisa menerima rencana ini. Clarissa adalah teman yang baik, tapi aku tidak punya perasaan apapun padanya."

"Aku mencintai Alesya, dan aku ingin kalian menghormati pilihanku."

Nyonya Elizabeth menatap James dengan cemas.

"James, kami hanya menginginkan yang terbaik untukmu. Clarissa adalah pilihan yang sempurna. Dia berasal dari keluarga baik-baik dan memiliki semua yang diperlukan untuk menjadi pasangan hidupmu."

"Aku mengerti,Ma," jawab James dengan tenang.

"Tapi cinta tidak bisa diukur dengan status sosial atau kekayaan. Alesya adalah orang yang membuatku bahagia, dan aku tidak bisa membayangkan hidup tanpanya."

Tuan Daniel menghela napas, mencoba memahami perasaan putranya. "James, kami hanya ingin memastikan masa depanmu aman dan terjamin. Alesya mungkin wanita yang baik, tapi masa lalunya tidak cocok dengan kehidupan kita."

James merasa frustrasi, tetapi ia berusaha tetap tenang. "Papa, Mama, aku tahu kalian khawatir. Tapi aku tidak bisa memaksakan perasaan yang tidak ada. Aku mencintai Alesya, dan aku akan berjuang untuk hubungan kami. Aku tidak akan dipaksa untuk bersama seseorang hanya karena alasan status sosial."

Nyonya Elizabeth menggelengkan kepala, merasa kecewa. "James, kamu tidak bisa membiarkan perasaanmu mengaburkan penilaianmu. Keluarga kita memiliki reputasi yang harus dijaga."

James menatap ibunya dengan mata penuh tekad. "Aku tidak peduli dengan reputasi, Ibu. Yang penting adalah cinta dan kebahagiaan. Alesya telah mengajarkanku banyak hal tentang cinta dan kehidupan, dan aku tidak akan melepaskannya hanya karena tekanan dari luar."

Tuan Daniel menatap putranya dengan serius. "Kamu yakin dengan keputusanmu ini, James? Ini bukan keputusan yang bisa diubah dengan mudah."

James mengangguk dengan mantap. "Aku yakin, Ayah. Aku telah memikirkan ini dengan matang. Aku akan memperjuangkan cintaku pada Alesya, apa pun yang terjadi."

Melihat keteguhan hati putranya, Tuan Daniel akhirnya menghela napas dan mengangguk pelan. "Baiklah, James. Jika ini memang pilihanmu, kami akan mencoba untuk mendukungmu. Tapi ingatlah, jalan di depan tidak akan mudah."

Nyonya Elizabeth tampak masih ragu, tetapi dia tahu bahwa James tidak akan mengubah keputusannya. "Kami hanya berharap kamu tidak akan menyesali keputusan ini, James."

James tersenyum, merasa sedikit lega. "Terima kasih, Ayah, Ibu. Aku tidak akan menyesal. Aku akan membuktikan bahwa cinta sejati lebih berharga daripada segalanya."

Setelah percakapan itu, James merasa beban di dadanya sedikit berkurang. Dia tahu bahwa perjalanannya masih panjang dan penuh tantangan, tetapi dengan cinta dan dukungan Alesya, dia yakin mereka bisa melewati semuanya.

Dengan hati yang lebih ringan, James meninggalkan ruang keluarga dan menuju keluar, memutuskan untuk segera menemui Alesya dan memberitahunya tentang perkembangan ini. Dia berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia akan melindungi hubungan mereka dan memperjuangkan cinta mereka, apa pun yang terjadi.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel