Bab 5 Perjodohan
Di kediaman keluarga Smith yang megah, suasana sore itu dipenuhi oleh aktivitas seperti biasa. Namun, di balik dinding-dinding megah dan dekorasi mewah, ada sebuah diskusi serius yang terjadi di ruang keluarga. Mr. dan Mrs. Smith duduk di sofa besar, sementara Isabella duduk di sebelah mereka, mendengarkan dengan cermat.
"Aku sudah berbicara dengan keluarga Hartford," kata Mrs. Smith sambil menyeruput teh hijaunya.
"Putri mereka, Clarissa, adalah wanita yang sangat cocok untuk James. Dia cerdas, berpendidikan, dan tentu saja, berasal dari keluarga yang setara dengan kita."
Mr. Smith mengangguk setuju. "Aku sudah mengenal keluarga Hartford selama bertahun-tahun. Mereka memiliki reputasi yang sangat baik, dan aku yakin Clarissa bisa menjadi pasangan yang sempurna untuk James."
Isabella menghela napas, merasa tidak nyaman dengan percakapan ini. "Tapi, Ayah, Ibu, kalian tahu bahwa James sedang menjalin hubungan dengan Alesya. Dia sangat serius dengan hubungan itu."
Mrs. Smith menatap putrinya dengan tajam. "Isabella, kita harus memikirkan masa depan James. Alesya mungkin wanita yang baik, tapi dia tidak cocok untuk menjadi bagian dari keluarga ini. Status sosialnya terlalu berbeda, dan kita tidak bisa mengambil risiko itu."
Isabella merasa bersalah, mengingat percakapannya dengan James dan Alesya. "Aku mengerti kekhawatiran kalian, tapi James benar-benar mencintai Alesya. Kita seharusnya memberikan mereka kesempatan."
Mr. Smith menggelengkan kepalanya. "Ini bukan hanya tentang cinta, Isabella. Ini tentang memastikan bahwa keluarga kita tetap terhormat dan stabil. Clarissa memiliki semua kualitas yang kita butuhkan dalam seorang menantu."
Mrs. Smith menambahkan, "Kita akan mengundang keluarga Hartford untuk makan malam minggu depan. Kita harus memastikan bahwa James dan Clarissa memiliki kesempatan untuk mengenal satu sama lain."
Isabella ingin membantah, tetapi dia tahu betapa keras kepala orang tuanya. Dia hanya bisa berharap bahwa James akan mampu menghadapi situasi ini dengan baik.
Pada saat yang sama, James baru saja tiba di apartemen Alesya setelah pertemuan mereka dengan Isabella. Dia merasakan ketenangan ketika berada di dekat Alesya, tetapi perasaan tegang di rumah keluarganya terus menghantui pikirannya.
"James, kamu kelihatan tidak tenang," kata Alesya saat mereka duduk di ruang tamu apartemennya.
"Apa yang terjadi?"
James menghela napas, mencoba menyusun kata-katanya. "Orang tuaku... mereka merencanakan sesuatu yang besar. Mereka ingin menjodohkanku dengan Clarissa Hartford."
Alesya merasa dadanya berdebar kencang. "Clarissa Hartford? Gadis kaya itu?"
James mengangguk. "Ya. Mereka berpikir bahwa dia adalah pasangan yang cocok untukku karena latar belakang keluarganya yang kaya dan berpengaruh. Mereka tidak peduli dengan perasaanku."
Alesya menundukkan kepala, merasakan campuran antara rasa sakit dan ketidakberdayaan. "Apa yang akan kita lakukan, James?"
James meraih tangan Alesya, menatapnya dengan penuh tekad. "Aku tidak akan membiarkan mereka memutuskan masa depanku. Aku mencintaimu, dan aku akan berjuang untuk kita. Kita akan menghadapi ini bersama, apa pun yang terjadi."
Alesya merasa sedikit lega mendengar kata-kata James. "Aku percaya padamu, James. Kita akan menghadapi ini bersama."
Dengan tekad yang kuat, James dan Alesya memutuskan untuk tidak menyerah. Mereka tahu bahwa jalan di depan penuh dengan tantangan, tetapi cinta mereka memberi mereka kekuatan untuk terus berjuang. Mereka akan mencari cara untuk meyakinkan keluarga James bahwa cinta sejati lebih berharga daripada status sosial atau kekayaan.
Di apartemennya yang sepi, Alesya duduk sendirian di ruang tamu. Cahaya senja yang temaram masuk melalui jendela, menciptakan bayangan panjang di dinding. Pikirannya berputar-putar tanpa henti, dipenuhi oleh kekhawatiran dan ketakutan.
"Apa yang akan terjadi jika James tahu semua tentang masa laluku?" gumam Alesya pada dirinya sendiri, suaranya hampir tidak terdengar. Dia tahu bahwa James mencintainya, tapi dia tidak bisa menghilangkan rasa takut yang terus menghantui.
Alesya berdiri dan berjalan ke jendela, memandang keluar tanpa benar-benar melihat apa yang ada di depannya. Kenangan masa lalunya sebagai wanita malam muncul kembali, mengingatkan akan semua rasa sakit dan keputusan-keputusan yang pernah dia buat. Dia merasa terperangkap antara masa lalunya yang kelam dan masa depannya yang penuh ketidakpastian.
"Bagaimana jika James meninggalkanku?" pikir Alesya dengan hati yang berat. "Bagaimana jika keluarganya berhasil memisahkan kami?"
Dia mengusap wajahnya dengan tangan, mencoba menyingkirkan pikiran-pikiran negatif itu. Tapi ketakutan itu terlalu kuat, terlalu dalam tertanam di dalam dirinya. Dia merasa seperti berdiri di tepi jurang, siap terjatuh kapan saja.
Ponselnya berdering, memecah keheningan. Alesya melihat nama James muncul di layar. Dengan ragu, dia mengangkat telepon itu.
"Halo, James," kata Alesya, suaranya bergetar.
"Halo, Alesya," suara James terdengar hangat dan menenangkan di seberang sana.
"Aku hanya ingin memastikan kamu baik-baik saja."
Alesya menghela napas, mencoba terdengar tenang. "Aku baik-baik saja, James. Hanya sedikit lelah."
"Aku mengerti," kata James lembut. "Aku hanya ingin kamu tahu bahwa aku ada di sini untukmu, apa pun yang terjadi."
Alesya merasa air mata mulai menggenang di matanya. "Terima kasih, James. Itu sangat berarti bagiku."
"Apakah kamu ingin aku datang?" tanya James dengan penuh perhatian. "Aku bisa berada di sana dalam beberapa menit."tawarnya dengan nada penuh kelembutan.
Alesya berpikir sejenak, lalu memutuskan bahwa dia membutuhkan waktu untuk merenung sendirian. "Tidak, James. Aku butuh waktu sendiri sekarang. Tapi aku benar-benar menghargai perhatianmu."
"Baiklah, Alesya. Jika kamu butuh apa pun, jangan ragu untuk menghubungiku. Aku mencintaimu."
"Aku juga mencintaimu, James," jawab Alesya dengan suara lembut.
Setelah mengakhiri panggilan, Alesya merasa sedikit lebih tenang, tetapi ketakutan itu masih ada. Dia berjalan kembali ke sofa dan duduk, menarik selimut ke tubuhnya. Dia tahu bahwa dia harus menghadapi masa lalunya dan menemukan cara untuk menerima diri sendiri, apa pun yang terjadi.
Malam itu, Alesya berbaring di tempat tidurnya, menatap langit-langit sambil memikirkan masa depannya dengan James. Dia tahu bahwa perjalanan mereka tidak akan mudah, tetapi dia bertekad untuk tidak menyerah. Dengan cinta James yang memberikan kekuatan, dia akan berusaha menjadi wanita yang pantas mendapatkan kebahagiaan dan cinta sejati.
"Esok hari akan menjadi awal yang baru," bisik Alesya pada dirinya sendiri. "Aku harus percaya pada cinta kita dan berjuang untuk itu."
"Tapi aku penasaran dengan bagaimana sosok Clarissa Hartford itu?"
"Pastinya dia sangat cantik, berpendidikan, pintar dan sebagainya.Aku dan dia mungkin saja bagaikan langit dan bumi.Pantas saja jika orang tua James menginginkan perempuan itu jadi pasangan James kelak?"
Alesya menghembuskan napas berat, berusaha menenangkan pikirannya. Dengan pikiran itu, Alesya menutup matanya dan mencoba tidur, berharap bahwa mimpi-mimpi buruknya tidak akan kembali mengganggunya malam ini.Tak berlangsung lama wanita cantik itu sudah terlelap ke alamat mimpi.