Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 7 Jadian

James berjalan dengan langkah mantap melintasi taman mansion menuju ke rumah Alesya. Hatinya berdebar-debar, tetapi dia merasa lega setelah membuat keputusan untuk mengungkapkan segalanya pada Alesya.

Saat dia tiba di depan pintu rumah Alesya, dia mengetuk dengan hati-hati. Beberapa saat kemudian, pintu terbuka, dan Alesya muncul dengan senyum ramah di wajahnya.

"James! Ada apa?" tanya Alesya, tampak penasaran.

James menarik napas dalam-dalam, mencoba menemukan kata-kata yang tepat. "Alesya, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan denganmu. Boleh aku masuk?"

Alesya mengangguk, mempersilahkan James masuk ke dalam rumahnya. Mereka duduk di ruang tamu yang nyaman, dan James memandang Alesya dengan penuh perasaan.

"Alesya, aku baru saja berbicara dengan orang tuaku," ucap James perlahan. "Mereka memiliki rencana untukku dan Clarissa, tetapi aku tidak bisa melanjutkannya."

Alesya menatap James dengan tatapan campuran antara kebingungan dan penasaran. "Kenapa? Apa yang terjadi?"

James tersenyum lembut. "Aku tidak memiliki perasaan romantis untuk Clarissa. Yang ada hanya rasa persahabatan. Aku sudah pasti bahwa aku mencintaimu, Alesya."

Mendengar pengakuan itu, Alesya terdiam sejenak, matanya memancarkan kebahagiaan yang tak terkatakan. Dia tersenyum lebar dan menggenggam tangan James dengan erat.

"James, aku juga mencintaimu," ucap Alesya dengan tulus. "Aku bahagia mendengarnya. Kita bisa melewati semua ini bersama-sama."

James merasa seolah beban besar telah terangkat dari pundaknya. Dia menatap Alesya dengan penuh rasa syukur dan cinta.

"Maukah kamu menjadi pacarku, Alesya?" tanya James dengan lembut.

Alesya tersenyum dan mengangguk mantap. "Ya, James. Aku mau."

Mereka berdua saling memeluk dengan erat, merasakan kebahagiaan dan kelegaan setelah mengungkapkan perasaan mereka. Dengan cinta yang mereka miliki, mereka yakin bisa menghadapi segala rintangan yang mungkin ada di depan mereka.

Dengan hati yang penuh cinta dan harapan, mereka melangkah maju dalam perjalanan baru mereka sebagai sepasang kekasih yang memilih untuk mengikuti hati mereka sendiri.

Beberapa hari setelah pengakuan cinta mereka, James merencanakan sebuah hari yang istimewa untuk Alesya. Dia ingin membuatnya merasa dihargai dan spesial setelah semua perjuangan yang mereka lewati. Pagi itu, James tiba di rumah Alesya dengan senyuman lebar di wajahnya, membawa sebuah keranjang piknik yang penuh dengan makanan favorit Alesya dan beberapa bunga yang indah.

"Alesya," kata James dengan penuh semangat saat Alesya membuka pintu, "Aku punya rencana spesial untuk hari ini. Bisakah kamu menghabiskan hari dengan aku?"

Alesya tersenyum cerah, merasa senang melihat James begitu bersemangat. "Tentu, James! Aku sangat senang."

Mereka berdua berjalan menyusuri taman kota yang indah, berbagi tawa dan cerita tentang masa lalu mereka. James membawa Alesya ke tempat-tempat yang memiliki makna khusus bagi mereka berdua, seperti tempat pertama kali mereka bertemu atau tempat favorit mereka untuk menonton matahari terbenam.

Saat siang hari beranjak, mereka menemukan spot yang sempurna di tepi danau, dikelilingi oleh pepohonan rindang dan sinar matahari yang lembut. James meletakkan selimut piknik di atas rumput hijau, sementara Alesya duduk dengan ceria di sebelahnya.

"Makanan favoritmu ada di sini," kata James sambil mengeluarkan makanan dari keranjang piknik. Mereka berdua menikmati makan siang mereka sambil bercanda dan bercerita tentang rencana masa depan mereka.

Ketika matahari mulai turun, James berdiri dan mengulurkan tangan ke Alesya. "Ayo, Alesya. Aku punya sesuatu untukmu."

Dengan penuh kelembutan, James mengeluarkan kotak kecil dari saku jaketnya. Alesya menatap kotak itu dengan heran, tidak menyangka akan ada hadiah setelah hari yang penuh dengan kejutan ini. Dia membuka kotak itu perlahan dan menemukan kalung berlian kecil yang berkilau di dalamnya.

"Aku ingin kamu tahu, Alesya," ucap James dengan mata penuh cinta, "Kalau aku siap untuk menghadapi semua hal bersama denganmu. Aku tidak pernah ragu dengan pilihan ini."

Alesya terdiam sejenak, terharu oleh kata-kata James dan tanda cinta yang dia berikan. Dia mengangguk, senyum terukir di wajahnya. "Terima kasih, James. Aku juga siap untuk semuanya bersamamu."

Mereka berdua saling memeluk di bawah langit senja yang indah, merayakan cinta mereka yang tumbuh dan menguat dari setiap tantangan yang mereka hadapi. Dalam pelukan mereka, mereka tahu bahwa mereka akan selalu memiliki satu sama lain untuk menghadapi masa depan yang penuh dengan kebahagiaan dan cinta.

"Beruntungnya aku bisa mengenal kamu James." gumam Alesya dalam hati.

Malam itu, setelah hari yang indah di tepi danau, James dan Alesya duduk bersama di teras rumah Alesya, menikmati suasana malam yang tenang. Bulan purnama menerangi mereka dengan lembut, menciptakan atmosfer yang romantis dan intim.

"Alesya," kata James dengan lembut sambil memandang wajah kekasihnya yang cantik itu, "Aku ingin tahu lebih banyak tentangmu. Tentang masa lalumu, tentang apa yang membuatmu menjadi dirimu yang luar biasa seperti sekarang."

Alesya tersenyum lembut, matanya memancarkan rasa syukur atas keberadaan James di hidupnya. Dia menggenggam tangan James dengan erat sebelum mulai berbicara dengan suara yang penuh emosi.

"James, kamu tahu, masa laluku tidak selalu cerah dan bersinar seperti sekarang," ucap Alesya perlahan. Dia menatap jauh, mengingat perjalanan hidupnya yang penuh dengan liku-liku yang sulit.

"Aku tumbuh dalam lingkungan yang tidak stabil.

Orang tuaku bercerai ketika aku masih muda, dan aku dibesarkan oleh ibuku sendiri yang harus bekerja keras untuk menghidupi kami berdua."

James mendengarkan dengan penuh perhatian, merasakan getaran emosi dalam kata-kata Alesya.

"Kemudian, ketika aku remaja, aku terjebak dalam lingkungan yang kelam dan kotor," lanjut Alesya dengan suara yang gemetar sedikit. "Aku mengalami masa-masa sulit dan membuat beberapa kesalahan besar dalam hidupku. Tapi aku belajar dari setiap kesalahan itu, James. Aku berjuang untuk menjadi orang yang lebih baik."

James menyentuh pipi Alesya dengan lembut, membiarkan dia merasa didengar dan diterima sepenuhnya.

"Alesya, kamu tidak perlu takut untuk berbagi dengan aku," kata James dengan lembut. "Aku mencintaimu apa adanya, dengan segala bagian dari dirimu. Masa lalumu tidak mengubah pandanganku padamu."

Alesya mengangguk perlahan, merasa lega bisa membagikan beban masa lalunya kepada James. Dia tersenyum penuh syukur.

"Terima kasih, James," ucap Alesya dengan penuh cinta. "Kamu adalah cahaya dalam hidupku. Bersamamu, aku merasa bahwa masa laluku tidak lagi menghantuiku. Aku merasa kuat dan dicintai."

James tersenyum hangat, merasakan hubungan mereka semakin dalam dan kuat setelah berbagi pengalaman yang intim ini. Dengan pelukan yang erat, mereka menikmati malam itu dengan penuh kedamaian dan cinta, siap menghadapi masa depan yang penuh dengan harapan dan kebahagiaan bersama.

Diam diam Alesya menangis dalam pelukan James. Wanita itu tak menyangka jika sang kekasih akan menerima dirinya. James mendorong pelan tubuh kekasihnya. Pria itu menatap wajah cantik Alesya.

"Kau menangis sayang?" tanya James.

"Aku minta maaf James. Apa kamu tak merasa jijik denganku?"

Deg

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel