Bab 3 Ketidaksetujuan Keluarga
Di ruang tamu yang luas dan mewah di kediaman keluarga Smith, Tuan Daniel Smith dan istrinya, Nyonya Elizabeth Smith, sedang duduk di sofa kulit yang empuk. Di depan mereka, api unggun yang menyala lembut memberikan kehangatan di malam yang dingin. Putri bungsu mereka, Isabella, duduk di sebelah mereka, mengaduk secangkir teh dengan tatapan berpikir.
"Aku dengar kak James semakin dekat dengan seorang wanita baru, Ma?" kata Isabella, menghentikan adukan tehnya sejenak.
"Namanya Alesya, kalau tidak salah."
Mr. Smith mengangkat alisnya. "Alesya? Nama yang asing. Apa kau tahu latar belakangnya, Isabella?"
Isabella mengangguk perlahan. "Aku mencoba mencari tahu sedikit. Dia bukan dari kalangan kita, Ayah. Dia berasal dari keluarga biasa, bahkan bisa dibilang miskin."
Mrs. Smith mengerutkan kening, tatapannya berubah serius. "James seharusnya lebih berhati-hati dalam memilih pasangan. Kita tidak bisa membiarkan seseorang dari kalangan rendah menjadi bagian dari keluarga kita."
Mr. Smith mengangguk setuju. "Benar, Elizabeth. Kita memiliki reputasi yang harus dijaga. Menantu dari kalangan miskin bisa merusak nama baik keluarga kita."
Isabella menatap kedua orang tuanya, merasa sedikit khawatir. "Tapi kak James tampaknya serius dengan Alesya. Dia jarang terlihat begitu tertarik pada seseorang. Apa yang harus kita lakukan ma?"
Mrs. Smith menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan pikirannya. "Kita harus bicara dengan James. Dia harus mengerti bahwa dia tidak hanya memilih untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk keluarga dan masa depan kita."
Mr. Smith mengangguk lagi, matanya bersinar dengan tekad. "Kita akan memberitahu James bahwa kita tidak setuju dengan hubungan ini. Dia harus memutuskan hubungan dengan Alesya, demi kebaikan semua orang."
Isabella menatap teh di cangkirnya, merasa sedikit bersalah karena telah membuka topik ini. "Aku hanya berharap kak James mengerti alasan kita. Aku tahu ini akan sulit baginya."
Mrs. Smith meraih tangan Isabella dan menggenggamnya erat. "Kita hanya ingin yang terbaik untuknya, sayang. James akan mengerti, pada akhirnya."
Malam itu, di kediaman keluarga Smith, keputusan telah dibuat. Mereka akan menghadapi James dan mengutarakan ketidaksetujuan mereka terhadap hubungan dengan Alesya, meskipun mereka tahu itu mungkin akan menyakiti putra mereka. Namun, bagi mereka, menjaga reputasi dan status keluarga adalah yang terpenting.
Pagi itu, suasana di kediaman keluarga Smith terasa tegang. James dipanggil ke ruang keluarga oleh orang tuanya, dan dia sudah bisa merasakan bahwa ini bukan pertemuan biasa. Dia duduk di sofa, berhadapan dengan Mr. Smith, Mrs. Smith, dan Isabella yang duduk di samping mereka, semua dengan ekspresi serius.
"James," kata Mr. Smith, membuka pembicaraan dengan nada tegas. "Ada sesuatu yang perlu kita bicarakan mengenai hubunganmu dengan Alesya."
James mengangguk, tatapannya penuh perhatian.
"Apa yang ingin kalian bicarakan, Pa?"
Mrs. Smith menatap putranya dengan tatapan lembut tapi penuh ketegasan. "James, kami telah mendengar tentang latar belakang Alesya. Dia bukan dari kalangan kita. Dia tidak berasal dari keluarga kaya dan berpengaruh."
James merasakan hatinya mulai berdegup lebih cepat. "Apa maksud Mama? Alesya adalah wanita yang luar biasa, dan latar belakangnya tidak mengubah fakta itu."
Isabella, yang merasa sedikit bersalah tetapi tetap pada pendiriannya, ikut berbicara. "James, kita hanya ingin yang terbaik untukmu. Kita harus mempertimbangkan masa depan keluarga ini dan bagaimana reputasi kita dipertaruhkan."
James menggeleng, tidak percaya dengan apa yang didengarnya. "Kalian tidak mengenal Alesya seperti aku. Dia pekerja keras, berani, dan memiliki hati yang tulus. Apa artinya semua kekayaan dan status itu jika kita tidak bisa bersama orang yang kita cintai?"
Mr. Smith mendesah, mencoba menahan kemarahannya. "James, kamu harus berpikir jernih. Kehidupan kita bukan hanya tentang cinta. Ada tanggung jawab dan kewajiban yang harus dipenuhi."
James berdiri, merasa darahnya mendidih. "Aku tidak percaya kalian bisa begitu dangkal. Mengapa status sosial lebih penting daripada kebahagiaan anak kalian sendiri? Aku mencintai Alesya, dan itu tidak akan berubah hanya karena kalian tidak setuju."
Mrs. Smith mencoba meredakan suasana, meski nadanya tetap tegas. "James, kami melakukan ini demi kebaikanmu. Kami ingin memastikan kau menikah dengan seseorang yang bisa membawa kebanggaan dan stabilitas dalam keluarga kita."
James menatap orang tuanya dengan mata berapi-api. "Alesya adalah kebanggaan bagiku. Dia telah melalui banyak hal dalam hidupnya dan tetap berdiri kuat. Aku tidak akan meninggalkannya hanya karena kalian tidak bisa melihat lebih jauh dari status sosial."
Isabella merasa simpati tapi juga takut akan reaksi James. "James, kami hanya mencoba melindungimu. Kami tidak ingin melihatmu terluka."
James menatap adiknya, lalu kembali menatap orang tuanya. "Kalian tidak melindungiku. Kalian hanya mencoba memaksakan pandangan kalian tentang apa yang benar dan salah. Tapi aku sudah dewasa, dan aku berhak memilih siapa yang kucintai."
Mr. Smith berdiri, menghadapi putranya dengan tatapan keras. "Jika kamu tetap keras kepala seperti ini, kamu harus siap menghadapi konsekuensinya. Jangan harap kami akan mendukungmu dalam hubungan ini."
James menghela napas, merasa sakit hati tapi juga semakin yakin dengan keputusannya. "Kalau begitu, aku akan menghadapi konsekuensinya. Aku tidak bisa meninggalkan Alesya hanya karena kalian tidak menyetujuinya."
Dengan itu, James berbalik dan berjalan keluar dari ruang keluarga, meninggalkan keluarganya yang terkejut dan marah. Dia tahu bahwa ini adalah awal dari pertempuran yang panjang, tapi dia siap untuk itu. Karena bagi James, cinta dan kebahagiaan sejati adalah yang terpenting, dan dia tidak akan membiarkan siapa pun menghalanginya untuk bersama Alesya.
James melangkah keluar dari rumah keluarganya dengan amarah yang membara. Di dalam hatinya, ada campuran antara kekecewaan, rasa sakit, dan tekad. Dia berjalan menuju mobilnya yang diparkir di depan rumah, membuka pintu dengan kasar dan duduk di kursi pengemudi. Ketika pintu mobil tertutup, dia merasa dunia di luar menghilang dan semua emosi yang dia tahan mulai meledak.
Dengan marah, James meninju setir mobilnya, berulang kali. "Sial!" teriaknya, frustrasi karena keluarganya begitu cepat mengetahui tentang hubungannya dengan Alesya. Dia menundukkan kepala ke setir, mengambil napas dalam-dalam mencoba menenangkan dirinya.
Dia menatap lurus ke depan, memikirkan Alesya dan bagaimana dia harus melindunginya dari semua ini. James tahu bahwa keluarganya akan terus berusaha menghalangi hubungan mereka, tapi dia tidak akan membiarkan itu terjadi. "Aku tidak peduli apa yang mereka pikirkan," gumamnya pada dirinya sendiri. "Aku akan melindungi Alesya, apapun yang terjadi."
James meraih teleponnya dan menghubungi Alesya. Ketika panggilannya tersambung, suaranya bergetar karena emosi. "Alesya, kita perlu bertemu. Sekarang juga!"
Alesya di seberang sana terdengar khawatir. "James, ada apa? Apa yang terjadi?"
"Tak perlu khawatir, aku hanya butuh bertemu denganmu. Aku akan menjemputmu di apartemenmu dalam lima belas menit."
"Baik, aku akan menunggumu," jawab Alesya dengan nada penuh kekhawatiran dan kasih sayang.
James mengakhiri panggilan dan menghidupkan mesin mobil. Dia melaju menuju apartemen Alesya dengan kecepatan yang lebih dari biasanya, seolah-olah dia ingin melarikan diri dari semua tekanan yang menimpanya. Dalam perjalanan, pikirannya terus berputar, mencari cara untuk melindungi hubungan mereka dari pengaruh keluarganya yang kuat.
Sesampainya di apartemen Alesya, dia bergegas keluar dari mobil dan berlari menuju pintu masuk. Alesya sudah menunggu di lobi, ekspresi wajahnya menunjukkan kecemasan yang mendalam. Ketika melihat James, dia segera menghampirinya dan memeluknya erat.
"James, ada apa? Kamu terlihat sangat terganggu," kata Alesya dengan suara lembut, mencoba menenangkan James.
James menarik napas dalam-dalam, menatap mata Alesya dengan penuh cinta dan tekad. "Keluargaku tahu tentang kita, Alesya. Mereka tidak setuju dan berusaha memisahkan kita."
Alesya terkejut, tapi dia tidak melepaskan pelukannya. "Apa yang akan kita lakukan, James?"
James menghela napas, mencoba menenangkan pikirannya yang kacau. "Aku tidak akan membiarkan mereka menghancurkan kita. Aku akan melindungimu, apapun yang terjadi. Kita akan menghadapi ini bersama, oke?"
Alesya mengangguk, matanya penuh dengan keyakinan. "Aku percaya padamu, James."
James merasakan kehangatan dari dukungan Alesya, dan itu memberinya kekuatan. Dia mengecup kening Alesya dengan lembut, merasakan kehangatan dan kasih sayang yang memancar darinya. "Kita akan menghadapi ini bersama, dan kita akan menang," katanya dengan suara penuh tekad.