Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 3

Dia bukan hanya mau mengadopsi anaknya Sarah, tapi juga melarangku melahirkan anak.

Aku pun mengusir Theo dengan penuh amarah.

"Pergi! Aku tidak mau melihatmu!"

Aku menutup pintu, membiarkan mereka berdua berdiri di luar.

Theo mengetuk pintu dengan keras, "Clara, kamu boleh memukul atau memakiku sesukamu, tapi anak ini tidak bersalah."

"Dia adalah anaknya wanita yang menyelamatkanku, bagaimana mungkin aku bisa meninggalkannya begitu saja! Seharusnya kamu bisa memahami perasaanku, kamu tidak bisa mengalah sedikit?"

"Tidak bisa, aku tidak akan setuju, kecuali aku mati!"

Setelah Sarah pergi, sekarang giliran anaknya yang muncul di antara kami berdua.

Bagaimana mungkin aku bisa mengalah lagi, apalagi kali ini aku harus mengalah seumur hidup.

Sesaat aku merasa sangat lelah, seakan-akan Sarah masih belum meninggal dan selalu menghantui kami berdua.

Theo juga seakan-akan menghilang, tidak pernah muncul lagi.

Suasana terasa sangat damai, seakan-akan tidak ada apa pun yang terjadi.

Tiga hari kemudian.

Pintu apartemenku digebrak-gebrak dengan keras, seakan-akan ada perampok yang mau masuk.

Ini sangat mengejutkanku.

Dari lubang pintu, aku melihat ibunya Theo yang bernama Bella datang.

Dari dulu ibunya tidak pernah menyukaiku yang tidak kaya dan tidak memiliki kekuasaan ini, di pesta pernikahan saat itu, dia juga pergi setelah Theo pergi, ini adalah pertama kalinya dia datang mencariku.

"Clara, kamu tahu aku tidak menyukaimu."

"Pada akhirnya aku mengizinkanmu menjadi bagian dari keluargaku hanya karena kamu memiliki satu kelebihan, yaitu baik hati."

"Sarah adalah penyelamat anakku, sebagai istri Theo, kamu harus menerima Leona."

Lagi-lagi penyelamat, kata ini sudah kudengar selama lima tahun.

Aku sudah mengalah berkali-kali hanya karena penyelamat ini.

Sekarang, aku sudah tidak bisa mengalah lagi, "Tidak akan!"

Dengan mata yang memerah, aku berkata, "Aku tidak akan mengadopsi anaknya Sarah."

Dengan datar Bella berkata, "Clara, kamu masih memiliki seorang adik laki-laki, ayahmu sudah tiada, dengan gaji ibumu yang sedikit itu, kapan dia bisa membelikan adikmu apartemen di kota?"

"Kamu tidak perlu mengkhawatirkan urusan keluargaku, yang pasti aku tidak akan setuju mengadopsi Leona, kamu pergi saja."

"Berarti kamu tidak menginginkan apartemen di tengah kota?" Bella tetap duduk di atas sofa sambil melihat kukunya sendiri.

"Mau! Mau! Clara, kenapa kamu tidak memiliki sopan santun sama sekali? Kenapa kamu bisa bersikap seperti itu pada ibu mertuamu?"

Dengan wajah yang kaku kulihat ibuku masuk ke dalam.

"Kami menginginkan apartemen itu!"

Sambil memegang tanganku, ibuku berkata, "Apa salahnya mengadopsi seorang anak? Keluarga Susanto adalah keluarga yang besar, mengadopsi sepuluh anak juga tidak masalah."

"Apalagi anak itu adalah anaknya penyelamat suamimu, kenapa pikiranmu sesempit itu?"

Pikiranku sempit?

"Apakah kamu tahu apa saja yang kulalui selama lima tahun ini?" Aku berusaha menahan air mataku agar tidak mengalir.

Ibuku, Lia tetap tidak peduli, apartemen di tengah kota sudah membuatnya tergiur, "Apakah kamu tahu bagaimana caraku membesarkanmu dan adikmu seorang diri? Kamu tidak bisa memikirkan kami berdua? Kamu seegois itu?"

"Apa salahnya kamu mengalah demi adikmu sendiri?"

Wajahku memucat, "Di hari pernikahanku, kamu juga berkata seperti itu."

Setelah Bella pergi, orang-orang terkemuka lainnya juga ikut pergi, hanya menyisakan orang-orang yang mau menertawakanku.

Apa yang kusarakan ketika aku harus menyelesaikan prosesi pernikahan seorang diri?

Lia pun merasa bersalah, "Clara, hanya kali ini saja, bantu ibumu untuk terakhir kalinya, kumohon padamu, aku benar-benar tidak sanggup membelikan apartemen untuk adikmu dan calon istrinya."

"Kalau kamu tidak setuju, merasa aku dan adikmu adalah beban, maka lebih baik kami mati saja." Setelah berbicara, dia pun bersiap-siap untuk melompat dari gedung.

Ucapannya ini seperti gunung yang menekanku, membuatku tidak bisa bernapas.

Selama lima tahun ini, Theo memintaku untuk mengalah, ibuku juga memintaku untuk mengalah.

Aku sudah mengalah hari demi hari, tahun demi tahun.

"Ibu." Pada akhirnya aku mengalah. "Mulai sekarang, aku akan mentransfer uang bulanan ke rekeningmu, tapi kita tidak perlu bertemu lagi, aku juga tidak akan melakukan pengorbanan apa pun demi kamu, kita sudah impas."

Awalnya Lia terlihat senang, tapi setelah mendengar apa yang kukatakan di belakang, dia pun langsung mematung.

Dia tidak menyangka aku benar-benar berani memutuskan hubungan dengannya hanya karena hal sekecil ini.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel