Pustaka
Bahasa Indonesia

Tak Sudi Jadi Istri Pengganti

6.0K · Tamat
radar_cerita
8
Bab
0
View
9.0
Rating

Ringkasan

Pada hari pernikahanku dengan Theo, hanya karena telepon dari seseorang yang merupakan penyelamat hidupnya membuatnya meninggalkanku sendirian di tempat pernikahan. Dia menghilang selama sebulan, dan ketika kembali, Theo tampak sangat lelah, seperti seseorang yang kehilangan pasangannya, dengan wajah penuh kesedihan. Dia menggandeng seorang gadis kecil berusia lima tahun dan memberitahuku, "Sarah sudah meninggal. Mulai sekarang, anaknya akan menjadi anak kita." Aku tidak setuju dan membuat keributan besar. Namun, aku justru mendapat kecaman dari semua orang. Mereka memuji Theo karena begitu setia dan berhati besar, sementara aku dianggap picik karena tidak bisa menerima anak seorang pahlawan yang telah menyelamatkan hidupnya. Mereka memaksaku untuk menerima anak itu dan melarangku memiliki anak sendiri. Mereka berkata kalau Sarah sebenarnya bisa selamat, tapi karena melahirkan, tubuhnya menjadi lemah. Theo tidak ingin aku mengalami penderitaan itu, apalagi jika sampai terjadi sesuatu padaku, dia tidak akan sanggup menanggungnya. Yang mengejutkan, orang tua Theo juga setuju. Awalnya, aku berpikir Theo melakukannya karena dia sangat mencintaiku dan tidak ingin aku terluka sedikit pun. Namun, kemudian aku menyadari bahwa anak itu sebenarnya adalah anak kandung Theo dan Sarah.

RomansaIstriPerselingkuhanPerceraianPengkhianatanKeluargaPernikahanMenyedihkan

Bab 1

Satu bulan setelah pesta pernikahan.

Aku masih menjadi bahan pembicaraan banyak orang.

"Belum juga terbang, dia sudah terjatuh, sungguh disayangkan dia gagal menjadi bagian dari Keluarga Susanto!"

"Orang yang tidak tahu diri sepertinya memang tidak layak terbang tinggi!"

"Benar juga, dia selalu mendekati Theo sampai kesal, bagaimana mungkin Theo mau menikah dengan wanita seperti itu."

"Pelayan yang dimiliki oleh wanita-wanita di lingkaran kita saja memiliki kedudukan yang lebih tinggi darinya, dia hanyalah wanita yang bermuka tebal."

"Yang dia inginkan hanyalah uang, Theo sudah pergi, tapi dia masih berani tinggal di apartemennya, sungguh tidak tahu malu."

"Dia bahkan menyelesaikan prosesi pernikahan seorang diri, bagaimana mungkin mukanya tidak tebal?"

Baik di acara perkumpulan, atau bahkan di depanku langsung, orang-orang ini selalu menghinaku tanpa ragu-ragu.

Aku hanya bisa menerimanya, karena aku memercayai Theo Susanto calon suamiku itu.

Karena Theo merawat wanita penyelamatnya, ada begitu banyak hal yang terjadi.

Setiap kali aku tidak tenang, atau bahkan mencurigainya, Theo selalu bisa menunjukkan bukti kalau Sarah hanyalah wanita yang pernah menyelamatkannya, sehingga aku bisa tenang.

Jadi, aku sangat memercayainya.

Sampai akhirnya Theo pulang.

Sesaat, aku hampir tidak mengenalinya lagi.

Bukan hanya tubuhnya yang menjadi sangat kurus, tapi dagunya yang bersih jadi berjenggot, seakan-akan dia mengalami sesuatu, membuatnya terlihat lebih dewasa, tapi kedua matanya terlihat sedih.

Theo merangkulku, tubuhnya masih sedikit gemetar, "Clara, aku sangat merindukanmu."

Dia memelukku erat-erat, seakan-akan takut aku menghilang dari hadapannya.

Setelah melihat tubuhnya yang kurus ini, hatiku melunak.

"Aku juga merindukan ...."

Sebelum aku selesai berbicara.

"Ayah, kenapa ayah memeluk bibi ini?"

Suara anak kecil yang malu-malu ini membuatku menyadari kalau ada seorang gadis berusia 5 tahun yang berdiri di samping Theo.

Kukira dia adalah anak tetangga yang bermain-main ke sini ketika kami berdua sedang berdiri di pintu apartemenku.

Aku pun mau mengelus-elus kepala gadis ini, dan memintanya untuk jangan memanggilnya ayah hanya karena Theo tampan.

Dulu hal seperti ini juga pernah terjadi, tapi di saat itu Theo dipanggil kakak, mungkin perawakan Theo saat ini terlihat seperti seorang bapak-bapak.

Tapi, sebelum tanganku menyentuh kepalanya, Theo sudah menariknya ke belakangnya, seakan-akan sedang melindungi harta karun yang berharga.