Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Chaos

Penthouse mewah berukuran lima ribu delapan ratus square foot ini terdiri dari tiga lantai, dengan lima kamar tidur, delapan kamar mandi, dua dapur, satu office, satu library, seribu empat ratus square foot living room, a rooftop garden dan tentu saja breathtaking views, Million dollar views. Harga penthouse milik Jonathan dibandrol dengan harga USD 34,5 million.

Setelah mandi Jonathan melahap hingga tak bersisa Linguine alle vongole dan Parmigiana Chicken pesanannya.

Kemudian bergegas tidur.

***

Kantor pariwisata Gedung A bagian perencanaan.

Seminggu kemudian...

“Apa kau sudah mengeceknya lagi? Apakah semuanya sudah siap? Kau yakin tidak ada yang terlewat Linda?” tanya Mona sembari memeriksa beberapa laporan.

“Akan aku cek lagi Mon.” jawab Linda

“Alan coba kau periksa lagi apakah pakaian tradisionalnya sudah lengkap? Para penari dan para pengisi acara juga lengkap kan?” kini pertanyaan Mona ditujukan pada Alan.

“Akan aku hitung dan kuperiksa lagi Mon.” Jawab Alan sambil bergegas menuju warehouse yang ada di gedung B.

“Frans, kemarin kita sudah mencicipi tester makanan yang akan dihidangkan. Bagaimana menurutmu? Kalau menurutku itu lumayan enak. Apakah kau berhasil menekan harganya? Kita tidak bisa over budget frans.” Tanya Mona kepada Frans.

“Ya aku sudah mencicipinya, dan menurutku juga enak. Catering itu memang khusus menyajikan masakan tradisional. Kita sudah nego harga agar sesuai dengan budget, untunglah kita mencapai kesepakatan.” Jawab Frans sembari memegang selembar laporan keuangan.

“Lalu bagaimana dengan catering yang satunya? Apakah enak? itu catering makanan western. Karena sangat sibuk kemarin aku jadi tidak sempat mencicipinya” Tanya Mona sembari menatap kearah Frans.

“Enak Mon, linda, alan dan owen saja sampai nambah hahaha…” jawab frans sambil tertawa.

“Kau yakin kan jumlah pesanan nya cukup? Jangan sampai kita kehabisan makanan nanti. Nama baik tim kita dipertaruhkan disini hanya gara-gara makanan."

“Kita sudah memesan untuk dua ratus tamu undangan, sementara tamu yang diundang hanya seratus, jadi harusnya soal stok makanan aman mon.”

“Owen untuk tempat, Lingkungan, kursi, outdoor air conditioner dan lainnya bagaimana?” kini pertanyaan dilemparkan kepada owen yang sedari mengecek laporannya di komputer.

“Semuanya sudah confirm Mon, setelah ini akan aku pastikan lagi. lingkungan aman” jawab owen.

“Good” jawab Mona

Rencananya acara akan digelar di salah satu area yang memiliki bangunan bersejarah dengan view pegunungan di negaranya. Mona sengaja memilih tempat ini, Ia ingin memperkenalkan lokasi ini kepada para tamu dari negara lain. Besok acara akan digelar pukul sepuluh pagi hingga selesai.

Mona menarik nafasnya dalam-dalam kemudian membuang nafasnya pelan-pelan. Ini bukan yang pertama bagi Mona tapi level stress dan nervous nya sama. Aku akan melakukannya dengan baik.

Yah besok adalah hari dimana acara memperkenalkan Culture dan budaya milik negaranya di gelar, Mona dan tim sudah mempersiapkan ini dari sebulan sebelum meeting digelar. Karena Mona yakin bahwa tim nya yang akan terpilih memegang project ini. Seminggu belakangan ini adalah hari-hari tersibuk di kantornya. Mulai dari rehearsal, mengirimkan invitation, memastikan kehadiran tamu undangan, makanan, tempat dan lain sebagainya.Mona memang cukup perfectionist walaupun sedikit ceroboh.

Waktu sudah menunjukan pukul sembilan malam, Mona dan tim masih berada di kantornya, mereka masih berkutat dengan persiapan besok.

“Baiklah mari kita pulang sekarang, kita harus istirahat untuk acara besok. Terima kasih ya kalian sudah bekerja keras, aku sangat menghargai kalian semoga acara ini berjalan lancar.”

Mona yang memberikan semangat kepada tim nya. Yang dibalas dengan senyuman dari rekan satu tim nya, sambil menepuk pundak mona kemudian pulang kerumah masing-masing.

***

Hari H acara Culture dan Budaya.

Pukul sembilan tiga puluh para tamu undangan mulai berdatangan, mula dari para delegasi negara tetangga, pejabat pemerintahan, pengusaha dan lainnya. Beberapa wartawan televisi nasional, majalah dan koran juga sudah berkumpul dari jam delapan pagi. Mona dan tim juga sudah berada di lokasi sejak pukul tujuh pagi untuk finishing check.

Acara dimulai tepat pukul sepuluh pagi sesuai dengan jadwal, diawali dengan kata sambutan dari Direktur Kepala bidang pariwisata, kemudian dilanjutkan dengan Mona yang naik ke atas podium. ya… Mona yang bertugas memandu acara hari ini. Linda, alan, frans dan Owen mengawasi jalannya acara. Manajer hans duduk di antara para tamu undangan. Sejauh ini acara berjalan dengan lancar.

Cuaca yang cerah, pemandangan yang indah, makanan yang enak, hiburan tari-tarian tradisional dan beberapa kesenian tradisional . para tamu merasa puas, termasuk mona dan tim. Acara yang sebentar lagi akan usai ini berlangsung sesuai dengan jadwal yang sudah disusun oleh Mona dan tim.

Tanpa disadari, Terdapat satu sarang lebah yang cukup besar pada sebatang pohon di area tempat acara berlangsung. Dua orang pelayan yang sedang beristirahat di bawah pohon tempat sarang lebah itu bertengger malah bercanda sambil menendang batang pohon itu tanpa tahu apa yang mereka perbuat dopat menimbulkan kekacauan besar.

Bzzzzzz bzzzzzz bzzzzzz…

lebah yang merasa terganggu dan terancam keluar dari sarangnya jumlahnya tak terhitung. Kedua pekerja yang melihatnya lari tunggang langgang kearah acara yang sedang berlangsung. Ditambah adanya aroma makanan membuat lebah yang jumlahnya tak terhitung mala menyerang para tamu undangan. Semua tamu lari tunggang langgang dan berhamburan berusaha keluar dari area lebah zone.

Banyak tamu undangan yang tersengat lebah, tak terkecuali pak direktur dan Mona. Para wartawan yang meliput pun berlarian sambil terus merekam kejadian naas itu, mona dan tim terus membantu para tamu untuk menyelamatkan diri. Mereka saling memandang tak percaya dengan yang terjadi.

Bzzzzzz bzzzzz bzzzzz...

“Cepat kalian panggil pembasmi serangga atau apalah, lalu segera hubungi 911” Mona berteriak kepada timnya karena memang keadaan sudah sangat kacau.

“Awwwww…” Mona memekik kesakitan karena disengat lebah pada bagian lehernya.

“Kau tak apa Mon” tanya Linda

“Ya aku tak apa, cepat kita bantu yang lainnya” perintah Mona.

Akhirnya, Mobil ambulance berdatangan dan di ikuti mobil pembasmi serangga. Mona dan tim duduk lemas di area luar tempat acara tadi berlangsung, padahal sebentar lagi acara akan usai. Acara yang tadinya berlangsung lancar berubah menjadi war zone, Mona dan tim tak pernah membayangkan hal ini akan terjadi. Dipikiran Mona saat ini hanya tentang keselamatan para tamu, dia tidak peduli akan sanksi yang akan dia dan tim nya terima.

Para tamu undangan sudah dibawa kerumah sakit, Mona dan tim kembali ke kantor. Mereka dipanggil oleh pak manager Hans kata Pa manajer kami disuruh menghadap ke ruangan pak kepala departemen. Dengan wajah berantakan dan baju yang kotor Mona dan tim datang sesuai perintah pa manager Hans.

Di Dalam ruangan Pak kepala Mona dan tim sudah pasti dimarahi habis-habisan, terutama Mona yang menjadi penanggung jawab acara. Mona dan tim hanya bisa menundukan kepalanya sambil memohon maaf. Setelah Satu jam mereka berada didalam ruangan mereka keluar dengan gontai.

“Maafkan aku Mona.” kata owen dengan suara lirih yang merasa bersalah, karena itu tugas owen memeriksa area acara.

“Ini bukan salahmu owen, tidak apa aku kan penanggung jawabnya. Kau tidak perlu merasa bersalah, hmmmm” jawab Mona sambil tersenyum.

Linda, Alan, Frans dan owen merasa kasihan pada Mona yang memang tadi paling banyak dimarah. Pak Hans yang ada disitu memandang Mona, pak hans sebetulnya merasa kasihan tapi dia juga marah.

“Mona kau sudah tahu kan konsekuensinya” tanya Pa Hans sambil menatap Mona.

“Ya pak hans” Jawab Mona.

“Aku percaya padamu, tapi kau mengecewakan ku Mona. aku tahu kau sedikit ceroboh tapi kenapa hal itu bisa luput dari pandanganmu, acara seperti ini kan sudah sering kau tangani. Aku hanya tak habis pikir mona.” Kata pak Hans dengan wajah marah.

“Kalian pulang lah” sambung pak hans.

Mona membuang nafas kasar, kemudian pergi menuju parkiran bergegas meninggalkan area gedung perkantoran. Mona hanya ingin sendiri saat ini, pikirannya sangat kacau. Dia melajukan mobilnya ke arah sebuah Club di ibu kota, Mona jarang pergi ke Club kalau bukan karena ada masalah dia lebih memilih pulang kerumah dan membaca novel kesukaannya.

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel