Ringkasan
Aku menunggu pangeran berkudaku. Hanya karena Mona ingin membalas perbuatan sahabat dan cinta pertamanya, Mona sampai harus berbohong. Tapi karena Kebohongannya itu Mona jadi bisa bertemu dengan Jonathan Pria tampan dengan wajah seperti pahatan Karya seni, wajahnya memang anugrah Dari sang pencipta Dia pangeran Berkuda Yang tadinya hanya bisa kulihat dari majalah bisnis. Apakah dia benar-benar Jodohku...
Monalisa
Namaku Monalisa. Aku adalah seorang anak tunggal, ibuku Lily meninggal dunia saat usiaku sepuluh tahun, Ibuku meninggal karena penyakit kanker yang dideritanya. Aku hanya ingat saat itu ibu terlihat sangat kesakitan, tubuh ibu menjadi kurus, wajahnya pucat, rambut ibu yang indah berubah, kemudian Ibu meninggalkan aku dan ayah untuk selamanya. Selama ini hanya ada aku dan ayah. Ayahku bernama Steve dia adalah dosen ilmu Hukum di salah satu universitas ternama di ibu kota.
Ada cerita dibalik namaku, Asal usul mengapa mereka memberi namaku Monalisa. begini ceritanya saat mengandung, ibuku menyukai karya seni lukis dari seniman asal italia Leonardo da Vinci, ya lukisan Monalisa adalah Lukisan yang ibuku kagumi jadi ayah dan ibu memutuskan memberikan nama padaku Monalisa Tetapi karena namaku, teman-teman di sekolah sering menjadikan ku bahan olok-olok mereka. Tenang mereka tidak membully ku. orang tuaku memanggilku Mona.
usiaku 24 tahun saat ini, aku adalah seorang Pegawai negeri bagian pariwisata. Sudah dua setengah tahun aku bekerja disini, menjadi pegawai negeri adalah impianku. Aku bekerja keras untuk bisa diterima sebagai pegawai negeri. Aku belajar siang dan malam tak kenal lelah. Sampai-sampai cinta pertamaku direbut oleh teman baikku sendiri Cindy, disaat aku berjuang mengikuti ujian test penerimaan pegawai negeri tiba-tiba saja Mora datang memberitahu padaku, jika dia baru saja menyatakan cintanya pada senior Pria yang selama tiga tahun aku cintai secara diam-diam. namanya ka gio. Betapa hancurnya hatiku saat mendengar pengakuan Cindy. betapa tidak, dia tahu semuanya, tentang perasaanku untuk ka Gio tapi dia menusukku dari belakang.
Sejak saat itu hubungan ku dan Cindy merenggang. Kami sudah tidak berkomunikasi sampai dengan saat ini. Aku lebih memilih untuk fokus pada pekerjaanku. Yang kudengar mereka sudah menikah. apakah aku membencinya? Bohong kalau aku bilang tidak membencinya, aku ini kan hanya manusia biasa. Apa aku masih menyimpan rasa untuk ka Gio? Aku juga tidak tahu pasti. mungkin saja masih ada. Bagaimanapun juga dia adalah cinta pertama ku. Tapi hidup harus terus berjalankan aku tidak bisa terus terpuruk dalam kesedihanku.
Dua setengah tahun aku habiskan dengan bekerja dan membaca novel. aku menyukai novel romantis, novel dengan jalan cerita seperti kisah Cinderella. Kau tahu gadis yang dipersunting oleh seorang pangeran kaya raya, aku ingin seperti cinderella. Tapi itu semua hanya ada di sebuah film dan buku novel saja.
Mona dikenal karena wajahnya Yang cantik. Gadis cantik bermata biru tak hanya itu Mona juga sangat pintar. kekurangan dia hanya satu dia gadis Yang ceroboh. Sebetulnya banyak yang menyukai Mona bahkan tak jarang dari mereka menyatakan cinta padanya. Semua karena Mona gadis yang cantik, kulit putih seperti susu, mata bulat berwarna biru, rambut hitam panjang dan lurus, Hidung yang kecil dan mancung, Bibir tipis berwarna pink, dagu yang runcing, bulu mata yang lentik dan tinggi tubuh yang ideal. Dia juga gadis yang pintar tentu saja dibuktikan dengan lolos test untuk pegawai negeri hanya pada percobaan pertamanya.
Walaupun banyak yang menyatakan cinta padanya Mona memilih untuk sendiri terlebih dahulu. Jika aku menikah bagaimana dengan ayahku. pasti selama ini ayah tidak mencari pengganti ibu karena memikirkanku, ayah bisa saja menikah lagi tapi ayah memilih membesarkanku seorang diri. Aku akan menikah dengan pria yang disetujui oleh ayahku.
***
Waktu menunjukan pukul tujuh pagi.
Tok tok tok…
“Mona bangun, kau tidak bekerja hari ini? Sekarang sudah pukul tujuh.” suara ayah terdengar dari balik pintu sambil mengetuk pintu kamarku, mencoba membangunkan anak gadis satu-satunya ini.
“Mona apa kau membaca komik sampai pagi lagi?” suara ayah semakin keras terdengar.
Tok tok tok… suara ketukan semakin keras.
“Mona ayah akan buka pintu kamarmu dengan kunci cadangan jika kau tidak juga bangun, apa kau mau dipecat? Kalau kau dipecat kau mau kerja apa Mona, kalau kau dipecat lebih baik kau menikah saja.” suara ayah yang kini lebih pelan.
Saat ingin mengetuk pintu kamarku lagi, aku sudah lebih dulu membuka pintu kamarku. Sambil menguap lebar-lebar, rambut yang masih acak-acakan, pakaian tidur kebesaran dan tangan yang menggaruk-garuk kepala yang tak gatal. Ayah terbelalak melihat penampilan anak gadisnya ini.
“Bagaimana mau ada pria yang datang melamarmu jika kau seperti ini” ayah bergumam dan menggelengkan kepalanya sambil melihat keadaan anaknya dari ujung kepala hingga ujung kaki.
“Iya iya ayah aku bangun, sekarang kan baru jam tujuh, aku masih punya waktu satu jam untuk mandi dan sarapan. Sudah kubilang aku tidak membaca komik lagi ayah aku bukan anak kecil, kini aku membaca Novel” jawab Mona dengan santainya.
“Aku tidak masalah jika tak ada pria yang datang melamarku ayah, itu berarti seumur hidupku akan menjaga ayah” sahut Mona sambil mengalungkan tangannya ke leher sang ayah kemudian mencium ujung kepala ayah yang beruban.
“Kau ini…. Tidak boleh sembarangan bicara. Kalau kau masih sembarangan bicara bagaimana jika ayah menjodohkanmu dengan anak teman ayah semasa kuliah dulu? Apa kau mau?” tanya ayah sambil tersenyum kearah Mona. belum sempat Mona membalas ayah sudah bicara lagi.
“Sudah sana cepat mandi, sarapan sudah ayah siapkan di atas meja” ayah berbicara sambil melangkahkan kakinya menuju ruang makan, sambung ayah.
“Aku dijodohkan? nanti saja jika aku benar-benar sudah putus asa. Jika aku tidak menemukan pangeran berkudaku ayah” Mona menjawab sambil mengambil handuk yang kemudian dikalungkan di lehernya lalu berjalan sempoyongan menuju kamar mandi.
Hanya ada Mona dan ayah saat ini, Ayah yang bertugas membuat sarapan, sementara Mona bertugas mencuci piring. Mona yang mencuci pakaian maka tugas ayah adalah yang menjemur pakaian. Sudah seperti ini sejak kematian ibu empat belas tahun lalu. kami berdua hidup untuk saling menguatkan. Aku tahu ayah sangat bersedih ketika ibu meninggal, tapi ayah berusaha untuk tidak menunjukkannya padaku. Begitupun diriku, aku juga sangat sedih saat ibuku meninggal tapi aku tidak mau ayah melihatku bersedih.
Setelah selesai mandi, mona yang memilih mengenakan atasan kemeja oversize, rok span selutut, outer parka motif camo dan heels lima centi berwarna nude. Rambutnya ia biarkan tergerai begitu saja dengan bagian poni yang masih ia roll, mona hanya menggunakan bedak dan lip tint berwarna pink. Mona terlihat sangat cantik, bahkan menurut orang-orang di kantornya, jika Mona mengenakan seragam sekolah orang-orang pasti akan percaya jika dia masih sekolah.
“Sarapan apa kita pagi ini ayah, aku harus makan dengan cepat tapi juga harus kenyang karena jam sembilan nanti ada meeting dengan beberapa pejabat, jika sudah meeting dengan mereka biasanya aku tidak akan sempat makan siang.” tanya Mona sembari membuka tudung saji dimeja makan.
Sarapan yang ayah buatkan hari ini lebih ke arah bukan sarapan, tapi ini seperti menu lengkap. Ada tumis brokoli, wortel dan sosis, Ayam goreng kesukaanku, dan beberapa makanan pendamping. Kemudian Mona makan dengan lahap dan makan secepat kilat. Setelah selesai makan Mona minum segelas susu dan air putih lalu bergegas untuk bekerja.
“Ayah kau memang ayahku yang terbaik, terima kasih untuk makanannya ayah. Aku berangkat ya, aku menyayangimu.” Mona mengucapkan terima kasih lalu mencium puncak kepala ayah yang beruban itu, lalu meraih tas dan kunci mobil kemudian pergi meninggalkan ayahnya yang sebentar lagi juga akan berangkat untuk mengajar.
Mona menyalakan mobil nya, mobil keluaran jepang ini baru saja ia lunasi pembayarannya Setelah mencicil selama dua setengah tahun. Saat di dalam mobil mona lebih memilih mendengarkan lagu-lagu kesukaannya, sambil tak jarang ia ikut bernyanyi dan menggoyangkan kepalanya.
***