Bab 05. Senam Jari
Saat ini galang bersama riko sedang duduk santai di ruang keluarga. sedangkan hana sedang membereskan piring kotor bekas mereka makan.
"Kamu suka merokok kan, Lang?" tanya riko yang sedang menikmati sebatang rokok.
"Eeh.. nggak kok, om" bohong galang. padahal galang memang sering merokok, namun ia tidak berani merokok didepan keluarganya karna memang ia belum di izinkan merokok.
"Halaah... gak usah bohong, kamu. om tau, kamu suka merokok" ujar riko.
"Darimana om, tau" ujar galang menatap riko.
"Nah.. benarkan, kamu sering merokok" ujar riko menatap galang.
"I-iya.. sih, om" ujar galang cengengesan.
"Ngaku juga kan, kamu" ujar riko.
"Darimana om, tau. perasaan galang merokok selalu sembunyi sembunyi deh" ujar galang yang akhirnya mengakui.
"Eeh.. Lang. kamu itu sering keluyuran malam, nongkrong sana sini. udah pastilah kamu sering merokok. gini gini, om juga tau pergaulan anak jaman sekarang" ujar riko.
"Iya iyah, galang emang sering merokok" ujar galang.
"Ya sudah, karna kamu sudah mau jujur. kamu boleh merokok. om gak akan bilang sama ayah dan ibu kamu" ujar riko.
"Haah.. serius nih, om" ujar galang tak percaya.
"Iyah, selama tinggal disini, kamu boleh merokok. tapi om minta, kamu jangan pernah pakai barang-barang terlarang. kamu ngerti kan?" ujar riko.
"Ngerti, om. lagian galang gak pernah nyentuh barang begituan" ujar galang yang memang tidak pernah memakai barang seperti itu.
"Oke, awas saja kalau sampai om dengar kamu pakai yang begituan. om langsung pulangin, kamu" ancam riko.
"Siap, om. galang janji, gak bakalan pakai barang kayak gitu" ujar galang.
"Berarti, galang boleh merokok nih, om" ujar galang tersenyum menatap riko.
"Hem.." riko mengangguk.
Galang pun langsung meraih bungkus rokok milik riko, dan mengambilnya satu batang, lalu membakarnya.
"Fuuhh... mantap.." ujar galang mengeluarkan kepulan asap dari mulutnya.
"Ya.. mantaplah, rokok gratis" ujar riko.
hehe.. galang hanya cengengesan.
"Oyah.. nanti kalau om sudah pergi, kamu jangan sering keluyuran malam. tante kamu itu penakut, dia gak berani sendirian dirumah kalau malam" ujar riko.
"Siap.. om. paling juga keluyurannya kalau malam minggu doang" ujar galang.
"Oke, gak masalah. tapi jangan pulang terlalu malam. kasihan tante kamu" ujar riko.
"Siap, bos.." saut galang sambil hormat kearah riko.
"Oyah.. ngomong-ngomong, motor ducatinya mana, om. kok tadi aku gal liat ada motor di garasi" ujar galang.
"Memangnya siapa yang beli motor ducati" ujar riko.
"Heeh.. jadi, om bohongin galang" ujar galang menatap riko.
"Hahaa.. becanda kali. noh,, garasi motor ada di sebelah kiri rumah, gak di satuin sama mobil" ujar riko.
"Serius nih, gak bohong" ujar galang menatap curiga kearah riko.
"Memangnya, kapan om kamu pernah bohong," ujar riko.
"Kalau gak percaya, liat aja sendiri. kunci garasinya ada di laci yang di bawah tv" lanjut riko.
"Iya iyah percaya. tapi bentar deh, sebat dulu" ujar galang kembali menghisap sebatang rokok di tangannya.
Riko hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan keponakannya itu.
"oyah... besok kamu, kesekolah sama tante hana yah... soalnya besok, om sibuk. harus berangkat pagi" ujar riko.
"Siap bos.." saut galang.
"Awas, jangan ikut tawuran dan jangan sering bolos" ujar riko.
"Siap.. tapi gak janji yah" ujar galang menatap riko sambil cengengesan.
"Nih.. kalo sering ikut tawuran dan bolos" ujar riko memperlihatkan kepalan tangannya kepada galang.
"Haha.. bercanda bos.." ujar galang.
Setelah menghabiskan sebatang rokok, galang langsung menuju garasi untuk melihat motor impiannya itu.
*
Malam pun tiba. pukul sebelas malam, galang masih berada diruang keluarga sendirian. sedangkan riko dan hana sudah berada didalam kamarnya.
"Aarrgghh... kalah mulu" kesal galang yang kalah bermain game melalui ponselnya.
Galang menyudahi permainan gamenya, dan meletakan ponselnya di atas meja.
"Baru juga jam sepuluh, udah sepi gini. udah kayak rumah kosong ajah" gerutu galang sambil menyalakan sebatang rokok.
"Malam-malam gini, enaknya ngopi dibalkon nih" gumam galang melangkah memuju dapur untuk membuat kopi.
Galang melangkah menaiki anak tangga sambil membawa segelas kopi ditangannya.
Aahh... aahh... aahhh...
Terdengar jelas suara dari arah kamar riko dan hana.
"Waah... ada yang lagi perang nih!!!" gumam galang senyam senyum sendiri.
Dengan melangkah hati-hati, galang melewati pintu kamar riko dan hana. galang meletakan kopi yang ia bawa diatas meja kayu yang berada dibalkon, dan galang pun duduk dikursi kayu yang ada disana.
Aahh... aahh... aahhh.... aaahhh....
Suara hana masih terdengar jelas oleh galang.
"Buset dah.. berisik banget sih, yang lagi perang" gerutu galang yang dedek gemoy nya mulai terbangun dari tidurnya.
Namun tak lama kemudian suara perang itu pun akhirnya tidak terdengar lagi.
"Huuff... selesai juga tuh" gumam galang menyeruput kopinya, lalu kembali menyalakan sebatang rokok untuk menenangkan dirinya yang mulai gelisah karna suara hana.
"Gimana rasanya yah, enak-enak sama tante hana" gumam galang sambil membayangkan bermain perang dengan hana.
Sedangkan didalam kamar, riko dan hana berbaring bersebelahan dengan keadaan tidak memakai apapun.
"Kamu kenapa, sayang?" ujar riko kepada hana yang terlihat cemberut.
"Aku gak apa-apa. aku cuma capek saja" ujar hana tersenyum melirik riko.
"Ooh.. ya sudah... kalau capek, kamu langsung tidur saja. aku juga capek dan sudah ngantuk" uajr riko.
Hana tersenyum, setelah itu mengalihkan pandangannya kearah lain. "Nyebelin banget sih. belum juga sampai sepuluh menit, udah keluar. mana aku masih belum sampai lagi" gerutu hana dalam hati.
Saat ini hana belum terpuaskan. bahkan ia belum keluar sama sekali, tapi riko sudah keluar duluan. begitulah riko, selama ini hana memang tidak pernah terpuaskan oleh riko, karna suaminya itu saat bercumbu hanya tahan dalam waktu kurang dari lima menit. sehingga hana sering sekali kecewa dan harus melampiaskan nya sendiri, menggunakan jari.
Setelah riko tertidur. hana beranjak dari posisinya, dengan hanya mengenakan lingerie, hana keluar dari dalam kamar tanpa menyadari ada galang yang duduk dibalkon.
Hana keluar dari dalam kamar, ia berjalan menuruni tangga. tujuannya adalah dapur, untuk menghilangkan rasa hausnya.
"Kayaknya, galang sudah tidur deh" batin hana. matanya celingukan kesana kemari untuk memastikan jika halang tidak ada dilantai bawah.
"Aman.." hana langsung mengambil minum. setelah minun, hana menuju ruang keluar dan duduk disana.
Hana menjatuhkan tubuhnya diatas shofa panjang. lalu ia menaikan kedua kakinya keatas shofa. setelah celingukan, hana melepaskan lingerie yang ia kenakan sehingga kini tidak ada lagi kain yang menutupi tubuhnya.
Hana mulai memainkan jari tangan kanannya diarea goa miliknya. sedangkan tangan kirinya memainkan balon air miliknya. inilah yang dilakukan hana, setelah bercumbu dengan suaminya. ia selalu mrlanjutkannya dengan bersolo karir, karna riko tidak pernah membuatnya puas.
Eeuummhh.... Aaahhh.....
Suara hana mulai memenuhi ruang keluarga. kedua tangannya sibuk dengan perannya masing-masing.
Aahh... aahh... aahhh... aaahh....
Suara hana terdengar begitu berisik diruangan. namun untungnya saat ini galang sedang berada dibalkon, sehingga ia sama sekali tidak mendengar suara yang bisa membuat dedek gemoynya itu kembali terbangun.
Tak terasa jam sudah menunjukan hampir pukul dua belas malam. galang yang sudah menghabiskan kopinya itu masuk kedalam dan turun menuju lantai bawah untuk menyimpan gelas kotornya didapur.
Hhuaa...... Aaaaa......
Galang dan hana berteriak, mereka sama-sama kaget karna berpapasan saat berada dipintu menuju dapur.
"Tante.. ngagetin ajah. untung gelasnya gak jatuh" ujar galang dengan jantung yang berdebar debar karna kaget. oleh penampilan hana yang mirip kuntilanak karna memakai lingerie putih dan rambut panjangnya acak-acakan.
"Kamu ngapain malam-malam gini belum tidur?" tanya hana.
"Mau naruh gelas, tadi habis ngopi dibalkon" jawab galang.
"tante sendiri lagi apa? kok jam segini belum tidur?" tanya galang.
"Em... tante.. habis minum" jawab hana gugup.
"Ya sudah.. tante mau balik lagi kekamar yah" ujar hana langsung melangkah meninggalkan galang.
"Kira-kira , galang tadi liat aku lagi begitu gak yah!!" gumam hana merasa khawatir jika aksinya tadi dilihat oleh galang.