Bab 04.
Hana terlihat begitu bahagia karna ini adalah pertama kalinya ia berjalan mengelilingi kota dengan menggunakan motor.
Setelah puas menikmati jajanan dan berkeliling kota, galang dan hana pun pulang. mereka sampai di rumah, hampir jam dua belas malam.
Galang memarkirkan motor sportnya di garasi rumah. Hana turun dari motor galang, kemudian di ikuti oleh galang.
"Lang. bukain dong" ujar hana meminta galang membukakan helm yang ia pakai.
Galang langsung melepas pengait helm yang hana kenakan, lalu galang melepaskannya.
"Makasih banyak yah, lang. alu senang banget malam ini" ujar hana tersenyum bahagia.
"Iyah, sama-sama" ujar galang meletakan helm hana di atas motornya.
"Nanti, kalau sudah tinggal bersama, kamu harus sering ajak aku jalan-jalan pakai motor yah" ujar hana.
"Siap.. asal yang beli bensin sama bayar jajanannya, tante" ujar galang kembali memanggil hana dengan panggilan tante, karna mereka sudah berada di rumah.
"Sip.. kalau gitu, aku masuk duluan yah" pamit hana langsung masuk kedalam rumah.
"Aaa... sumpah. gue seneng banget bisa jalan-jalan sama tante hana" batin galang.
Galang merasa sangat senang bisa jalan-jalan berdua dengan hana. apa lagi di sepanjang perjalanan, hana terus memeluk galang dari belakang.
Galang berjalan masuk kedalam rumah sambil bernyanyi tidak jelas, ia melihat keadaan rumah sudah sepi karna sebagian penghuni rumah sudah tidur di dalam kamarnya masing-masing.
Galang masuk kedalam kamarnya, ia bergegas mengganti pakaiannya. setelah mengganti pakaian, galang menuju kamar mandi untuk melakukan senam jari, karna sejak tadi, dedek gemoy nya itu terus merengek meminta di pijat.
Galang melakukan senam jari sambil membayangkan hana. setelah puas memanjakan dedek gemoynya. galang pun langsung menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang dan tertidur pulas.
Keesokan harinya, galang pergi menuju sekolah dengan di antar ibunya, sebab sang ibu akan mengurus kepindahan galang.
*
Tibalah hari dimana galang akan berangkat menuju rumah riko dan hana. galang memasukan koper besarnya kedalam bagasi mobil milik riko.
"Sudah semua kan, lang?" tanya riko.
"Sudah, om" jawab galang.
Galang, riko dan hana berpitan kepada kedua orangtua galang dan juga kedua adik galang. galang, riko dan hana masuk kedalam mobil, riko duduk di kursi pengemudi, hana duduk di kursi sebelah riko, sedangkan galang duduk sendirian di kursi belakang.
Mobil yang riko kendarai sudah mulai memasuki jalan tol. "Ingat yah, lang. nanti kamu jangan nakal, jangan bikin repot tante kam" ujar riko tetap fokus menyetir.
"Siap, om. galang janji, gak bakalan bikin tante hana repot. tapi itu juga kalau halang gak khilap" canda galang.
"Eeh.. awas saja kamu, kalau bikin tante kamu repot. om masukin kamu kedalam penangkaran buaya" ujar riko.
"Mana berani buaya sama galang. aku kan rajanya buaya" canda galang.
"Mana ada raja buaya bau minyak telon" ujar riko.
"Heeh.. mana ada, aku udah gak pakai minyak telon lagi yah" ujar galang.
keduanya terus berdebat, sedangkan hana hanya bisa menggelengkan kepala, mendengarkan perdebatan yang tidak ada manfaatnya itu.
Setelah memakan waktu beberapa jam, akhirnya mereka pun sampai. riko memarkirkan mobilnya di garasi rumahnya. terlihat di garasi rumah riko, ada beberapa koleksi mobil mewah milik riko. Walaupun rumah riko hanya berlantai dua, tapi terlihat begitu mewah dan halaman depan rumahnya pun cukup luas dengan di tumbuhi banyak bunga berwarna warni.
Galang langsung mengeluarkan kopernya dari dalam bagasi mobil, riko. "Rumah segede ini, gak ada art nya, om?" tanya galang.
"Belum ada, lang. tapi besok atau lusa, sebelum om berangkat keluar negri, om akan carikan art" ujar riko.
"Syukur deh. aku kira, aku di suruh pindah kesini untuk di jadikan art" canda galang terkekeh.
"Kalau kamu mau sih, gak apa-apa. nanti om gajih, satu bulan dua juta. kerjaannya, tiap hari nyapu sama ngepel, dari lantai dasar sampai lantai tiga" ujar riko menanggapi candaan galang.
"Ogah.. banget" ujar galang.
"Haha.. ya sudah, ayo masuk" ajak riko.
Mereka pun masuk kedalam rumah. riko dan hana, langsung duduk di ruang keluarga.
"Kamu mau kamar yang mana? di atas atau di bawah?" tanya hana.
"Di atas saja, tante. soalnya lebih tenang dan damai. kalau di bawah, suka berisik" ujar galang.
"Ya, sudah. kamu pilih sendiri saja kamarnya. di lantai atas, ada lima kamar. tapi jangan kamar yang dekat tangga, itu kamar om sama tante" jelas hana.
"Siap.. tante" saut galang.
"Om, tante. galang boleh keliling rumah dulu gak? soalnya kan, ini pertama kalinya aku datang kesini" ujar galang meminta izin untuk melihat lihat seluruh area rumah.
"Memangnya kamu gak capek, lang?" tanya riko.
"Ya nggak lah. kan sepanjang perjalanan, di supirin sama supir pribadi" ujar galang terkekeh.
"Heeh.. dasar keponakan semprul" ujar riko hendak berdiri dan memberi pelajaran kepada galang, karna sudah mengatainya supir pribadi.
Galang berlari sebelum riko mendekati dirinya. "Canda.. om.." teriak galang berlari kearah halaman belakang rumah.
"Wiih... cocok mantap... ada gym nya juga" ujar galang melihat ruangan gym yang berada tak jauh dari kolam renang yang berada di belakang rumah.
"Kalau begini sih, gue bakalan betah nih" ujar galang duduk di gazebo yang terletak di ujung kolam renang.
"Ooh.. iyah.. motor ducati yang di janjiin om, riko, mana yah? kok tadi di garasi, aku gak liat" gumam galang.
Setelah hampir dua puluh menit duduk di gazebo, galang pun masuk kembali kedalam rumah.
"Om, tante. galang keatas dulu yah" ujar galang kepada riko dan hana yang masih duduk santai di ruang keluarga.
"Ooh.. iya, lang. jangan lupa, beresin pakain kamu, jangan sampai berantakan" ujar riko.
"Siap, om. di jamin rapih deh" ujar galang meraih kopernya.
"Om, disini ada lift nya gak?" tanya galang.
"Ada, lang" jawab riko.
"Wiih.. mantap. di sebelah mana, om?" tanya galang antusias.
"Di mall yang tadi kita lewatin" jawab riko cengengesan.
"Hiss.. nyesel deh nanya sama mahluk asral" galang mengerucutkan bibirnya dan melangkah menuju tangga.
"Sial, mana tangganya tinggi, kopernya berat lagi!!" gerutu galang menaiki satu persatu anak tangga.
Galang membuka satu persatu kamar yang berada di lantai atas, kecuali kamar yang berada paling dekat dengan tangga dan balkon depan, yaitu kamar riko dan hana.
"Hem... kayaknya di ujung enak nih!!!" gumam galang berjalan sambil menyeret kopernya menuju kamar yang berada di dekat balkon belakang.
"Cocok. disini enak buat ngopi sambil ngerokok" gumam galang. ia membuka pintu balkon dan memandangi area belakang rumah dari arah balkon.
Galang masuk kedalam kamar yang ia pilih. ia langsung membongkar isi kopernya, dan memasukan kedalam lemari pakaian yang ada disana. galang menata pakaiannya dengan rapih, karna galang kurang suka dengan tempat yang berantakan.
Setelah sekitar satu jam lamanya, galang pun selesai merapihkan semua barang bawaannya.
"Akhirnya, selesai juga" gumam galang menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang berukuran king size yang sangat empuk itu.
"Lang.. galang..." terdengar hana memanggil galang dari luar kamar.
Galang langsung beranjak dari ranjang dan membuka pintu kamar.
"Iyah, tante" ujar galang keluar dari dalam kamar.
"Eeh.. kamu di kamar yang itu. tante kira, di dalam kamar yang ini" ujar hana berdiri di depan pintu kamar yang berada di sebelah kamarnya sendiri.
"Tadinya sih mau di situ. tapi gak jadi" ujar galang.
"Kenapa?" hana menatap galang yang berjalan mendekatinya.
"Takut dengar suara horror yang bikin merinding" ujar galang yang sudah berdiri di depan hana.
"Mana ada. gak ada suara horror disini" ujar hana.
"Emang disini gak ada. tapi galang yakin kalau malam pasti ada suara horror dari dalam kamar ini" ujar galang menunjuk kearah pintu kamar hana dan riko.
Hana yang mengerti maksud dari suara horror itu pun langsung memukul lengan galang. "iihh... dasar tuyul mesum" ujar hana dengan pipi yang memerah.
"Udah jangan aneh-aneh. lebih baik kita makan dulu" lanjut hana.
"Tante masak?" tanya galang.
"Tidak, tadi pesan online. ya sudah ayo turun" ajak hana berjalan lebih dulu menuju arah tangga.