Bab 03. Jalan-jalan Bersama Tante
Ciiiittt...
Galang menghentikan motor sportnya di parkiran yang berada di taman kota.
"Udah sampai, Lang?" tanya hana yang masih duduk di belakang galang.
"Udah, tante" jawab galang.
"Yah.. padahal masih pengen kebut kebutan" ujar hana masih saja belum turun.
"tante.." panggil galang.
"Kenapa, Lang?" tanya hana.
"Tante, mau sampai kapan duduk di ditu" ujar galang.
"Ooh.. iya, tante sampai lupa" ujar hana langsung turun dari motor galang.
Galang turun dari motornya, ia membuka helmnya dan meletakannya di atas tengki motor miliknya.
"Tante, gak mau buka helmnya" ujar galang yang melihat hana masih berdiri menggunakan helm.
"Tante, gak bisa, Galang" ujar hana memang tidak bisa melepaskan pengait helmnya.
"bukain.." pinta hana.
Galang langung melepaskan pengait helm yang di pakai hana. lalu ia melepaskan helm yang di pakai hana, dan meletakannya diatas jok motornya.
"Ayo kita cari cemilan dulu" ajak hana meraih pergelangan tangan sebelah kanan galang.
"Eeh.. bentar, tante. itu rambut tante berantakan" ujar galang.
Hana berdiri dan menghadap kearah galang. "tolong rapihkan dong, Lang" ujar hana.
"Gak apa-apa nih, tante?" tanya galang.
"Ya,, gak apa-apa dong. ayo, tolong rapihkan" pinta hana.
Dengan perlahan, galang merapihkan rambut hana yang berantakan akibat memakai helm.
Deg.. Deg.. Deg..
Detak jantung galang, langsung berdetak sangat kencang saat merapihkan rambut hana yang berantakan. hana benar-benar terlihat begitu cantik. bahkan galang sampai tidak sanggup menatap mata hana.
"U--udah, tante" ujar galang sedikit gugup.
"Lang" panggil hana.
"Iyah, tante" ujar galang. ia terpaksa menatap mata hana.
"Kalau lagi berdua gini, jangan panggil tante, dong" pinta hana.
"Memangnya kenapa, tante?" tanya galang.
"Malu, tau. aku berasa tua banget kalau di panggil, tante" ujar hana.
"Lah kan, memang tante, udah tua" ujar galang cengengesan.
"Heeh.. sialan, kamu. ngatain tante, tua" ujar hana mencubit tangan galang.
"Hehe.. maaf tante. aku cuma bercanda" ujar galang.
"Terus, galang harus panggil apa, dong?" tanya galang.
"Panggil nama aja, deh" ujar hana.
"Gak ah, tante. gak sopan tau, tan" ujar galang.
"Gak apa-apa. kan tante yang ngizinin. lagian kamu panggil namanya saat kita lagi berdua aja. kalau di depan orang lain, kamu boleh panggil, tante" ujar hana.
"Tapi galang, gak enak tante" ujar galang.
"Udah.. gak usah merasa gak enak. nanti tante enakin deh" ujar hana senyam senyum kearah galang.
"Haah.. maksud tante, gimana yah?" galang kaget mendengar perkataan hana.
"Nanti juga kamu tau" ujar hana.
"Yeeh tante, bikin penasaran aja, deh" ujar galang.
Hana terkekeh. "Udah, gak usah di bahas. jadi kamu mau kan panggil aku hana, jangan tante" ujar hana.
"Ini benerana, tante?" galang sedikit ragu.
"Ya beneran lah. masa, bercanda" ujar hana.
"Ya udah deh, iyah" akhirnya galang pun mengalah.
"Jadi, kamu harus panggi apa?" ujar hana menatap galang sambil memainkan kedua alisnya.
"Hana.." ujar galang.
"Good.." ujar hana mengacungkan jempolnya.
"Ya udah kita cari jajanan yuk" ujar hana meraih pergelangan tangan galang dan berjalan menuju kerumunan para pedagang jajanan yang lumayan ramai.
"Tante, mau jajanan apa?" tanya galang yang sudah jalan sejajar dengan hana.
"Heey.. kenapa tante, lagi sih?" protes hana menghentikan langkahnya
"Eeh.. iya, maaf aku lupa" ujar galang menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Eeh.. kayaknya itu enak tuh, lang" ujar hana menarik galang menuju salah satu penjual jajanan.
Setelah membeli beberapa jajanan, mereka berdua duduk di kursi besi yang berada di taman kota sambil menikmati jajanan yang mereka beli.
"Aah.. kenyang perutku, Lang" ujar hana yang sudah menghabiskan jajanan nya. ia duduk menyandarkan punggungnya sambil mengusap perutnya yang sudah terisi penuh.
"Gimana hak kenyang... orang hampir semua jajanan, tante beli" ujar galang.
"Iishh... tante, mulu" protes hana mencubit pinggang galang.
Aawww...
Galang mengusap pinggangnya yang di cubit hana. "Maaf aku lupa, soalnya belum terbiasa" ujar galang.
"Iyah, aku maafin. tapi jangan di ulangi lagi" ujar hana.
"Iya iyah.. Hana." ujar galang.
"Hem.." hana tersenyum.
"Eemph... aku beloh ngerokok gak?" tanya galang.
"Kamu ngerokok?" tanya hana.
"Iyah. tapi jangan bilang bilang ke ayah sama bunda yah" ujar galang.
"Tenang ajah. aku gak akan bilang kok" ujar hana.
Terimakasih, Hana yang cantik" ujar galang merasa lega.
"Diih.. gombal" ujar hana.
"Aku gak gombal. tapi memang kenyataannya kamu cantik kok" ujar galang lalu menyalakan sebatang rokok.
"Masa sih?" ujar hana menunjukan wajah imutnya sambil mengedipkan kedua matanya.
"Haduuhh.. sumpah gemes banget sih.. jadi pengen bikin dedek bayi sama kamu deh" batin galang.
Galang melongo melihat tingkah hana yang terlihat mengegmaskan. sebelumnya galang tidak menyangka jika tingkah hana seperti itu, karna selama berkunjung kerumah, hana terlihat begitu anggun dan sedikit pendiam. tapi saat ini, hana menunjukan sifat lainnya di hadapan galang.
"Heey.. kamu kenapa?" ujar hana melambaikan tangannya di hadapan wajah galang.
"Eeh.. ng--gak. gak apa-apa kok" ujar galang mencoba tenang. padahal, saat ini detak jantungnya berdetak sangat kencang.
"Astaga... jantung gue gak aman nih" batin galang.
"Mau langsung pulang atau gimana nih?" tanya galang.
"Eem.. nanti dulu deh, aku masih mau jalan-jalan juga. apa kamu sudah ngantuk?" tanya hana.
"Nggak, kok. baru juga jam sembilan, masa sudah ngantuk. cuma aku takut nanti om riko nyariin" ujar galang.
"Kamu tenang ajah, om kamu gak akan nyariin. lagian om kamu itu kalau jam segini pasti sudah ngorok" ujar hana.
"Ah.. masa sih jam segini sudah tidur?" ujar galang tak percaya.
"Beneran, dia itu gak pernah tidur larut malam" ujar hana.
"Waah.. gak asik tuh orang hidupnya, masa jam segini udah tepar" ujar galang terkekeh.
"Jangan di ketawain, gitu juga om kamu, suami aku juga" ujar hana.
"Eeh.. iya iyah maaf" ujar galang.
"Oyah.. kamu sudah punya pacar belum, lang?" tanya hana.
"Loh.. kenapa jadi bahas itu" ujar galang.
"Kan kamu sebentar lagi mau pindah. kalau kamu sudah punya pacar, kan kasihan pacar kamu di tinggalin" ujar hana.
"Ooh.. gitu. satu minggu yang lalu sih ada. tapi sudah putus" ujar galang.
"Putus kenapa? pasti kamu selingkuhin pacar kamu yah?" tuduh hana menunjuk galang.
"Nggak yah, enak ajah" elak galang.
"Tersu kenapa putus?" tanya hana.
"Kalau masalah itu, aku gak bisa bilang" ujar galang cengngesan.
"Hem.. pasti kamu ngajakin dia mesum. terus dianya gak mau, terus kamu putusin. iya kan?" hana menatap curiga kearah galang.
"Sok tahu... nggak gitu yah. tapi dia mutusin aku karna aku ninggalin banyak cap merah di lehernya" ujar galang keceplosan. ia panik dan langsung menutup mulutnya.
"Hahaa.. jadi kamu putus karna itu" ujar hana tertawa.
"Eeh.. ng--ngak kok. tadi aku salah ngomong" ujar galang.
"Mana ada salah ngomong, tapi penjelasannya lancar gitu" ujar hana semakin mentertawakan galang.
"Aduuhh... sialan nih mulut. pake keceplosan segala, lagi" gerutu galang dalam hati.
"Gak usah panik gitu, lang. tenang ajah, aku gak akan bilang sama siapa-siapa kok. pokoknya rahasia aman" ujar hana.
"Beneran nih?" galang menatap hana.
"Iyah.." hana mengacungkan jempolnya. "eeh.. tapi kalau begitu, kamu sudah pernah gituan yah?" ujar hana.
"Ya.. gitu deh..." ujar galang menggaruk kepalanya yang tidak gatal sambil cengengesan.
"Waah.. parah kamu. berarti kamu mencoblos sebelum pencoblosan resmi dimulai dong?" ujar hana.
"Pake pencoblosan resmi segala. udah kayak apaan ajah" ujar galang.
"Maksudnya. kamu sudah melakukan begituan sebelum kamu nikah" jelas hana.
"Pacaran jaman sekarang kan emang gitu" ujar galang.
"Tapi mantan pacar kamu, perutnya gak sampai kembung kan?" tanya hana.
"Ya nggak dong. orang aku mainnya di oyo, bukan di tambal ban" ujar galang.
"Waduuh.. bahaya nih.. bisa-bisa nanti kamu perkaos aku lagi.." ujar hana.
"Eeh.. nggak lah. mana mungkin aku berani kayak gitu sama tante aku sendiri" ujar galang.
"Kamu yakin gak akan tergoda, apa lagi nanti kita bakalan tinggal berdua aja, loh" ujar hana berdiri dan memutar tubuhnya di hadapan galang.
Ngeekk...
Dedek gemoy galang bereaksi dan bangung dari tidurnya.
"Keluarin.. gue woy.. gue mau jalan-jalan kedalam hoa jepang" dedek gemoy galang seolah olah berontak ingin keluar dari persembunyiannya, dan menjelajahi goa jepang.