Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

5

Di sini sekarang Yasmin berada. Di salah satu restauran mahal yang ada di lantai tiga Mall Ramin. Mall baru yang di bangun di tengah pusat kota sehingga langsung ramai pengunjung. Di tambah, Mall itu benar -benar lengkap dan bergaya model bangunan yang sangat moderen.

Yasmin hanya memakai pakaian seadanya dengan make up yang sama sekali tak nyala kecuali lipstik pink yang selalu membuat bibirnya nampak cerah dan ceria.

Yasmin duduk di salah satu kursi yang melingkari meja bundar dengan taplak berwarna keemasan yang membuat terlihat mewah.

Papa dan Mamanya sudah duudk sambil menikmati makan siang di hadapannya. Keduanya sibuk berbincang serius dengan sepasang suami istri paruh baya yang belum Yasmin kenal sebelumnya. Baru kali ini, Yasmin melihat sepasang suami istri yang merupakan teman Papanya.

"Ini Yasmin?" tanya Hesti pada Melisa.

"Iya ini Yasmin kecil yang sering di gendong dulu," ucap Melisa dengan senyum manisnya.

"Cantik sekali. Pasti Raden suka," ucapan Hesti membuat Yasmin terkesiap. Yasmin cukup baik mendengar dan mencerna ucapan Hesti tadi. 'Raden? Siapa Raden?'

"Tuh dia. Baru juga kita omongin. Sudah datang, Umur panjang," ucap Hestimelambaikan tangannay ke arah Raden, putra tunggalnya.

Raden tersenyum manis pada Ibunya. Raden enghampiri satu per stau orang tua itu dan menyalaminya smabil mencium punggung tangan keempat orang tua itu dengan sikap hormat. Setelah selesai Raden duduk di kursi yang masih kosong tepat di samping Yasmin. Lelaki dengan pakaian yang sederhana dan tatanan rambut sedikit berantakan. Bau matahari yang panas melekat pada kemejanya. Belum lagi keringat yang maish membasahi keningnya.

"Raden ... Ini Melisa dan itu Wira. Mereka Papa dan Mama yasmin. Kamu pasti sudah mengenalnya bukan?" tanya Hesti memastikan.

"Sudah Bu. Selamat siang Ma, Pa. Maaf Raden terlambat. Tadi sibuk ngaduk semen," ucap Raden dengan senyum tipis tertahan.

"Tidak apa -apa, Raden. Papa tahu, kamu pasti sibuk sekali dengan pekerjaan kamu," ucap Wira begitu bangga saat melihat Raden.

"Raden ini Yasmin," ucap Hesti memperkenalkan Yasmin kepada Raden.

"Cantik kan?" imbuh Hesti memuji.

"Cantik Bu," jawab Raden mengangguk kecil menyetujui ucapan Hesti barusan.

"Kenalan dulu dong," ucap Melisa menyenggil lengan Yasmin. Yasmin mendesah begitu pelan. Ia tak suka cara Mamanya yang seperti ini.

Dengan penuh rasa terpaksa, Yasmin mengulurkan tangannya untuk bekenalan dengan Raden.

"Yasmin," ucap Yasmin mantap.

"Raden," ucap ikut memeprkenalkan diri dengan senyum manis terukir saat mebnatap Yasmin.

Yasmin melengos dan kembali fokus dengan makan siangnya. Perlahan sayup terdengar lai tentang perencanaan pernikahan yang akan di lakukan akhir bulan tepat setelah acara wisuda Yasmin.

"Kamu sudah siap kan, Raden? Waktu kita hanya tinggal dua minggu. Mumpung ada Yasmin dan kedua orang tuanya. Tanya sama yasmin. yasmin ingin mahar apa?" ucap Hesti mulai mengajarkan putranya.

"Apa tidak sebaiknya. KIta berikan waktu untuk mereka bicara sendiri. Biarkan mereka ambil meja sendri untuk bicara dari hati ke hati," pinta Melisa begitu menyukai sikap Raden yang sopan.

"Betul sekali. Beri Yasmin dan Raden waktu untuk mereka bicara berdua," titah Putut pada Raden.

Raden mengangguk sopan dan memesan satu meja VIP di dalam ruangan yang ada di lantai atas.

"Ayo, Yasmin," ajak Raden pada Yasmin.

"Pergilah Yasmin. Jangan di tolak permintaan calon suami kamu," ucap Putut pada Yasmin.

Yasmin semakin tekejut dengan kata -kata calon suami kamu. Ini benar-benar membingungkan. Yasmin tidak tahu apa -apa soal ini. Yasmin melotot ke arah Melisa. Melisa ikut berdiri dan berbisik pada Yasmin.

"Kita bicarakan soal ini nanti, Yasmin. Sekarang ikuti Raden," titah Melisa apa yasmin.

Yasmin memilih diam karena rasa kecewa dan marah bercampur menjadi satu. yasmin sekarang hanay bisa menurut dan mengikuti langkah Raden ke atas.

Di dalam ruangan VIP yang tertutup dan tidak terlalu besar. Di sana ada satu meja dengan dua kursi. Meja itu sudah tersaji makanan andalan dari erstauran ini. Tak hanay itu saja di samping meja itu ada sebuah rak susun berisi makanna pembuka, kue dan berbagai jenis makanan penutup serta sampanye.

Raden menarik kursi sedikit ke belakang untuk Yasmin. Ia kemudian duudk di depan Yasmin. Tangannya langsung mengambilkan beberapa lauk dan makanan yang jelas merupakan makanan favorit Yasmin ke piring besar yang ada di dpean Yasmin.

"Makanlah Yas. Maaf kalau menganggu waktu makan siangmu tadi. Sekarang kamu habiskan smeua makanan yang ada di sini seklaian kita berbincang," ucap Raden dengan suara lembut membuat Yasmin tak bisa lagi membendung perasaan aneh di hatinya.

Raden memperlakukan dirinya dengan baik dan bahkan meratukan dirinya sebagai wanita terhormat. Berbeda dengan Bastian yang selalu menghindar dan terburu -buru jika bertemu dengan Yasmin.

Yasmin menatap Raden dengan tatapan penuh pertanyaan yang membuatnya penasaran.

"Kenapa diam? Tanya saja kalau ada yang ingin kamu tanyakan?" ucap Raden pada Yasmin.

Yasmin menggelengkan kepalanya dan mulai menikmati potongan steak yang di berikan Raden.

"Oke. Kalau gak mau tanya. Aku yang akan bertanya padamu," ucap raden dengan wajah serius.

"Ya, Tanya aja," jawab Yasmin seperti menantang.

"Kamu wisuda akhir bulan ini?" tanya Raden memulai pertanyaanya.

"Hu um ... Akhir bulan ini," ucap Yasmin menegaskan.

"Setelah itu kita menikah. Kamu mau kerja atau di rumah saja?" ucapan Raden benar -benar membuat Yasmin kembali terkejut. Potongan steak itu seperti terteln sebelum di kunyah dan berakhir di tengah tenggorokan yang membuat Yasmin terbatuk -batuk karena tersedak.

"Apa? Menikah?" tanya Yasmin melotot denga pandangan tak berkedip.

Raden mengangguk pelan dan meletakkan garpu dan pisaunya. "Iya. menikah. Memang keuda orang tuamu tidak memberitahumu? Kalau kita akan menikah sehari setalh kamu wisuda," ucap Raden mantap.

"Gak gak ... Yasmin gak mau," ucap Yasmin dengan cepat. yasmin merasa kerongkongannya masih tganjal daging steak dan ia minum air putih sebanyak -banyaknya agar potongan daging itu tertelan masuk ke dalam perutnya yang masih kosong itu.

"Kenapa? Kita hanya menikah saja. Setelah itu kamu bebas melakukan apa saja seperti kamu melakukan hal -hal yang kamu sukai sebelum kamu menikah," jelas Raden membuta Yasmin terdiam lagi.

Tidak mungkin Yasmin bilang ia sudah memiliki kekasih saat ini. Ini bisa merusak silaturahmi anatara Papanya dan Pak Putut.

"Kamu sudah punya pacar?" tuduh Raden tepat sekali.

"Ekhemm ... Belum kok," ucap Yasmin berbohong. kenapa bibir ini tak bisa bicara jujur Padahal Yasmin sudah berniat jujur. Namun, Lagi -lagi ia tak bisa melakukan itu

"Baguslah. Jadi aku tidak perlu susah payah bicara pada pacarmu kalau sebentar lagi kita akan menikah,?" ucap Raden mantap.

"Memang kamu kerja apa?" tanya Yasmin dengan wajah serius.

"Pekerjaanku tidak begitu sempurna. Aku hanya kuli di sebuah Perusahaan Konstruksi. Lihat saja tanganku juga masih ada sisa semen yang menempel di tangan. Kamu tidak apa -apa kan? Memiliki suami hanya seorang kuli pengaduk semen?" ucap Raden dengan senyum tipis berharap Yasmin mau menerimanya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel