Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

4

Ponse Yasmin kembali berdering dan Bastian meminta Yasmin untuk menemuinya sekarang juga di tempat yang telah di tentukan.

"Iya Bas," ucap Yasmin masih berada di depan toilet.

"Sekarang bisa Yas? Aku takut terlambat mengembalikan." Nada suara Bastian begitu merendah dan membuat Yasmin yang tadinya ragu kembali terbuai dan merasa iba.

"Tapi ... Aku lagi di Butik sama temen- temen. Cari kebaya buat wisuda. Kamu datang kan pas wisuda aku nanti?"

"Yasmin. Ini bukan saatnya membahas wisuda kamu. Aku ini lagi pusing sama uang sepuluh juta yang harus ada sekitar satu jam lagi dan sampai sekarang uang itu belum aku pegang." Nada bicara Bastian begitu mendesak Yasmin.

"Aku ada Bas. Tapi aku masih di Butik. Belum bisa kesan asekarang."

"Intinya aku belum pegang Yas. Aku belum tenang."

"Oke. Kita ketemu dimana? Aku mau ijin sama temen-temen aku buat ketemu kamu sekarang."

"Di Resaturan dekat Kampus." Bastian memilih tempat yang netral.

"Restauran deket Kampus? Bas, Aku kejauhan. Ini Aku ada di Butik Cantika deket Mall Ramin yang baru itu lho. Gimana?"

"Oke. Di Restauran Mall Ramin."

"Oke."

Yasmin menutup sambungan telepon Bastian dan bergegas masuk ke dalam Butik. Di sana keempat temannya sedang mencoba kebaya viral yang memnag mereka pilih untuk acara sakral wisuda nanti.

"Yasmin. Tinggal warna hitam. Gak ada pilihan lain. Ada warna putih tapi sudah ada yang ambil, katanya buat acara akad nikah," ucap Ocha pada Yasmin.

"Gak apa -apa. Tapi cukup kan?" ucap Yasmin lagi.

"Ini lagi fitting. Bar pas." ucap Risti pelan sambil melihat tubuhnya dalam balutan kebaya warna ungu.

"Ekhemm ... Titip punya gue, Cha. Gue ada perlu soalnya," ucap Yamsin tiba -tiba. Yasmin mengeluarkan uang untuk pembayaran kebaya yang di pilih teman -temannya itu kepada Ocha.

"Ntar gue ke rumah lo deh. Gue ambil kebayanya. Ini uangnya ya. Kalau sisa pake buat traktir es teh solo biar pada kenyang," ucap Yasmin lagi sambil terkekeh.

"Oke." Ocha dan yang lainnya hanya menatap Yasmin dengan tatapan bingung.

Yasmin sudah pergi dari butik itu menuju Mall Ramin. Walapun jaraknya dekat, tidak mungkin juga di tempuh dengan jalan kaki. Karena jalannya memutar dan masuk ke dalamnya sangat jauh.

Yasmin sudah sampai di Mall Ramin dan mencari restauran tempat pertemuannya dengan Bastian. Ternyata, Bastian datang lebih dulu dan melambaikan tangannya saat yasmin masuk ke dalam agar langsung menghampirinya.

Bastian berdiri dan memeluk Yasmin lalu mencium kening kekasihnya itu.

"Lama amat sih," ucap Bastian terlihat cemas.

"Kan muter jalannya Bas. Kena lampu merah juga. Jadi lama," ucap Yasmin terlihat lelah.

Yasmin melihat makanan dan minuman yang sudah habis dan terlihat sudah lama habisnya.

"Sudah makan?" tanya Yasmin pelan.

"Ekhemm ... Sudah. Uangnya mana Yas? Aku buru -buru. Nanti malam aku ke rumah kamu, setelah pulang," pinta Bastian terburu -buru.

"Buru -buru banget sih, Bas. Yasmin belum minum, belum makan juga," ucap Yasmin mengerucutkan bibirnya dengan kesal.

Seharusnya Bastian emnawarkan minuman atau makanan untu Yasmin. Kalau bisa sudah di pesankan sejak tadi. Toh, Bastian juga tahu makanan dan minuman yang di sukai oleh Yasmin.

"Sayang ... Ini urusannya sama konsumen lho. Ini gak main- main," ucap Bastian sedikit membuat Yasmin ikut panik.

"Iya. Tapi kan minum gak sampai satu jam, Bas. Yasmin haus ini," cicit Yasmin sedikit meninggi.

"Huff .. Sejak kapan kamu jadi manja begini, Yas? Ngertiin posisi aku," pinta Bastian dengan sura lembut memohon.

"Oke. Ini uangnya. Tunai sepuluh juta rupiah. Yasmin harap ini uang terakhir yang kamu ganti untuk konsumen atas kecerobohan kamu, Bas," jelas Yasmin tegas.

"Iya sayang. Terima kasih ya atas bantuannya. Aku janji, mulai hari ini aku akan kerja keras untuk kita," ucap Bastian mulai merayu Yasmin.

"Oke. Terus, Kapan kamu berani ketemu Mama dan Papa?" tanya Yasmin meminta kepastian.

"Ke -ketemu? Bukannya kalau lagi main ke rumah kamu pasti ketemu sama Papa dan Mama kamu," ucap Bastian pelan menatap Yasmin.

"Maksud Yasmin. Kejelasan hubungan kita, Bas. Mau sampai kapan kita pacaran kayak begini?" tanya Yasmin lagi.

Yasmin dan Bastian dekat sudah sangat lama sekali. Keduanya ketemu di Kelas Manajemen Bisnis saat Yasmin masih semeter dua. Bastian yang merupakan kakak tingkat Yasmin satu tahun itu mengulang mata kuliah tersebut dan keduanya berkenalan lalu setahun kemudian mereka berdua memutuskan untuk pacaran dan backstreet.

"Kita pikirkan nanti ya, Sayang. Aku mau ketemu konsumen dulu biar semuanya cepat beres," ucap Bastian dengan cepat dan kemudian berdiri dan mencium kening Yasmin lalu pergi begitu saja seperti terburu -buru. yasmin mengumpat kesal. Yasmin merasa banyak kejanggalan dan pasti ada sesuatu yang di sembunyikan oleh Bastian.

Yasmin ikut bediri dan ingin mengejar Bastian yang sudah menghilang dengan cepat. Baru saja, yasmin akna menelepon Bastian.

Melisa, Mama Yasmin sudah menelepon Yasmin.

"Ya, Ma."

"Mama di Salon Yupi, Yas. Kamu bisa kesini?"

"Salon Yupi? Diman sih?"

"Mall Ramin. Lantai atas."

"Oh. Ramin Mall. yasmin juga ada disini. Ya sudah, Yasmin kesana Ma."

Yasmin hanya melihat ke pintu keluar Mall dan masih berharap bisa bertemu Bastian dan ingin mengajukan beberapa pertanyaan. Kedua kakinya melangkah ke arah eskalator hingga lnatai paling atas dan mencari Salon Yupi, Dimana Mama Melisa berada.

"Yasmin!! Sini," teriak Melisa memanggil putri bungsunya. Seperti biasa, Melisa melukan perawatan wajah dan tubuh dari atas sampai ke bawah.

"Dari tadi Ma?" tanya Yasmin melihat kuku Melisa yang sudah di cat warna merah.

"Sudah dong. Tinggal rambut aja. Mau di beresin sedikit. Kan mau ketemu besan," ucap Melisa kelepasn bicraa.

"Besan? Besan siapa? Orang tua pacar Kak Vandra?" tanya Yasmin penasaran.

"Ehmm ... Iya," jawab Melisa sekenanya. Ia merasa bersalah karena tidak sengaja membuka rahasia.

"Ehhh ... Emang Kak Vandra udah punya pacar?" tanya Yasmin lagi dengan arsa penasaran yang paling tinggi.

"Udah deh, Gak usah ikut mikir," ucap Melisa seolah ingin menutup tema pembicaraannya yang salah dengan putrinya.

Yasmin mengangguk pelan. Hatinya makin merasa was -was. Otaknya sedang kacau karena memikirkan Bastian. Kini, yasmin ikut penasaran siapa kekasih Kak Vandra. Kenapa Yasmin tid pernah tahu.

"Ma ... Memang mau ada acara nikahan?" tanya Yamsin lagi.

"Iya. Sebelum akhir bulan," ucap Melisa mantap.

"Sebelum akhir bulan? Sebelum Yasmin wisuda dong," ucap Yasmin pada Melisa.

"Iya." Melisa menjawab lantang dan menggangguk dengan pasti.

"Kok dadakan sih, Ma? Emang ceweknya Kak Vandra hamil duluan?" tanya yasmin semakin penasaran.

"Gak sih. Cuma untuk apa lama -lama kalau sudah cocok," ucap Melisa santai menanggapinya.

"Iya juga sih. Memang Mama sudah kenal sama ..." ucapan Yasmin terhenti saat ponsel Melisa berbunyi. Papa menelepon Mama dan menanyakan sedang berada di mana.

Tepat di waktu yang sama. Yasmin mendapatkan pesan singkat dari Ocha. Ocha mengirimkan beberapa foto Bastian dengan seorang wanita di Butik Cantika. Seperyinya benar, Wanita itu adalah wanita yang ia lihat di Toilet dan memanggil Bastian dengan sebuatn sayang. Tak hanya itu, Wanita itu membeli kebaya putih untuk acara akad nikah. Apa itu berarti? Bastian akan menikahi wanita itu?

"Itu Bastian kan? Sama cewek dan parahnya lagi beli kebaya putih, Yas."

Dunia Yasmin seakan runtuh. Begitu juga dengan hatinya yang begitu sakit di khianati. Ini rasanya sakit hati. Yasmin begitu percaya pada Bastian hingga ia tak pernah berpikir buruk tentang lelai yang sudah lama ia pacari itu.

'Apa karena itu? Apa karena Yasmin tak mau di sentuh seperti orang pacaran pada umumnya?'

Bodoh sekali Yasmin!! Lelaki itu sudah pasti bukan lelaki baik untuk di pertahankan hubungannya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel