Ringkasan
Takdir buruk yang menimpa Yasmin akan selalu di ingat sepanjang hidupnya. Sejarah sakit hati karena terlalu bodoh mencintai laki -laki dengan mengorbankan segalanya termasuk tubuhnya. Lelaki yang bernama Bastian sudah tak memiliki rasa penasaran lagi. Hidupnya sudah penuh kepastian menikah dengan wanita lain dan meninggalkan Yasmin dalam keterpurukan. Untung saja, Yasmin di jodohkan dengan lelaki baik yang tak menuntut apapun dari Yasmin dan bisa menerima keadaan Yasmin yang sudah porak poranda dengan kekasihnya. Menerima tanpa tapi dan mencintai tanpa tapi memang terasa mudah tapi ternyata sulit. Tanpa tapi bukan sebuah kata -kata tapi keadaan tulus, legowo dan ikhlas.
1
Keributan kecil selalu muncul etiap saat. Tidak di pagi hari, siang hari atau bahkan malam hari sebelum pergi tidur. Yadevandra Handoyo, Putra Sulung Wira Handoyo yang kini bekerja sebagai tim audit external di Kantor Audit XYZ.
"Bangun woy!! Males banget ya!! Lo itu cewek, Yasmin!!" teriak Vandra dengan suraa keras.
Begitulah Yasmin Handoyo yang akrab di sapa Yasmin. Putri bungsu di keluarga Handoyo. Yasmin baru saja lulus sidang pedadaran minggu kemarin dan kini sedang mengurus printilan untuk wisuda yang akan di selenggarakan ahir bulan ini. Kurang lebih dua minggu lagi.
Vandra menarik selimut Yasmin lalu di letakkan di kursi belajar yang tak jauh dari rajang itu. Vandra berjalan ke arah jendela untuk mmebuka kaca jendela kamarnya serta korden yang menutupinya. Tidak lupa, Vandra mematikan pendingin ruangan agar sinar matahari pagi masuk menyilaukan kedua mata si putri tidur.
"Apaan sih Kak Vandra!!" ucap Yasmin mengucek kedua matanya dengan suara serak.
Hampir setiap malam Yasmin begadang hanya untuk menonton drama korea atau live streaming di salah satu media sosial hanya untuk mengumbar kesehariannya atau curhat yang tidak penting. Maklum, Gen Z dengan followers jutaan bisa mendapatkan uang secara mudah hanya dengan live atau buat konten.
"Bangun Yasmin!! Ke Kampus sana!!" ucap Vandra melotot.
Vandra sudah memakia seragam batik dengan celana hitam bahan. Tubuhnya tinggi dan bahunya tegap. Wajahnya juga cukup tampan. Namun, Vandra masih saja jomblo. Ia cukup hati -hati berkenalan dengan perempuan. Wanita idamannya adalah wanita yang serba bisa seperti Mamanya.
Yasmin duduk di atas kasur sambil melipat kedua kakinya dan menguap lebar.
"Ngapain juga ke Kampus," jawab yasmin kesal sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Hei gadis manja tukang tidur!! Ke Kampus itu gak terus kuliah atau ngurus ini itu. Kamu bisa mentengin tuh papan pengumuman kalau ada lowongan kerja. Bisa daftar. Jadi cewek itu yang gercep. Lo mau jadi apa?" ucap Vandra memicingkan kedua matanya ke arah Yasmin dengan kesal.
Yasmin dengan santainya menunjuk alat tripod yang masih tegak berdiri bekas live streaming tadi malam yang belum sempat ia bereskan.
"Jadi selebgram atau youtuber. Cukup bilang Hiii guysss!! Tuh ... Gift singa langsung meluncur banyak dari para sultan,"ucap yasmin dengan nada sombong.
"Woy!! Ini dunia terus muter. Gak selamanya lo bakal sukses di dunia yang cuma ngandelin gift singa doang. Lo itu punya gelar sarjana. Lo cari kerja juga biar hidup lo seimbang gak kebanyakan halu. Lagi pula, Lo mending putus aja sama bastian. Lama -lama gue eneg liat lo sama Bastian. Gue gak bakal restuin lo sama dia!! Lo paham!!" ucap Vandra begitu lantang dan tegas.
Vandra langsung keluar dari kamar Yasmin dan turun ke bawa menuju ruang makan untuk sarapan. Suara Mamasudah menggema dari lantai bawah memanggil satu per satu nama anaknya untuk absen pagi dan sarapan bersama di meja makan.
Yasmin menggelung rambutnya dengan jepit rambut salon. Kedua kakinya masih kaku untuk di gerakkan dan berjalan menuruni tangga yang kalau di hitung ada mungkin lima belas anak tangga.
"Pagi Pah, Mah," sapa Yasmin begitu ceria sambil mencium pipi Papa dan Mamany.
"Kok pipi Papah bau asem ya," ucap Wira sambil terkekeh saat Yasmin selesai mencium pipinya dn duduk di samping Vandra.
Yasmin menatap Papanya yang langsung mengusap pipinya dengan lap tangan yang ada di meja.
"Ya iyalah bau asem Pah. Bukan cuma bau asem tapi bau jigong juga. Lihat aja tuh, jalan ilernya masih tertera. Hihh ... Cewek kok jorok," ucap Vandra sambil mengangkat bahunya dan menggeser kursinya agar tidak terlalu dekat dengan adiknya.
"Apaan sih lo, Vandra!! Resek banget!!" cetus Ysmin denagn suara keras dan kasar.
"Yasmin ... Panggil Kak Vandra bukan cuma pakai nama aja. Gak sopan. kamu juga Vandra, Gak usah godain adik kamu terus," ucap Melisa yang ikut duduk di samping Wira setelah selesai merapikan beberapa piring menu makanan yang di sajikan di atas meja.
Yasmin hanya berdecak kesal. Ia mengambil selembar roti tawar dan mengoles dengan selai nanas di tambah cokelat cair di atasnya. Lalu menikmati makanan itu dengan gigitan yang seperti vampir. Begitu ganas. Vandra hanya terkekeh melihat kelakuan Yasmin yang usianya hanya terpaut lima tahun saja.
"Mana enak sih. Selai nanas di campur cokelat. Aneh tahu!! Kayak hidup lo tuh aneh. Suka cowok bejagulan kayak Bastian. Mau di bawa kemana hidup lo," ucap Vandra mengingatkan.
Vandra memang orang yang terlihat tidak suka dengan Bastian. Bukan tanpa alasan, Vandar memiliki alasan kuat yang membuat ia tidak suka pada kekasih adiknya itu.
"Lo kenapa sih, Kak? Hidup lo terlalu posesif ngatur hidup Yasmin," ucap Yasmin tak suka.
"Harus posesif sama adik perempuan. Itu tandanya gue peduli sama lo, Yas. Gue sengaja posesif sama lo. Papah juga gak keberatan soal ini kan?" ucap Vandra santai sambil menyuap nasi goreng pet buatan Melisa.
"Yasmin, Papah gak suka kamu bicara kasar sama Kakak kamu. Papah yang suruh Vandra untuk membatasi pergaulan kamu. Inget, Papah juga gak suka sama pacar kamu yang namanya baskom itu," ucap Wira menatap tajam Yasmin.
"Bastian Papah ... Bukan baskom," sela Yasmin meluruskan.
"Siapa pun itu. Kamu kapan wisudanya?" tanya Wira pada putrinya lalu menyeruput kopi hitamnya dengan nikmat.
"Dua minggu lagi Pah. Tinggal bayar uang buat wisuda aja sama undangan pelepasan," ucap Yasmin pada Wira.
"Masih minta? Katanya banyak gift singa? Kemana tuh duit? Buat Bastian?" tuduh Vandra pada Yasmin.
"Gak lah. Buat jajan Yasmin sendiri. yasmin kan doyan jajan," ucap Yasmin sekenanya.
"Doyan jajan dari mana? Tuh jajanan di kulkas masih numpuk. Cuma mintanya doang dan gak di sentuh sama sekali. Kalau di buka juga gak di habisin!! Udah deh, Putusin aja Bastian. Apa sih yang lo baanggain dari frelelance sales mobil itu? Hidup dia itu terlalu bebas. Lo aja yang di bodohin," ucap Vandra begitu tegas dan menyudutkan Yasmin.
"Berangkat sono!! Kerja yang bener. Ngoceh mulu. Semoga istrinya betah di posesifin dan di kasih ocehan kayak gini," ucap Yasmin dengan kesal.
"Emang mau kerja. Kalau kelamaan di rumah bakal ketularan males kayak lo. Satu lagi, Gue baal cari istri sempurna spek bidadari kayak Mama. Selamat pagi Ma. Vandra pergi dulu. Pah, Vandra duluan," pamit Vandra pada kedua orang tuanya dan berangkat dengan mobil barunya.
Yasmin hanya mendesah pelan karena lelaki yang ia panggil Kak Vandra itu sama seklai tak pamit dengannya.
"Yasmin ... Papah punya permintaan sama kamu," ucap Wira dengan wajah serius.
Kali ini, Wajah Wira nampak tidak main -main. Sesekali Wira melirik ke arah Melisa untuk segera membicarakan hal ini
"Permintaan? Permintaan apa Pah?" tanya Yasmin penasaran.
"Siang ini ikut makan siang sama Papah dan Mama di Restaurant. Kamu bisa?" tanya Wira pada putrinya.
"Bisa Pah. Tapi, Yasmin bayarin wisuda ya. Sekalian mau DP buat kebaya dan salonnya," pinta Yasmin dengan nada manja.
"Hu um ... Tapi ada syaratnya. Kamu mau kan?" ucap Wira mengelingkan satu matanya pada Yasmin.
"Beres Pah. Apapun syaratnya Yasmin pasti mau," ucap yasmin begitu tegas dan lantang penuh percaya diri.
Wira melirik Melisa dan tersenyum sumringah. Dengan cepat, Wira mengambil dompetnya dari saku celana dan mengeluarkan beberapa lembar uang berwarna merah.
"Butuh berapa?" tanya Wira tanpa ragu.
"Berapa ya? Untuk bayar wisuda dua juta, undangan pelepasan dua juta, terus pesen kebaya sama make up katanya dua juta juga. Jadi enam juta. Sekalian buat jalan -jalan dong, Pah," pinta Yasmin penuh harap.
Wira hanya mengangguk dan menghitung uangnya. Ia meletakkan enam juta untu biaya wisuda dan printilannya. Lalu meletakkan emapt juta untuk kebutuhan Yasmin.
"Wah? Banyak banget Pah? Empat juta buat apa?" tanya Yasmin pada Wira.
"Tadi katanya minta uang buat jajan. Empat juta kurang?" tanya Wira pada Yasmin.
"Cukup Pah. Cukup banget," ucap Yasmin bahagia.
"Jangan lupa. Syaratnya nantiu harus di penuhi," ucap Wira mengingatkan.
"Iya Pah. Beres. Terima kasih Pah," ucap Yasmin dengan cepat dan sangat mantap.
Wira pun pamit untuk berangkat ke Kantor. Wira adalah seorang manajer di Perusahaan Asuaransi Jiwa. Hidupnya selalu berpindah pindah setiap lima tahun dulu. Belakangan ini, Wira minta untuk menetap di Kota ini karena sudah memiliki rumah. Sedangkan Melisa hanya menjadi Ibu rumah tangga biasa yang sesekali menerima pesanan kue dari tetangga atau teman Wira di Kantor.